Chapter 7

519 42 5
                                    

"Mas~"

"Iya, sayang, kenapa?" Sahut Eren manis pada wanita dihadapannya.

"Aku butuh bantuan..."

"Bantuan apa sih??"

"Jagain anakku ya!"

"Hah?"

"Makasih ya mas-eh! Kak Eren! Byee!" Wanita tersebut yang tak lain adalah Tara langsung menyerbu keluar meninggalkan anaknya dikantor Eren.

"What the fuck?! Gue tadi mau nanggepin dia karna ada nih anak doang yak! Kalau enggak udah gue lempar tuh anak dari lantai dua pas gue denger kata pertama yang dia ucapin!" Pandangan Eren kini menoleh kearah sang keponakan yang tengah menatapnya polos.

"Wacipak?" Mata Eren melotot mendengarkan beo-an dari sang keponakan.

"Aduhh! Jangan disebut lagi! Ga bagus!"

"Tapi tadi om nyebutin itu!"

"Cuman orang dewasa yang boleh ngomong gitu." Ujar Eren sambil mengusap kepala si kecil.

"Terus nanti kalau aku udah besar boleh ngomong itu?"

"Iya..." Jawab Eren tanpa banyak pertimbangan.

"Terus gimana caranya biar bisa dipanggil dewasa?" Tanya sang anak polos.

"Umm...mungkin kalau kamu udah punya pacar?" Jawab Eren ragu.

"Tapi om kan jomblo, berarti masih kecil dong kayak aku." Jawab si kecil polos tanpa mempertimbangkan perasaan Eren yang kini mencelos.

'Sialan nih bocah. Kalau lu ga keponakan gue udah gue tendang lu keluar.' batin Eren.

"Siapa bilang, om punya pacar kok." Sahut Eren berdalih.

"Beneran?"

"Iya."

"Kalau gitu aku mau ketemu sama pacar om dong!!"

'duh, mampus gue.'

"Ehh pacar om sibuk, dia lagi ada diluar kota."

"Ck, alesan. Bilang aja jomblo."

'gue yabg ketinggalan zaman, atau emang anak anak zaman sekarang sekasar ini?'

"Ihh beneran lho. Om ada fotonya dirumah."

"Bohong. Paling nanti nunjukin foto random ke aku."

'shit.'

"Aduuh kalau gitu nanti om ajak ketemu deh."

"Nah gitu dong. Udah yok. Aku mau jalan-jalan. Traktir aku es krim ya om."

"Iyaa...." Sahut Eren sambil membawa tas kerjanya.

'kok gue ngerasa jadi babu yak dimari??'







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Saat ini Eren tengah berada di taman bersama sang keponakan yang kini memakan es krim coklatnya dengan lahap. Dipandanginya sekitar taman yang diisi oleh pasangan muda mudi yang tengah bercengkrama.

"Pindah yokk."

"Ga ah. Males."

"Pindah ayok! Lingkungan ini ga covok buat anak anak kayak kamu! Mana kamu baru dua tahun!"

"Enak aja! Aku udah tiga tahun!"

"Tetap aja masih kecik! Masih bantet!"

"Awas ya om! Nanti kalau aku udah besar aku bakal battle sama om biar om cepat mokad!"

"Heh!! Dasar bocah! Belajar dari mana itu?!"

"Mama dong!"

"Pantesan, ternyata keturunan..." Ujar Eren sambil geleng-geleng kepala.

"Om aku mau main disitu dulu yak!" Ujar sang keponakan sambil menunjuk ayunan. Eren hanya memberi gestur ok dan setelahnya bocah itu langsung berlari menjauh.

"Huff....lelah sekali...." Eren memejamkan mata sambil mencari-cari cara agar Levi mau kembali ke sekolah.

"Ais, kenapa gue mikirin dia mulu sih?! Auah!" Eren memandang langit dengan bosan. Lima menit berlalu matanya lama lama terasa berat.

"Bentar aja deh..." Iya lalu memejamkan matanya dan tertidur.













.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.







Drrrtttt.... Drrrtttttt......

Getar ponsel membangunkan Eren dari tidurnya. Ia segera merogoh saku jasnya dan menjawab panggilan tersebut.

"Halo...??"

"Halo kak. Lu lagi ngapain? Asta udah makan?"

"Huh? Asta siapa?"

"Keponakan lu lah bego!" Eren menjauhkan layar ponselnya dan melihat nama si pemanggil yang bertuliskan Adek Bangsat!

'Tara?' batinnya.

"Woi!"

"Ya?!"

"Asta gimana?!"

"Ohh... Asta tadi lagi main di-"

"Apa? Dimana?"

"Tunggu nanti gue telpon lagi." Eren mematikan sambungan dan bangkit lalu berjalan mengelilingi taman.

"Asta?!"

"Asta?!!!!"

"Heh bocah lu dimana?!"

"Asta!"

"ASTA!"


















TBC
Maaf lama ga up yak
Akhir akhir ini mager😗
Maaf jg typo yang bertebaran
Tp jgn lupa votmen yak!
Satu yang gw pastiin nih cerita ga bakal discontinued kok
Gw janji bakal ttp ngelanjut nih cerita, walau g ad yg nungguin jg
Dan walau bakal lama up
Jd bagi yang masih setia nungguin, mohon bersabar
Dikarenakan ngehalu itu mudah, ngetik itu sudah🙂
Sekian terimakasih.

My Fucking Stupid TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang