Part3: Awal

354 359 50
                                    

SMA 2 MERPATI adalah salah satu sekolah favorit. Bisa di katakan rata-rata murid yang bersekolah di sekolah itu dari kalangan orang-orang berada, dan tidak sedikit murid yang berprestasi disana. Bukan berarti sekolah itu hanya menerima orang-orang mampu, sekolah itu menerima semua siswa dari kalangan manapun.

"UPS... Ke tumpahan ya? Makanya kalau jalan lihat-lihat. Mata di pake bodoh!"

"Haha....ha...ha..."

Suara tawa terdengar di seluruh penjuru kantin. Membuat orang itu malu dan terdesak. Para pembully melihat itu merasa menang dan seenaknya melakukan aksinya.

Bukan rahasia umum lagi, di kalangan sekolah dizaman sekarang pembullyan semakin gencar yang ada di setiap-tiap sekolah. Mulai dari SD, SMP, SMA, dan seterusnya.

"Ada ya orang kaya, Lo?" Suara itu berasal dari Mauren--- siswa yang kerap di panggil kanjeng bully.

"Udah sekolah cuman ngandelin beasiswa, sok banget lo ngajarin gue. Lo pikir, lo siapa?" Tanya Mauren mendorong bahu Tasya--- siswa yang di bully itu hingga jatuh ke lantai.

Melihat kejadian itu Arluna cs tidak tinggal diam. Mereka membelah kerumunan itu. Sudah cukup rasanya membiarkan Mauren seenaknya.

Arlana membantu Tasya berdiri dan menatap Mauren dalam-dalam. Mau yang di tatap seperti itu merasa tidak suka.

"Apa, lo lihat-lihat?" Kata Mauren dengan ngegas.

"Ck." Decak Arlana. Kemudian Arlana berniat mengajak Tasya pergi dari sana. Tapi tangan kurang ajarnya Mauren menghentikannya.

"Mau lo bawa kemana dia? Urusan gue sama dia belum selesai." Kata Mauren.

"Apanya sih yang belum selesai?" Tanya Anna.

"Urusan gue itu sama dia, bukan sama lo!" Mauren berkata sambil menunjuk muka Arlana.

"Gak usah nunjuk-nunjuk!" Arluna menepis tangan Mauren dengan kasar dari depan wajah adiknya.

"Gak usah ikut campur kalian. Ini bukan urusan kalian." Kata Mauren menatap Arlana, dan Arluna secara bergantian.

"Yah jelas jadi urusan kita lah. Kita juga murid dari sekolah sini. Jadi kita gak terima lo ngebully orang kaya gini" Kata Arlana. "Gue salah satu murid di sini gak terima. Mau apa lo?" Tanya Arlana.

"Jangan fikir karena kalian itu salah satu murid berprestasi di sekolah ini, gue jadi takut." Kata Mauren ngegas

"Yah jelaslah murid berprestasi, emangnya lo? Cuman ngandelin harta orang tuanya!" Sahut Lina, teman Arlana dengan sinis.

"Akhh, udalah. Kali ini lo, lolos dari gue." Kata Mauren menunjuk Tasya. Setelahnya dia meninggalkan kantin.

"Makasih, ya. Kalian mau bantuin aku." Kata Tasya tulus.

"Santai aja sya. Itu bajunya ganti dulu. Lo tinggal kekoperasi minta baju, bilang gue yang nyuruh." Kata Arluna.

***

Saat ini keadaan at kelas XII bahasa 2 sedang jam kosong. Membuat para penghuni kelas melalukan seenaknya, ada yang bermain game sampai mojokpun ada.

"WOY, GUYS, GUYS" Teriak Varo sang ketua kelas. "Konser yok. Mumpung guru-guru lagi rapat." Katanya dengan heboh.

"Tau dari mana lo?" Tanya Lina. Luna, dan Anna pun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Takutnya Varo Berulah Lagi.

"Gue kan sumber informa---"

BRAKKK...

Belum sempat melanjutkan ucapannya Varo di buat terkejut karena Arluna menggebrak meja dengan keras.

"YAUDAH TUNGGU APA LAGI?" Kata Arluna semangat 45.

"EKHEM...." Gilang naik ke atas meja membawa sapu. "SIAP DI GOYANGGG." Teriaknya lantang.

"TU, WA, GA, PAT."

"ATI IKI UDU DOLANAN " Teriak Gilang.

"UDU PELAMPIASAN" Lanjut Arluna heboh.

"SENAJAN URIPMU PAS-PASAN" Lanjut sekelas menatap Gilang

"KOE RA WANI KELANGAN" Lanjut anak-anak hingga membuat Gilang melongo.

"Stop.. Stop... Apa-apaan ini?" Tanyanya. "Kok gue yang di nistikan?"

"Ahh, gak seru lo, Lang. Biar gue yang mimpin." Luna berdiri di tengah-tengah sambil mambawa sapu.

"Tunggu-tunggu" cegah Arlana.

"Kenapa, Na?" Tanya Faro.

"Dari pada kita konser di dalam kelas. Mending kita konser di koridor sekolah. Kita tunjukin bahwa anak Xll bahasa 2 itu gak ada lawan." Usul Arlana. Semuanya berbondong bondong keluar kelas,dan melancarkan aksinya.

"WOYYY.."

"RASAH MIKER CINTA NEK KOE TAK PENGEN TERLUKA" Teriak Varo

"MENDING ANTENG ANTENG UREP DI GAWE BAHAGIA" lanjut Luna

"NE WANI RESIKO YOH MONGGO MONGGO WAE" Sahut yang lain

"SENG PENTING ORA CIDRO NDAK MALAH EDAN DEWE"

"POK AME"

"POK AME"

"BELALANG KUPU-KUPU"

"SIANG MAKAN NASIH, KALAU MALAM TULAN CIU"

"WES GEDE TOU AMBROL"

"NE KEWE MBOK KONTROL" Teriak semua anak-anak di koridor mebuat keramaian.

"Woy, berisik!" Suara berat dari samping membuat semuanya terdiam.

"Maaf, kita gak bermaksud buat berisik. Lagian kalau lo gak mau keganggu mending pergi." Kata Arluna sinis

"Bubar!" Katanya dingin.

"HUUU..."

"HUUU... GAK SERU"

Semuanya pergi meninggalkan koridor sekolah dan bubar masing-masing.

"Awas lo!" Kata Arlana. Arlana dkknya pergi dari sana.

"Ini awal dari semuanya!" Kata seseorang dari balik tembok

***

Huftt akhirnya bisa ngelanjutin part 3nya maaf ya kalau ada kesalahan pengetikan.

Mohon kritik kan nya kakak kaka

𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang