Setelah kepergian Viagra dari kamar Hyunja, jendela kamar Hyunja kembali terdengar ketukan."Apa kau tidak lelah, bertamu selalu lewat jendela. Dan ini siang hari, bagaimana jika ada yang melihatmu disini" ucap Hyunja dengan sedikit khawatir setelah melihat siapa yang datang.
"Kau ini bagaimana, kekasihnya datang malah ngomel-ngomel, kan aku sudah pernah memberikan saran, jika kau takut ada yang melihatku, biarkan aku masuk" senyum Yuandra sampai menunjukkan gigi rapihnya.
"Percaya diri sekali, memangnya siapa yang menganggapmu sebagai kekasih" ketus Hyunja.
"Wah wah wah, baru semalam kau memelukku dan tidak ingin aku pergi, eh sekarang sudah lupa lagi, apa kepalamu barusan terbentur, ha disebelah mana, kau tidak apa-apa kan ?" beberapa pertanyaan Yuandra lontarkan dengan nada seolah-olah dibuat khawatir.
"Aiihh jika ada yang melihatmu bisa mati aku, sudah cepat masuk" Hyunja segera menarik Yuandra kedalam kamarnya.
Tentu tidak lupa dengan menutup seluruh jendela dan pintu kamarnya.Sesaat setelah mengunci kamar, dia terkejut karena tiba-tiba dipeluk dari belakang.
Dejavu, ini persis seperti kejadian kemarin malam."Kalau kau mati, aku akan ikut denganmu" ucap Yuandra seraya menggerakan tubuh dalam pelukannya ini ke kanan dan ke kiri.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan padaku Hyunja-ya, mengapa aku selalu merindukanmu, mengapa aku selalu ingin didekatmu, dan memelukku seperti ini" ucap Yuandra bersamaan dengan menciumi pundak Hyunja.
Hyunja tidak mengerti apa yang ia rasakan saat ini, desir darahnya mengalir cukup hebat.
Matanya memejam berasakan tangan Yuandra mengelus perutnya."Bisakah kau memelankan suaramu, bagaimana jika ada yang mendengarnya dari luar ?" ucap Hyunja dengan nada khawatir.
"Aku tidak takut, aku bahkan rela mati asalkan bisa selalu bersamamu" ucah Yuandra seraya menghidu aroma tubuh wanitanya.
Hyunja meremang, ia terkekeh pelan.
"Lalu jika mau mati, aku hidup dengan siapa, dengan Pangeran?" tanya Hyunja sambil mengusap lengan Yuandra yang ada diperutnya.
"Yaaa kalau kau mau dengannya, aku tidak masalah asal kau bahagia, dan tidak tersiksa lagi" ucapan Yuandra terdengar sendu.
"Aku tidak mau" jawab Hyunja dengan cepat.
Yuandra membalikkan tubuh Hyunja.
Dia mengusap mata, pipi Hyunja secara bergantian, dan terakhir adalah bibirnya.
Bibir merah Hyunja."Aku tidak akan mati sebelum aku membahagiakanmu, peganglah janjiku Hyunja-ya, aku akan membebaskanmu dari Pangeran sialan itu" ucap Yuandra dengan suara yang sedikit ditekan.
"Hei tutup mulutmu Yuandra, jika ada yang mendengar, kita berdua bisa mati bersama sekarang juga" ucap Hyunja dengan resah.
"Bisakah kau membantu menutup mulutku jika begitu, Hyunja-ya" kini tatapan Yuandra begitu mendamba bagi Hyunja.
Mata mereka bersua cukup lama.
Yuandra mengikis jarak diantara keduanya.
Hyunja memejam, ia sudah bisa merasakan sapuan nafas Yuandra pada permukaan kulit wajahnya.Kini bibir mereka bertemu, hanya menempel tanpa ada pergerakan dari keduanya
Cukup lama bibir mereka menempel, hingga entah siapa yang memulainya, kini ciuman mereka begitu intens.Kedua tangan Hyunja sudah mengalung sempurna dileher Yuandra, dan kedua tangan Yuandra berada dipinggang Hyunja.
Kepala mereka terarah ke kanan dan kekiri untuk memperdalam ciuman mereka.
Nafas keduanya memburu, mengimbangi gejolak gelombang bara nafsu diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cessation of Love (SUDAH TERBIT)
RomanceCinta tidak bisa dipaksa kapan akan tumbuh, dimana akan mekar dan kepada siapa akan berlabuh. Terkadang yang tidak direncanakan akan terasa indah, tanpa adanya suatu paksaan. Seperti Viagra yang hanya mengharapkan Hyunja, namun hati Hyunja telah ber...