"Jadi ini rasanya jadi pembunuh?"
"Tabun so." (Mungkin saja.)
"Gue ga bakal dipenjara kan?"
"...."
"Lev, jawab! Gue ga bakal dipenjara kan??" Levi masih terdiam. Saat ini mereka berada di dalam mobil Eren yang kini berhenti diparkiran rumah sang guru.
"Levi! Gimana nih?!"
"Yang bunuh kan bapak."
"Yang ngebacok kan elo!"
"Tetap aja akhirnya bapak yang dipenjara."
"Jadi gue bakalan dipenjara?!" Levi mengangguk sekali, dan satu anggukan itu sudah membuat Eren melotot horor ke arahnya.
"Lagian kita ngapain sih disini? Saya mau pulang pak, emak gue nungguin nih pasti."
"Kamu nginap disini. Nanti saya telpon ibu kamu." Ujar Eren spontan membuat Levi mendecih.
"Emak saya ga punya HP!"
"Masa?"
"Beneran!"
"HP tulalit juga ga punya?"
Tulalit → Nokia
"Ga ada! Sayang beli pulsanya." Eren menatap Levi sinis.
"Dasar pelit."
"Namanya juga bokek!" Dan mereka lanjut bertengkar hingga pertengkaran tersebut diakhiri Levi yang mulai bersin bersin.
"Duh masuk dulu gih, nanti masuk angin." Tawar Eren sementara Levi kembali bersin.
"Ga mau! Mau pulang!"
"Dih, degil banget jadi orang."
Degil → keras kepala
"Udah deh saya pulang ya." Levi berusaha membuka pintu mobil tapi ternyata pintu tersebut terkunci.
"Pak bukain dong."
"No. Nginap disini atau kita berdua tetap dimobil."
"Hachu!" Levi bersin, hidungnya mulai terasa tumpat.
"Ihh pak cepetan. Dingin ini. Kalau niat nahan saya disini, seenggaknya hidupin penghangatnya kek."
"Haha, tidak semudah itu fergodot! Setuju dulu nginap disini!"
"Dasar! Iya deh iya! Saya nginap!"
"Gitu dong~" Eren membuka kunci pintu mobil lalu menoleh kembali kearah Levi yang kini sudah menghilang dan hanya pemandangan pintu mobil yang terbuka.
"Dasar licik!" Eren langsung membuka pintu mobil dan mengejar Levi. Untungnya hujan mulai reda.
"Levi! Levi!" Ia terus mencari sambil berlari dijalan yang sudah sepi.
"Ihh! Kemana sih! Udah badannya kek kurcaci! Kan susah nyarinya!" Eren mulai mencari Levi ke gang gang sempit hingga "Hachu!" Ia mendengar suara bersin kecil dari dekatnya.
"I found you~"
"C'mon dear, get out~" Eren mulai mendekati sumber suara dan tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh kucing yang tiba-tiba melompat ke arahnya hingga membuatnya oleng dan terjatuh.
"Oi! Tunggu bangsat!" Ia kembali bangkit mengejar Levi yang berlari menjauh.
Bruk!
Eren menyudutkan Levi ketempat terdekat dan menatap matanya.
"Jadi orang kok bandel banget sih?" Levi tak menjawab dan mulai menutup matanya.
"Rumah kamu bukannya masih jauh ya? Udah nginap aja dulu. Saya ga mau diprotes kalau ada apa-apa sama kamu." Ujar Eren tapi Levi tetap diam dan mulai merosot hingga badannya hampir jatuh jika tidak ditangkap Eren.
"Levi? Levi?" Levi tak menjawab, matanya masih tertutup. Eren menaruh telapak tangannya dikening Levi dan mengecek suhu badannya.
"Sial! Demam!" Eren segera bangkit dan menggendong Levi kearah rumahnya.
"Apa yang harus kulakukan?! Haruskah aku membawanya ke rumah sakit?!"
"Sial! Sial! Sial!"
Pagi hari datang dikediaman keluarga Jaeger, membangunkan seorang pria bersurai hitam yang sebelumnya terlelap.
"Mhmm..." Ia bangkit dan melihat sekitar.
"Ugh..." Tiba-tiba ia merasakan sakit di kepalanya.
"Sial...dimana aku??" Ia bertanya-tanya. Berusaha bangkit, ia keluar dari kamar dan menuruni tangga. Berusaha mencari sang pemilik rumah.
Ia melihat sekeliling dan hidungnya mengarahkan kearah aroma lezat yang datang dari mana.
"Cheese burger?" Gumamnya saat mengenali aroma masakan tersebut. Ia terus berjalan menuju aroma lezat tersebut hingga sampailah ia didepan sebuah pintu. Meneguhkan hati, Levi membuka pintu tersebut.
"Haha, putri tidur sudah bangun~" goda seseorang yang kini menatap Levi. Levi hanya berdecak kesal sebagai tanggapan.
"Kenapa aku ada disini?" Tanyanya sambil mendekati orang tersebut.
"Harusnya kau berterimakasih lah pada gurumu ini bodoh. Kalau bukan karenaku mungkin kau sudah dirumah sakit sekarang." Keluh orang tersebut yang tak lain adalah Eren.
"Elu yang ngejar gue ogeb."
"Lah trus kalau ga gue kejar nasib lu gimana? Mau pingsan ditengah jalan sendirian? Mungkin lu baru ditemuin sekarang."
"Itu kan kare–" ucapan Levi terhenti saat ia merasakan nyeri dikepalanya. Eren memerhatikan dan menghela nafas.
"Jangan paksakan dirimu. Ayo duduk." Ia membawa Levi menuju kursi dan meja yang agak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ini." Eren menyodorkan segelas teh pada Levi yang hanya menatapnya.
"Ga manis Levi, pahit." Setelah mendengar ucapan Eren teh tersebut langsung diterima dan diseruput oleh Levi.
"Dasar. Biasanya orang bakal mau dibujuk kalau obat manis, nah kau malah suka yang pahit." Komentar Eren pada Levi yang menyeringai.
"Itu artinya aku kebalikan dari anak-anak. Dengan kata lain, aku sudah dewasa.
"Pffft- ahahaha!!!" Eren tertawa terbahak-bahak saat mendengar penuturan Levi yang menurutnya tidak masuk akal.
"Ada ada aja. Tapi bener juga sih."
"Setidaknya aku lebih baik darimu yang memakan cheeseburger untuk sarapan." Komen Levi membuat Eren berlari menuju panggangan yang sedang membakar makanannya. Ya, saat Levi bertemu Eren, ia sedang memanggang daging.
"DAGINGKU!!!!"
TBC
Maaf typo:)
Votmen!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Stupid Teacher
FanfictionLevi murid yang pintar, tapi ia sering terlambat masuk sekolah. Eren yang merupakan wali kelasnya sudah muak akan hal tersebut dan akan memanggil orang tua Levi hingga akhirnya ia tau mengapa Levi sering datang terlambat. Warning! Ereri not Riren Er...