Chapter 12

272 34 8
                                    

Beberapa bulan sejak telepon dengan Tara, kini Eren sudah mulai mengurus bisnis sang ayah. Akibatnya ia berhenti mengajar menjadi guru. Sementara Levi yang secara tidak langsung sudah tidak mendapatkan gaji dari Tara karena sudah tidak lagi mengurus Asta, ia memilih untuk bekerja part time di sebuah restoran. Hitung hitung sebagai pelatihan katanya. Padahal dia sendiri sudah sibuk karena mengambil dua semester sekaligus.

Alasannya, "Ada ujian praktek tiap semester. Hitung hitung buat pengalaman dan kerja praktek lapangan yang harusnya di semester 4." Tidak masuk akal bagi Eren melihat Levi berada dirumah. Karena mengingat kesibukan anak itu, ia seharusnya bahkan tidak sempat memasak. Tapi anehnya Levi selalu membersihkan rumahnya dan meluangkan waktu untuk sarapan bersama.

"Malam ini kau keluar?" Tanya Eren pada Levi yang kini bersiap siap.

"Ya, aku mungkin pulang besok." Ujar Levi santai sementara Eren menyemburkan kopi yang kini diminumnya.

"Apa?!"

"Maaf aku tak akan sempat membuat sarapan dan makan siangmu. Kau boleh memotong gajiku karena tak membersihkan rumah nanti."

"Bu-bukan itu! K-kau tidak pulang malam ini?!"

"Ya. Aku harus menginap dirumah temanku untuk mengerjakan beberapa proyek. Tenggat waktunya minggu depan."

"O-oh...oke.... Berhati-hatilah..."

"Bye." Ucap Levi menutup pintu depan meninggalkan Eren sendirian di rumah tersebut.

















"Eren periksa dokumen ini." Titah Grisha. Tapi ia bisa melihat anaknya itu melamun sejak tadi. Ia menghela nafas.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Grisha sambil menepuk bahu Eren membuat si empunya tersadar.

"Kau kehilangan fokusmu nak." Eren menggaruk lehernya.

"Maaf yah...."

"Ada apa?" Tanya Grisha sambil duduk didepan meja putranya.

"Ah....tidak apa-apa..." Eren berdalih.
Padahal wajahnya kini sangat muram membuat Grisha berdecih.

"Cih, kelihatan sekali bohongnya. Sebenarnya ada apa denganmu?" Kau seperti jones."

"Jangan gitu dong yah. Mentang mentang aku jomblo."

"Adikmu aja sudah punya dua anak. Kamu kapan nikah?" Yap, pertanyaan yang menusuk hati para jones.

"Sudah ayah bilang, kau dengan anak teman papa saja."

"Aku tidak mau dijodohkan yah."

"Trus? Emang kau sudah ada calon?"

"Em...." Grisha melihat gerak-gerik Eren yang mencurigakan.

"Atau jangan-jangan kau sudah punya orang yang disukai ya?!" Wajah Eren bersemu merah. Sementara itu Grisha berdiri dari kursinya dan bertepuk tangan keras.

"WAHHH!!! ANAKKU SUDAH DEWASA!!!! HAHAHAHAHAHA!!!!!!" Tawanya terdengar dari segala penjuru ruangan membuat Eren ingin mengubur dirinya hidup hidup saat itu juga.

"Apaan sih?! Ga ada!"

"Menyerah ajalah! Wajahmu mengatakan semuanya!"

"Ahhkk! Sial!"

"Hahahaha!!!! Jadi? Siapa orang beruntung ini?" Grisha duduk mendekati Eren.

"Aku tidak berpikir ini normal."

"Hah?" Grisha bingung.
"Apa maksudmu?" Tanya Grisha lanjut.

"Aku..."

"Apakah orang ini tak pantas bersanding denganmu?" Tanya Grisha langsung.

"Bukan begitu! Lagian kok malah mandang latar belakang segala sih?!"

"Cuma mau bilang aja kalau kita ga masalah dengan latar belakangnya selama dia anak baik baik." Jujur Grisha.

"Lalu dimana masalahnya?" Lanjutnya?

"Itu...em..."

"Eyyy bertele-tele. Jangan jangan cowok ya?" Eren mengangguk pelan.

"Ayah marah?" Grisha menggeleng, Eren menghela nafas lega.

"Sudah? Itu saja?" Eren menggeleng.

"Sebenernya ada satu kondisi...."

"Apa?"

"Dia mantan muridku."

"Ohh...mantan muridmu.....





























































































APA?! KAU MENYUKAI MANTAN MURIDMU?!"
















TBC
Maaf typo
Votmen!

Jangan baca doang! Vote dong biar gue semangat ngetiknya!

My Fucking Stupid TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang