Chapter 2

1.1K 97 19
                                    

"Levi?!" Eren menggebrak meja membuat Levi mendecih. Untung saja tempat itu sepi karena jam makan siang sudah lewat.

"Apa apaan ini! Kamu bolos buat kerja disini! Berani banget ya kamu!"

"Pak tolong suaranya dikecilkan, ini tempat umum. Bukan rumah anda." Ujar Levi berusaha sesopan mungkin:)
Levi langsung saja menaruh pesanan Eren dan ingin beranjak pergi hingga Eren kembali membuka suara.

"Panggil manager kamu, saya mau bicara sama dia." Titah Eren tapi Levi tak kunjung pergi dan hanya menatapnya tajam.

"Ga. Lu pasti bakal ngomong yang aneh aneh dan bikin gue dipecat." Eren menatapnya balik. Ia berjalan keluar dari tempat duduknya dan pergi ke kasir dengan Levi yang mengekor di belakangnya.

"Mbak permisi. Pelayannya saya pinjam dulu ya. Ada yang mau saya omongin soalnya." Pinta Eren dengan senyum yang membuat si kasir hanya mengangguk angguk sementara Levi dibelakang udah mangut mangut.

"Terima kasih." Katanya sambil menarik pergelangan tangan Levi kembali ke meja tadi. Sesudahnya mereka duduk berhadapan dengan Eren yang menatap Levi tajam sementara yang ditatap tak peduli dan melirik jendela.

"Bapak tanya sama kamu, kenapa kamu disini dan bukannya sekolah?" Tanya Eren setelah tenang dari amarahnya. Levi melirik dan menjawab.
"Saya lagi kerja. Harusnya hari ini libur, tapi kokinya ga bisa masuk jadi saya disuruh gantiin sehari. Katanya nanti dikasih bayaran gede." Jawaban tersebut membuat Eren menghela nafas.
"Tapi pendidikan tetap yang utama Levi. Ingat beasiswa kamu."
"Ya makanya kemarin saya kan izin dulu sama bapak." Lagi lagi Eren menghela nafas dan meminum jusnya.
"Hei, ini udah semester dua, dan kami sering banget absen, telat dan jadi kena hukum terus. Tinggal beberapa bulan lagi kok nak. Lima bulan lagi sampai lulus! Jangan sampai beasiswamu dicopot pas di akhir akhir gini!" Kali ini Levi yang menghela nafas dan menatap Eren.

"Antaranya hidup dan pendidikan mana yang bakal bapak pilih?"

"Tentu saja hidup, tapi pendidikan juga penting untuk masa depan."

"Kalau itu saya juga tau. Makanya saya tetap menjaga nilai-nilai saya tidak turun." Eren mengangguk pasalnya nilainya Levi selalu 90 keatas.

"Lalu, antara hidup dan mati mana yang bapak pilih?"

"Jelas hidup lah!"

"Antara sekolah dengan kelaparan dan kerja dan mendapatkan uang. Pilih yang mana?"

"Pilihan sulit, tapi saya masih memilih sekolah." Levi tersenyum membuat Eren gugup.

"Itu yang akan kau pilih saat kau masih punya rumah untuk ditempati dengan keluarga harmonis didalamnya." Ujar Levi dengan senyum yang sangat manis. Tapi dibaliknya Eren merasa ada sesuatu yang janggal.

"Makan deh pak. Udah dingin tuh. Sayang kalau ga dihabisin." Eren masih diam.

"Kamu...udah makan?"

"Udah." Jawab Levi dan langsung pergi meninggalkan Eren sendiri. Eren menghela nafas, "dasar pembohong..." Gumamnya dan akhirnya ia mencoba makannya.

"Enak...kayak buatan bunda...." Gumam Eren.

*******

Keesokan harinya akhirnya Levi kembali datang ke sekolah dengan santainya sehingga membuat Eren menghela nafas panjang.

"Weeh.....punya murid gini amat tuhan." Gumamnya membuat satu kelas bingung sementara Levi terkekeh kecil dan berusaha menoleh agar tidak ada yang menyadarinya.

"Lah pak, emang kita salah apa?" Tanya salah satu murid bingung.

"Auah, pikirin sendiri." Jawabnya dan keluar dari kelas karena jam pelajarannya sudah habis.

"WEEH....PUNYA GURU GINI AMAT DAH!!" Ujar satu kelas membuat Eren tersandung dipintu kelas, untungnya ga jatuh. Kalau tidak mau ditaruh dimana mukanya.

"Hati hati pak, perasaanku ga enak!" Ujar sekretaris kelas membuat para murid lain terkekeh sementara Eren mengoceh tak jelas dan membanting pintu kelas hingga tertutup.

********

"Pak nih tugas saya yang kemarin kelupaan." Serah Levi kepada Eren. Saat ini mereka hanya berada berdua dikelas.

"Gini kek, kan gue ga perlu repot meriksanya."

"Ya namanya juga human pak, banyak salahnya."

"Iyain dah, serah serah lu."

"O iya pak, besok saya absen lagi boleh?" Eren melotot.

"Udah tau beasiswamu diujung tanduk! Masih aja bandel!"

"Tapi pak, bonusnya lumayan, busa buat beli baju lebaran~"

"Baju lebaran ndas mu! Ga ada! Kalau kamu ga dateng besok saya keluarin." Levi mendengus.

"Dah lah ga asik. Bapak bukannya mau beliin saya baju baru juga kan. Bagus kerja." Eren kembali melotot.

"Kerja aja sana! Terus ga usah lagi balik sekolah!"

























*Keesokan harinya*

Eren menatap tempat duduk Levi.
"Anak itu beneran ga dateng...!" Gumamnya emosi.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka.
"Maaf pak saya telat." Kata Levi sambil menyeringai kecil yang hanya disadari Eren.
"Cepet duduk! Kamu ketinggalan satu les!"
"Makasih pak." Ia pun langsung melenggang ke bangkunya dan memulai pelajaran seperti biasa.
















"Kamu ini ya, bisa bisanya telat lagi!" Marah Eren. Saat ini ia berada di kantornya berdua dengan Levi.

"Bapak sih ga ngasih izin buat absen, telat gapapa kali. Yang penting dateng."

"Mau saya panggil ortumu?!"

"Lah pak itu kan ancaman bulan kemaren. Kalau bulan ini mulai telat lagi gapapa dong." Jawabnya santai membuat Eren membanting meja.

"Dasar murid kurang ajar." Levi pun membanti meja.

"Dasar guru sialan!" Keduanya bertatapan tajam.

'SREKK....' Pintu kantor terbuka dan seorang guru masuk.

"Permisi.....eh- maaf ganggu!" Guru tersebut langsung keluar membuat keduanya menoleh.

"Dia kenapa?"

"Minikitihi. Auah gue laper. Saya pamit ya pak."

"Iya nak. Hati hati dijalan."

"Oghey."













TBC
Maaf typo:)
Votmen!

My Fucking Stupid TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang