Part7: Bahagia?

282 324 16
                                    

***
Part sebelum telah di revisi, jadi sebelum baca part ini baiknya baca part sebelumnya.

Ruang rawat Arlana saat ini sedang ramai sekali, pasalnya Sahabat-sahabatnya datang dengan orang tua nya masing-masing.

"Gimana sayang apa ada yang kamu rasain?" Tanya Wulan bundanya Lina.

Arlana tersenyum "udah mendingan kok, Bun."

Semuanya berbincang-bincang, tapi Varo gagal fokus melihat Lina yang sibuk menonton husbu. Apa bagusnya husbu itu fikir Varo.

Ayah Lina pun menyadari itu, dia berdehem, "Suka kok sama yang gepeng," kata Banu menyindir anaknya.

"Iri kok sama yang gepeng kala saing?" Sahut Wulan

"Iri kok bilang-bilang!" Lina ikut menyaut.

Semua terdiam mendengar apa yang Wulan dan Lina katakan. Mereka mau heran tapi itu Wulan, dan Lina. Ibu dan anak itu tidak ada bedanya suka ceplas-ceplos kalau ngomong.

"Skamat, lo" komentar Bram dan terkekeh.

Semua tertawa, Banu tidak mempermasalahkan toh itu hanya candaan.

"Mama kamu kesini sayang?" Kata Manda tiba-tiba

Arluna, Lina, Gilang, dan Varo saling pandang, pertanyaan Manda yang mereka hindarkan dari Arlana.

"Anaknya sakit jadi dia gak bisa ngejenguk Anna." Arluna tersenyum miris.

"Kalau papa kamu?"

"Ma!" Tegur Gilang

Manda langsung sadar dengan ucapannya, dia bergerak menyentuh kepala Arlana dan mengelusnya.

"Kita semua orang tua kamu. Orang tuanya Gilang, Lina, Varo, itu orang tua kamu juga. Jangan pernah ngerasa sendirian yah?" Kata Bram membuat Arlana tersenyum.

"Iya om." jawab Arlana tersenyum

Melihat suasana sedang canggung otak Varo yang ajaib itu bekerja.

"Mama, pa, om, tante, lang, lin, lun, gimana kalau kita main sambung kata aja," usul Varo.

"Sambung kata apa?" Tanya Gilang.

"Sambung kata, tapi cepat gak boleh mikir, gimana?" Kata Varo mereka menyetujui.

"Ngerti gak cara mainnya?" Tanya Varo

"Jelasin makanya," sahut Lina.

"Oke, oke,"

Varo menjelang cara main dan mereka menyimak apa yang Varo katakan. Setelah semua mengerti permainan pun di mulai.

"Oke, mulai," kata Varo kencang.

'Hewan kaki empat' itu lah kata pertama

"Sapi."kata Luna.

"Pisang."

"Ngepet."

"Tempe."

"eko"

"orang"

"G...?" Rean berfikir.

"Yaaaa om Rean kalah." kata Arlana semangat dia bahagia.

Pintu ruangan Arlana terbuka menapakkan seorang perempuan. Arlana terkejut karena melihat siapa yang datang.

"Mama?" Kata Arluna.

Perempuan itu berjalan menghampiri brankar yang terdapat Arlana yang sedang duduk sila di sana. Kebahagiaan yang Arlana rasakan tiga menit yang lalu hilang begitu saja, muka Arlana pun masam.

"Ada apa?" Tanya Arlana memiringkan kepalanya.

"Mama mau ngejenguk kamu." Ucap mamanya.

Arluna membuang mukanya saat mamanya menatapnya. Rasanya bencinya bahkan seperti lebih besar dari pada rasa sayangnya kepada ibunya.

Rasanya Arlana ingin menangis, kenapa mamanya tak memeluknya? dan kenapa kata-katanya sangat dingin kepadanya?

Arlana mengangguk, "Oh.." balas Arlana.

"Buset, enaknya Anna cakep banget," bisik Varo kepada Gilang

Gilang mendengar itu hanya mengendus kesal, bisa-bisanya nih anak gak tau tempat. "Namanya juga model!"

"Liora, apa kabar?" Tanya Wulan.

"Saya baik." Jawabnya dengan angkuh

Arluna tidak suka dengan ucapan mamanya itu, "Ngapain kesini?!" Sinis Arluna.

"Kan tadi mama udah bilang, mama mau ngejenguk adik kamu!" Jawab Liora tidak suka dengan nada bicara Arluna.

Arlana yang mendengar itu tersenyum sinis, "Gak perlu, gue udah baik-baik aja." Sergah Arlana.

"Maaf kita keluar dulu." Kata Bram. Dia mengerti dengan situasi.

Liora mengeluarkan sesuatu dari tasnya, "Mama cuman mau ngasih.."

"Gak perlu ma!" Potong Arluna.

"Kita gak perlu barang-barang dari mama, apapun bentuknya." lanjut Luna.

"Mama belum selesai ngomong, bisa jangan kurang ajar?!" Kata Liora membuat Arlana berdecak.

"Keluar!" Sergah Arlana dengan dingin.

"Pintu keluar ada di belakang anda!" Lanjut Arluna.

"Kalian benar-benar kurang ajarnya melebihi anak yang tak tau adap!" Liora berkata dengan emosi.

"KELUAR!!" Teriak Arluna dan Arlana reflek.

Mendengar teriakan dari dalam semuanya masuk dan melihat Arluna dan Arlana menahan amarahnya.

"Kedatangan lo itu cuman nyusahin gue, sama kakak gue. Gue benci sama lo!" Teriak Arlana.

Liora tak menyangka bahwa Arluna dan Arlana merespon seperti ini. Dia merasa di rendahkan oleh anaknya.

"Kalian benar-benar anak gak tau diri!" Liora mengangkat tangannya hendak menampar Arlana.

Melihat pergerakan sang ibu yang hendak menampar adiknya Arluna langsung memeluk sang adik.

"Jika kedatangan anda hanya membuat anak saya semakin membenci orang tuanya, lebih baik anda pergi."

Suara itu bukan dari orang tua Gilang, Varo, ataupun Lina. Suara itu berasal dari Mahendra. Ayah gadis kembar itu.

Mahendra maju dan memeluk anak kembarnya itu. Walaupun keduanya diam tidak membalas pelukan sang ayah.

"Maafin papa nak. Bisa-bisanya papa gak ada saat kamu butuh papa."

Terasa sebuah air mengenai kulit Arlana. Mati-matian keduanya menahan diri untuk tidak menangis.

"Satu minggu aja tinggal sama Anna, itu aja udah cukup buat Anna bahagia, pa." Perkataan konyol yang Arlana katakan mampu membuat Arluna terkejut, begitupun dengan ayahnya.

Mahendra melepaskan pelukannya, "Jangankan satu minggu selamanya papa juga mau syang." Katanya yakin.

"Tapi gak sama keluarga papa." Sahut Arluna dan Arlana.

***

Hai update lagi. Tandai jika ada kesalahan.

Mohon kritikkannya kak. Dan see you.

Maaf part kali ini pendek banget, Soalnya lagi sibuk-sibuknya.

𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang