Prolog.

495 116 45
                                    


"Kamu adalah mutiaranya mas, bidadarinya mas sayang. Kamu perempuan sempurna di mata mas, mas nggak mandang kamu dari status itu bukan pula dari fisik ataupun harta, meksipun kamu bukan kalangan alumni santri atau ning. Tapi mas yakin kalo kamu wanita yang sholeha, wanita yang paling sabar setelah uminya mas, wanita yang paling kuat menghadapi masalah yang mas temui dan wanita yang selalu belajar berusaha keras mencari ilmu agama dan masih banyak lagi alasan mas yang nggak bisa mas sebutin satu - satu. Itu yang membuat mas yakin pada mu "Azkiya Amayra Fatimatuz Az - Zahra."

Reval pun menghentikan bicaranya lalu menarik dan nafasnya dan kembali dia keluarkan.

"Kamu adalah perempuan yang beda dari yang lain, yang mas temui, Iffah dan Izah mu sangat kamu jaga sekali. Itu yang membuat mas memantapkan hati untuk menjadi istrinya mas sayang," ucap Reval dengan masih menggenggam kedua tangan Azkiya sambil menatapnya dan kemudian membawanya kedalam pelukannya.

"Udah ya jangan mikir kek gitu lagi, omongannya orang lain nggak usah di masukin hati yaa," ucap Reval dengan masih memeluk istrinya dan mengelus punggung istrinya itu.

"Iyaa mas, maafin aku yaa. Tadi udah ngomong kek gitu," jawab Azkiya dengan masih nyaman berada di pelukan suaminya itu.

"Iyaa sayang, tapi lain kali jangan di ulangin lagi yaa."

"Ya udah, kamu masak ya sekarang, mas udah laper soalnya," ucap Reval dengan satu tangan ia gunakan untuk memegangi perutnya yang terasa lapar dan yang satu masih memegangi punggung istrinya.

Azkiya yang mendengar penuturan suaminya pun segera melepaskan pelukan suaminya dan terbelalak kaget, bisa - bisanya dia lupa kalau belum memasak padahal hari sudah menjelang malam.

"Astaghfirullah, maaf mas aku lupa.
Kok bisa sering kelupaan kek gini ya sekarang," ucap Azkiya dengan memelas lalu menepuk keningnya tanda kalau dia benar-benar lupa.

Sementara Reval yang melihat tingkah istri nya itu pun hanya bisa terkekeh, lucu baginya.

"Kok malah  diketawain sih mas ?Emangnya ada yang lucu ya ?" tanya Azkiya bigung.

"Hehe, nggak sayang, nggak ada kok."

Azkiya pun langsung berdiri dan  bergegas pergi  ke dapur untuk memasak, namun langkahnya terhenti saat melihat pergelangan tangannya di tahan oleh suaminya.

"Kenapa mas ?" tanya Azkiya dengan mengernyitkan satu alisnya bigung.

"Disini aja," Ucap Reval dengan masih menatap sang istri dan memegang pergelangan tangan istrinya.

"Loh, tadi katanya kamu laper mas ?Ya, aku mau masak lho."

"Tapi mas nggak mau pisah lama - lama sama kamu sayang," ucap Reval dengan nada manjanya.

Azkiya pun hanya menghela nafasnya. Harus sabar memang, saat ini suaminya itu sedang dalam mode manja - manjanya.

Azkiya pun mendudukan dirinya terlebih dahulu di dekat sang suami.

"Aku cuma mau masak mas, paling 15 menitan juga selesai, udah yaa, aku mau ke dapur dulu," Ucap Azkiya sambil mencoba melepaskan tangan suaminya yang masih setia berada di pergelangan tangannya.

Reval kembali menahan tangan istri nya.

"Kenapa lagi sih mas ? Kalo kek gini terus aku nggak jadi masak sampek nanti maghrib," Ucap Azkiya kesal.

Reval kembali terkekeh.
"Iya - iya, ya udah sana gih kamu ke dapur," Ucap Reval, namun setelahnya  dia pun  mendahului langkah sang istri, lalu membalikkan tubuh istrinya pelan menghadap ke hadapannya dan terakhir mencium keningnya.

Sehingga membuat Azkiya mematung di tepat.

"Nah, kalo gini baru boleh pergi," Ucap Reval dengan tersenyum, lalu beralih pergi ke kamar mandi.

Sementara Azkiya yang sudah tersadar itu pun, berteriak kesal dengan perlakuan yang suaminya berikan secara tiba-tiba itu.

"MAS REVAL !"

"Ih nyebelin deh," rengek Azkiya pelan dengan menginjak - menginjakkan kakinya ke lantai.

                                          Trenggalek, jatim, 24 April 2022.

Mengikhlaskanmu Dalam Sepertiga MalamKu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang