- Bagian 22 -

35 32 5
                                    

Sudah hampir satu bulan lamanya sejak Viagra mengutarakan semua kebenaran tentang kematian Yuandra kepada ibunya.
Ia mengungkap semuanya atas desakan dari sang istri, karena ia tidak mau terus-terusan melihat Viagra begitu tersiksa setiap hari karena rasa bersalahnya.

Tidak ada yang bisa menyangka, bahwa semua pernyataan dan kejujuran yang Viagra utarakan kepada sang ibu ternyata membuat jiwa ibunya terguncang dengaj keras, fisiknya pun rapuh sehingga sehingga kini menyebabkan tubuh ratu Varindra hanya terbaring tak berdaya diatas tempat tidurnya.

Setiap hari Viagra akan datang untuk menemui sang ibu, memohon ampunan atas semua perbuatannya walaupun ibunya tidak pernah memberikan ampunan, atau bahkan sapaan untuknya.
Ratu Varindra lumpuh.
Ia tidak bisa berjalan, bergerak, dan bahkan berbicara.

Tentu hal itu sangat membuat Viagra merasa begitu bersalah.
Tetapi ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya, karena saat ini ia sudah resmi menjadi pemimpin kerajaan Nerlond.
Ia harus memperhatikan rakyatnya sebagaimana ayahnya dulu berpesan kepadanya sewaktu ia masih remaja.

"Ibu aku datang" sapa Viagra kepada sang ibu sembaru tersenyum.

Walaupun ia tidak pernah mendapatkan jawaban atas sapaannya dari sang ibu, tetapi Viagra tetap datang setiap hari untuk melakukannya.

Seperti biasa, ia datang untuk menyuapi ratu Varindra ketika jam makan sudah tiba.
Viagra menyuapi sang ibu dengan telaten sembari menceritakan tentang bagaimana ia kini memimpin Nerlond, bagaimana ia belajar banyak hal untuk bisa memahami rakyatnya dan masih banyak hal lagi, semuanya ia ceritakan setiap hari kepada sang ibu tanpa sedikitpun rasa bosan.

Saat Viagra sedang bercerita dengan diiringi senyuman dihadapan sang ibu, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka perlahan.
Ternyata itu adalah Axyera. Perlahan Axyera berjalan mendekati keduanya, kemudian ia menyapa ratu Varindra dengan sopan dan kemudian duduk dihadapan Viagra.

"Bukankah hari ini kau ada tugas untuk mengunjungi desa Suakra untuk menghadiri acara undangan perayaan dari kepala desa disana?" tanya Axyera sembari mendekati suami dan ibunya.

"Iya, aku akan berangkat sebentar lagi. Aku masih ingin mengobrol dengan ibu" jawab Viagra.

Axyera sungguh tidak tega tiap kali melihat interaksi antara Viagra dan ratu Varindra. Viagra bahkan terus bercerita walaupun tidak peenah mendapatkan jawaban dsei ibunya.

"Viagra" panggil Axyera seraya mengusap pundak sang suami.

Viagra menghadap pada Axyera kali ini.

"Jangan terlalu memaksakan, aku yakin ibu sudah memaafkanmu".

Mendengar ucapan Axyera, kini Viagra kembali hampir menangis.
Benar, bahkan sebelum ibunya terbaring tak berdaya seperti saat ini, ibunya sama sekali belum menerima ucapan maaf dari Viagra.
Hal itu lah yang selalu mengganggu fikiran Viagra, ia tidak bisa memafkan dirinya sendiri jika sang ibu tidak memaafkannya.

Viagra berdiri dan mendekat kepada sang ibu.

"Ibu, aku pergi sebentar ya, disini ada Axyera yang akan selalu menemani ibu saat aku pergi. Aku harap ibu sudah sehat saat aku kembali nanti" ucap Viagra seraya mengecup kening ibunya.

Setelah itu Viagra berdiri dihadapan Axyera.
Ia menyentuh kedua pundak istrinya, dan perlahan mendekatkat bibirnya pada kening sang istri.
Axyera memejam.
Ia kini bisa merasakan kehangatan dari sang suami.
Viagra mencium kening Axyera cukup lama.

"Aku titipkan ibu padamu, aku percaya kau mampu menjaganya lebih baik daeipada aku" ucap Viagra seraya mengusap pipi istrinya.

"Eum tentu, ibumu sudah menjadi ibuku, dan aku akan menjaganya sebagaimana aku manjaga ibu kandungku" tutur Axyera seraya meletakkan tangannya diatas tangan Viagra yang masih berada di pipinya.

Cessation of Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang