Sore ini langit terlihat gelap, sepertinya akan turun hujan. Seorang gadis tengah duduk di halte, mungkin sedang menunggu angkutan umum ataupun jemputan.
Seorang berdiri di hadapan gadis itu, menatap gadis itu. Gadis yang di tatap seperti itu merasa risih.
"Ngapain lo ngeliatin gue kek gitu?" Tanya Lina. Gadis itu adalah Lina yang sedang menunggu jemputan nya.
"Gue mau nanya alamatnya Arlana" katanya to the point.
Lina menatap Aldo curiga. "Mau ngapain lo?" Tanya Lina.
"Gue ada lomba, dan dia partner gue." Jawab Aldo apa adanya.
"Oalah, tapi kayanya Anna gak pernah ikutan kek gitu deh?" Lina kata Lina. Lina dan Aldo memang tetangga jadi mereka bisa se akrab ini.
Sebuah mobil putih datang ke arah mereka dan itu adalah Arlana. Lina memang menyuruh Arlana menjemput di halte tadik.
"Nah itu anaknya" lanjut Lina.
Arlana turun dari mobilnya, Arlana tersenyum melihat Lina dengan cowok '𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘 𝑛𝑖ℎ' batin Anna melihat itu. Arlana bejalan menghampiri Lina dengan senyuman menggoda.
"Udah dapat nih?" Tanya Arlana dengan jail.
"Dapat apaan?" Balik tanya Lina.
Arlana menggeleng kan kepalanya. "Yok pulang, yok. Udah mau hujan. Entar jalannya licin lagi" kata Arlana dengan terus tersenyum. Lina yang melihat itu menjitak kepala sahabat nya.
"Gue duluan, Al." Pamit Lina.
"Duluan ya, 𝑏𝑟𝑎𝑦." lanjut Arlana.
Aldo hanya mengangguk kan kepalanya. Setelah mobil Arlana melaju dan meninggalkan halte tersebut. Aldo tersenyum 'Unik' batin Aldo, entah sadar atau tidak ia mengatakan nya.
***
Malam ini Arluna di sibukkan dengan bahan makanan, dan alat dapur. Tadi sehabis sholat Maghrib, adik kurang ajarnya itu meminta di buatkan 6 menu makanan sekaligus.
Selesai memasak dan menata masakannya dengan rapi di meja makan. Arluna bejalan untuk memanggil sang adik. Biasa sehabis sholat sang adik bermain game di perpustakaan yang terletak di lantai dua, yang menjadi batas kamarnya dan kamar adiknya.
Kenapa bermain game di perpustakaan? Karena itu akal-akalan sih Arlana yang meminta di jadikan satu supaya bisa belajar sambil main game katanya.
Arluna membuka pintu dan tidak mendapati sang adik di sana. "Kemana tuh bocah? Biasanya disini." Entah berbicara dengan siapa Arluna saat ini.
"Di kamarnya mungkin yah?" Arluna berjalan kesamping dan membuka pintu kamar tersebut.
Ceklek..
Arluna melihat Arlana sedang duduk di sofa kamarnya, sambil memegang satu lembar sebuah foto. Di foto itu terdapat empat orang sedang tersenyum. Foto itu di ambil saat mereka lulus di sekolah dasar.
Tiga hari setelah kelulusan Arlana mendapat kabar bahwa ayahnya sudah menikah dan istri keduanya sedang hamil. Dan seminggu setelahnya papa, dan mamanya benar-benar bercerai.
Setelah bercerai Arlana dan Arluna tinggal bersama sang mama tapi itu tidak lama karena mamanya harus berkerja di luar negeri. Dan halhasil mereka tinggal dengan pembantunya, di rumah itu.
Arluna mendekati sang adik dan menyentuh bahu sang adik. Merasa ada yang menyentuhnya Arlana berbalik dan melihat Arluna tengah menatapnya sendu. Detik berikutnya Arlana langsung meremas foto itu. Arluna yang melihat itu semula sendu menjadi kaget karena adiknya. Pasalnya foto itu hanya satu dan kini rusak karena Arlana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!!] Hanya penulis amatir yang berharap bisa sukses dengan karya pikiran nya sendiri. ---- "Tersenyum untuk terluka, adalah hal sangat luar biasa sakitnya." "Terkadang kita harus bahagia, untuk menutupi luka."--- Arlana. "Dan t...