- Bagian 20 -

37 33 4
                                    


Viagra berjalan menghampiri ibunya yang sedang termenung menatap hamparan taman istana dari balik kamarnya.
Ia mendekat dengan perlahan.

"Ibu" panggil Viagra.

Ratu Varindra menoleh.
Ia pun kemudian berjalan mendekati Viagra yang berada di belakangnya.
Ratu Varindra meletakkan kedua tangannya pada bahu Viagra.

"Anakku, apakah benar apa yang dikatakan Hyunja, benarkah jika ia tidak sedang mengandung anakmu?" tanya Ratu Varindra dengan tatapan tegasnya.

Viagra menatap sendu kepada sang ibu.
Kemudian ia mengusap punggung tangan ibunya yang berada diatas pundaknya.

"Apakah ibu meragukanku?" Viagra bertanya sembari memiringkan kepalanya.

Ratu Varindra tidak lekas menjawab.
Ia kemudian menurunkan tangannya dan membalikkan tubuhnya kembali, guna menatap hamparan taman di hadapannya lagi.

"Bukan ibu meragukanmu. Ibu hanya takut jika kau mengecewakan ibu".

Suara ratu Varindra benar-benar terdengar sendu.
Jelas tersirat kesedihan dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan.

Viagra kemudian mendekat.
Mendekap dan memasrahkan kepalanya pada pundak sang ibu dengan manja.

"Apakah ibu tidak menyadarinya, jika ibu meragukan aku seperti ini, ibu telah membuat putra ibu merasa kecewa karena..." Viagra menjeda ucapannya.

"Karena orang yang paling aku cintai di dunia ini, bahkan tidak bisa mempercayaiku. Bagaimana rakyatku bisa mempercayaiku kelak, jika ibuku sendiri saja tidak bisa melakukannya" ucap Viagra seraya memejamkan matanya.

Perasaan ratu Varindra seketika terasa terluka mendengar apa yang putranya katakan.
Kemudian ia segera membalikkam tubuhnya untuk menghadap sang putra.

"Tidak anakku, ibu tidak bermaksud seperti itu, ibu mempercayaimu. Hanya saja...,

"Tidak. Ibu belum mempercayaiku" ucap Viagra membuat ratu Varindra menjeda kalimatnya.

"Tidak apa jika ibu belum mempercayaiku. Mungkin karena selama ini aku tidak pernah mendengarkan ibu, aku banyak mengecewakan ibu, jadi ibu tidak semudah itu untuk percaya akan semua ucapanku, aku memahami itu ibu. Tetapi satu yang harus ibu percaya, bahwa aku tidak pernah menyentuh Hyunja barang sekalipun, aku masih menghormati mendiang ayahanda untuk menjaga kehormatan keluarga Wiarga, jadi aku masih cukup sadar untuk membatasi setiap tindakanku, jadi ibu tidak perlu mengkhawatirkan apapun" ucap Viagra sembari tersenyum.

Ratu Varindra sudah tidak mampu lagi menahan air matanya.
Ia merasa bersalah karena telah meragukan putranya sendiri, ia benar-benar merasa bersalah.

"Maafkan ibu nak, maafkan ibu" ratu Varindra kemudian memeluk sang putra dengan erat.

"Seharusnya ibu tidak perlu meragukan putra ibu, seharusnya ibu percaya sepenuhnya padamu nak, ibu minta maaf" tangis ratu Varindra semakin terdengar pilu.

Viagra pun tidak mampu menahan air matanya untuk tidak ikut menyapa sang pipi.
Jujur sedikit hatinya terasa tergores karena sang ibu meragukan dirinya, tetapi itu tidak menimbulkan sedikitpun rasa marah kepada sang ibu, karena ia sadar, ibunya meragukan dirinya juga karena ia selama ini menjadi putra yang sedikit membangkang, mungkin itu yang memyebabkan ratu Varindra sempat meragukannya.

Viagra mengurai pelukan pada ibunya.
Ia menghapus air mata yang masih mengalir pada permukaan wajah sang ibu dengan sayang.

"Sudah ibu jangan menangis lagi, hatiku sangat sakit melihatnya" ucap Viagra masih dengan mengusap wajah sang ibu.

Ratu Varindra hanya mampu memejamkan matanya sembari menggengam kedua tangan putranya yang ada di pipinya.

Viagra kemudian membawa sang ibu untuk duduk diatas tempat tidur.
Kemudian ia menyerahkan cawan yang berisi air putih untuk ibunya.

Cessation of Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang