Part5: Kasih sayang yang nyata

328 346 24
                                    

Lina mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya. "Arlana kecelakaan. Dan sekarang dia kritis." Final Lina

Arluna langsung terjatuh lemas. "Gak mungkin. Hikss.. akh.. ta..ta..dik di..dia masih sehat." Kata Arluna gemetar.

"Dia di mana sekarang?" Tanya Gilang.

"Di RS citra bunda." Jawab Lina

"Kita kesana sekarang." Usul Varo dan di setujui semuanya.

20 menit perjalanan akhirnya mereka tiba di Rumah sakit. Arluna berjalan dengan cepat menghampiri seorang lelaki yang menggunakan pakai SMA sama dengannya yang berdiri di depan pintu IGD.

"Aldo?" Panggil Lina.

"Arlana masih di tangani dokter." Aldo tau apa yang mereka ingin dengar.

Arluna bersusah untuk tenang. Ia berjalan ke arah samping pintu dan melihat yang di dalam. Dia menyatukan tangannya tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk yang di dalam. Mati-matian pun Arluna mencoba bertahan agar tidak pingsan karena tak sanggup menahan rasa yang sekarang ia rasakan.

"Andai tadi gue gak nolak, dan berangkat bareng lu, mungkin saat ini kita sama, Na. Lo gak sendirian di sana." Kata Arluna.

Mendengar itu Lina tidak suka dengan apa yang di katakan sahabat nya. "Lo apa-apaan sih, Lun! Harusnya lu berdoa bukan malah ngomong kaya gitu. Lo fikir Anna mau liat lo kenapa-kenapa?" Lina berkata dengan sedikit membentak.

"Udah, Lin. Jangan lo marahin. Kasihan Arluna" ujar Varo menengahi karena kalau tidak akan panjang masalahnya.

Seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Arluna menghampiri nya dengan tergesa-gesa, membuat yang lain ikut menghampiri sang dokter.

"Keluarga pasien?" Panggil dokter.

"Saya kakaknya dok." Jawab Luna.

"Kami semua kelurganya." lanjut Lina.

Arluna tampak tidak sabar menunggu sang dokter berbicara. "Bagaimana keadaan adik saya dok?" Desak Arluna.

"Maaf apa ada yang bisa mendonorkan kan darah? Pasien memerlukan banyak darah. Dan kebetulan stok darah o disini sedang kosong." Ucap sang dokter.

"Saya."
"Saya" Arluna dan Aldo menjawab bersamaan.

Arluna menatap Aldo. Aldo mengerti dengan tatapan Arluna tersebut.

"Siapa tau lo gak sanggup." Kata Aldo

"Sia---" belum melanjutkan ucapannya. Sang dokter duluan memotong ucapannya.

"Kalian berdua masuk saja dulu."kata sang dokter.

15 menit berlalu Arluna keluar dari ruang pemeriksaan.

"Gimana Lun?" Tanya Varo.

"Gue gak bisa Var, darah gue rendah. Mungkin karena gue sering bergadang." Kata Arluna.

"Terus gimana, Lun?" Tanya Gilang.

"Aldo yang donorin darahnya" jawab Luna lemas.

"Syukurlah. Udah jangan sedih." Hibur Gilang.

Arluna duduk di salah satu kursi di depan ruangan IGD. Dia masih mengenakan baju sekolahnya itu. Tidak ingin sedikitpun dia ingin meninggalkan adiknya. Dia merasa gagal menjadi seorang kakak yang tidak bisa di andalkan. Bahkan untuk mendonorkan darah saja ia tidak bisa.

Arluna bergerak berjalan kearah pintu ruangan yang ada kaca kecil yang bisa memperlihatkan seorang gadis tengah terbaring lemah dengan berbagai alat medis disana. Air matanya jatuh Tampa di pinta. Dia tidak sanggup melihat sosok yang selalu membuatnya tertawa, sedang terbaring lemah di sana.

𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang