Sebulan sejak itu operasi ibu Levi berjalan lancar. Ia sedang dalam keadaan pemulihan dan masih harus dirawat inap.
Sementara itu dikediaman Jaeger kini sedang makan malam. Tiga orang kini duduk disatu meja menyantap hasil masakan Levi.
"Bagaimana sekolahmu Levi?"
"Bagus."
"Teruskan. Dan kau Asta?"
"Asta tadi dapet teman baru!"
"Oh ya? Siapa namanya?" Tanya Eren.
"Ah... Asta lupa nanya...."
"Ya ampun...ada ada saja kau ini. Setelah ini belajarlah dengan Levi dan kau boleh nonton TV."
"Yay! Mau belajar apa kak?"
"Kalau matematika mau?" Tanya Levi
"Boleh!"
"Kau suka matematika?" Tanya Eren pada sang keponakan sementara dibalas Asta dengan anggukan.
"Kalau begitu biar paman saja yang mengajarimu."
"Hah? Aku maunya kak Levi!"
"Kak Levi ada ujian besok. Dia perlu belajar."
"Tapi-"
"Nanti kukasih es krim."
"Sip." Jawab Asta sambil nyengir sementara Levi hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah selesai. Sini piringmu biar kucuci." Titah Levi pada Eren sementara dia mengambil piring Asta.
"Ah tidak usah biar aku yang cuci. Kau sudah memasak tadi, pergilah belajar lalu istirahat."
"Maaf saja tapi aku dibayar untuk ini."
"Lalu sebagai tuanmu aku memerintahkanmu untuk menuruti perintahku."
"Ck, terserahlah." Levi memasuki kamarnya dan melakukan perintah Eren. Sementara itu sepasang paman dan keponakan hanya memandangi pintu kamar Levi.
"Dia keliatan kelelahan." Ujar Eren tanpa sadar.
"Kak Levi sakit?" Tanya Asta dibalas gelengan Eren.
"Dia hanya kelelahan. Tadi dia habis pergi ke rumah sakit?"
"Ngapain?"
"Jenguk ibunya." Eren mulai bangkit dan membawa piring ke wastafel untuk dicuci.
"Ibunya kak Levi sakit?"
"Iya..."
"Aku mau jenguk juga dong."
"Kau terus bermain mana ada waktu untuk pergi."
"Enak aja! Besok aku mau jenguk!"
"Lalu bagaimana dengan temanmu?"
"...."
"Tuh kan."
"Aku jenguk lusa." Setelahnya Asta meninggalkan Eren yang sedang berkutat dengan cucian.
"Ayo paman!!!!!! Kita masuk!!!!"
"Diamlah! Nanti kita diusir."
Minggu, hari libur, disaat orang lain bersenang-senang pasangan pakep (paman-keponakan) ini sedang berada dirumah sakit untuk mengunjungi ibu Levi secara diam-diam. Levi sendiri sedang harus membeli buku untuk persiapan UN minggu depan.
"Permisi. Dimana ruangan Kuchel Ackerman?" Tanya Eren ke resepsionis. Asta yang berada digendongannya sedang celingak-celinguk melihat pemandangan yang baru baginya.
"Ruangan A27 dilantai 3."
"Terimakasih." Mereka segera pergi menaiki lift dan akhirnya sampai di ruangan yang disebutnya.
"Ingat jangan berisik. Nanti orangnya keganggu."
"Iya jamet."
"Heh! Siapa yang ngajarin?!"
"Mama."
"Jangan dicontoh. Ga sopan."
"Emang fakta kok."
"Ck, bocah ini. Kay bilang begitu sekali lagi, aku tidak akan membelikanmu es krim lagi!"
"Ishhh iya deh." Eren menghela nafas. Iya mengetuk pintu dan membukanya secara perlahan.
"Permisi.... Maaf mengganggu...." Ujarnya pelan dan masuk bersama Asta yang kini sudah turun. Mereka melihat kedalam ruangan dan menemukan seorang wanita yang kini tengah duduk di ranjang rumah sakit.
"Eh...siapa?" Tanya wanita di dalam ruangan menatap mereka. Eren tertegun dengan paras wanita tersebut.
'Aku sempat mengira ini Levi versi perempuan...'
"Ah maaf mengganggu...saya Eren Jaeger, wali kelas anak anda. Saya datang untuk berkunjung."
"Ah! Ternyata anda orang yang dibicarakan Levi!"
"Ha?"
"Levi sudah cerita. Katanya sepasang saudara dari keluarga Jaeger membantu kami. Akhirnya saya bisa bertemu langsung."
"Ah iya bibi..."
"Ah, masuklah, oh iya, siapa si kecil ini."
"Asta!"
"Hei sudah kubilang jangan teriak." Eren menghela nafas.
"Maaf..."
"Tidak apa... sepertinya dia semangat sekali ya..."
Eren duduk disebelah ranjang Kuchel yang kini mengusap kepala Asta.
"Terimakasih sudah menjaga anakku.... Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika kalian tidak membantu kami...."
"Bukan masalah besar. Sudah seharusnya saya bertanggung jawab sebagai wali kelasnya."
"Kau sudah besar ya nak...."
"Maaf?"
"Dulu kau kecil sekali dan selalu merajuk kepada ibumu."
"Anda kenal ibu saya?"
"Carla bukan? Dia temanku. Hanya saja sudah beberapa tahun terakhir sudah hilang kabar. Ternyata malah anaknya yang datang." Kuchel terkekeh.
"Bagaimana kabar orang tuamu?"
"Mereka berdua baik baik saja." Eren tersenyum sementara Asta berusaha naik ke ranjang Kuchel.
"Asta nanti bibi ini tidak nyaman."
"Huhhhh mau naik!!"
"Tidak apa. Naikkan saja." Eren menggendong Asta untuk naik ke ranjang tersebut.
"Nenek sakit apa?"
"Ah....Nenek tidak sakit lagi sayang, nenek hanya lemah saja."
"Kalau nenek sering istirahat, nanti kuat?" Kuchel terkekeh.
"Iya, nanti kuat. Semua karena ibu dan paman mu ini. Kalau bukan karena mereka nenek pasti sudah pergi."
"Pergi kemana?"
"Ke suatu yang jauh~ sekali~ sampai kalian tidak bisa menemui nenek lagi."
"Ah... Untunglah... Kalau nenek pergi pasti kak Levi akan sedih." Kedua orang dewasa itu mengangguk mendengar perkataan si kecil.
TBC
Maaf typo
Votmen!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Stupid Teacher
FanfictionLevi murid yang pintar, tapi ia sering terlambat masuk sekolah. Eren yang merupakan wali kelasnya sudah muak akan hal tersebut dan akan memanggil orang tua Levi hingga akhirnya ia tau mengapa Levi sering datang terlambat. Warning! Ereri not Riren Er...