Happy reading
Setelah dari masjid tadi Arluna dan Arlana mendadak menjadi diam.
Varo resah sendiri, pasalnya jika keduanya menjadi diam itu akan lama kembalinya, karena jika biasanya Arlana yang diam, maka Arluna yang akan membujuk dan begitu sebaliknya.
"Na, jangan diem begitu dong," kata Varo.
"Lun, masa lo juga ikut diem kaya gini," lanjut Varo
"Ada apa sih?" Tanya Lina yang baru saja keluar dari arah dapur.
Gilang menjelaskan kepada Lina tentang yang terjadi, Lina yang paham pun menghampiri kedua sahabatnya yang sedang melamun itu.
"Na, kamera lo udah gue perbaiki nih," kata Lina mencairkan suasana.
"Gue ke atas dulu, yah? Gue mau ngephus," pamit Anna yang di angguki temannya.
Luna mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, "Mau apa gak, Lin?" Tanya Luna.
"Iya Lun. Gue nginep di sini gak pa-pa kan?" Ucap Lina.
"Wah, boleh banget lah," kata Luna mencoba baik-baik saja.
Varo yang dari tadik diam pun ikut berbicara, "Gue juga nginep..."
Belum selesai Varo berbicara Gilang langsung memotong ucapannya.
"Mau nginep di sini lo?!" Tanya Gilang ngegas.
"Gue belum selesai ngomong, nyet!" Varo mengelus dada agar bisa sabar dengan Gilang, "Gue mau nginep di rumah lo, berhubung rumah lo di samping rumah Luna." Jelas Varo.
Akhirnya mereka Bubar satu-satu untuk istirahat, dan begitupun dengan Arluna dan Lina sekarang ia sedang di kamar Arluna.
Jam menunjukkan pukul 03.17 Arluna terbangun dari tidurnya. Dia turun dari kasur dan menengok ke samping di mana Lina sedang tidur pulas.
Arluna turun dan berjalan keluar niatnya mau mengambil air, tapi saat di depan pintu Arluna mendengar suara game dari arah perpus. Tampah pikir panjang kakinya melangkah ke arah perpustakaan, dan melihat sang adek nya sedang bermain game dengan headphone di telinganya.
Arlana menurunkan headphone itu ke lehernya. Dia mengucek matanya, dan melanjutkan bermain game PUBG MOBILE itu.
Arlana yang gagal fokus gara-gara bayangan di belakangnya mencoba biasa saja, tapi saat ada yang menyentuh bahunya dia kaget bukan main.
"Allâhumma bârik lanâ fî mâ razaqtanâ wa qinâ adzâban nâr,"
Luna yang mendengar doa yang tidak masuk akal dari sang adik hanya meringis,
"Hei... Hei," Luna menyadarkan Anna yang ngawur, "Salah doa lo," kata Arluna."Ha? Emang iya?" Tanya Arlana
"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw walaa naum," lanjut Arlana
Arluna yang geram menggeplak kepala Arlana saat adiknya itu membacakan nya ayat kursi.
"Sinting lo!" Ucap Luna, "Kenapa belum tidur? Udah jam tiga nih," Arluna berkata dengan wajah yang di galak-galakan. Dan yang di ajak bicara hanya nyengir,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!!] Hanya penulis amatir yang berharap bisa sukses dengan karya pikiran nya sendiri. ---- "Tersenyum untuk terluka, adalah hal sangat luar biasa sakitnya." "Terkadang kita harus bahagia, untuk menutupi luka."--- Arlana. "Dan t...