"Asta datang!!!" Bocah itu berlari memasuki kediaman Eren bersama ibu dan adiknya.
"Wah, kau sudah besar bocah." Eren mengangkatnya dan mengangkatnya diudara membuat bocah itu tertawa.
"Iya dong, aku kan sudah jadi seorang kakak, hahaha!! Tidak seperti paman! Kapan aku punya sepupu!!!" Bocah itu tertawa sambil mengejek Eren yang langsung menurunkannya.
"Resek."
"Kan fakta." Celetuk Tara yang tertawa bersama bayi didalam gendongannya.
"Mana Levi?" Tanya Tara.
"Lagi kerja." Tara mengangguk angguk. Ia mengalihkan perhatiannya pada Asta.
"Jangan nakal ya." Asta memberi sikap hormat lalu mengambil tas dan Tara menaruh bayinya diatas sofa.
"Paan nih?" Tara langsung berlari keluar pintu dan berteriak
"JAGAIN ANAK GUE YA!!!"
"WOI ANJING! BALIK LU!!"
"OEKKK!!!" Dikarenakan teriakan (umpatan) Eren, sang bayi pun menangis kencang dan alhasil Eren harus menenangkan keponakannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Aku pulang." Levi menatap kekacauan didepannya. Eren tangah menggendong seorang anak dan Asta yang belepotan coklat langsung menyambutnya.
"Selamat datang."
"Ah, selamat datang Levi." Timpal Eren sambil tersenyum. Bayi digendongnya terus menangis.
"Apa yang terjadi?" Tanya Levi sambil membereskan barang-barangnya. Ia lalu mengambil alih gendongan dari Eren dan mulai menimang bayi tersebut.
"Tara menitipkan anaknya kesini."
"Susunya mana?" Levi langsung bertanya sementara Eren kebingungan.
"Nih." Asta memberikan botol susu yang langsung diterima Levi dengan senang hati. Ia meminumkannya pada sang bayi yang akhirnya mulai berhenti menangis. Tak lama kemudian bayi tersebut tertidur membuat Eren bernafas lega.
"Kupinjam kamarmu." Eren hanya mengangguk bingung dan mengikuti Levi yang mulai membuka pintu kamarnya.
Ia meletakkan bayi itu di tengah tempat tidur dan meletakkan beberapa bantal disekitarnya sebagai perlindungan.
"Ren cari selimut." Eren menurut dan memberi selimut tebal yang membuat Levi menatapnya datar.
"Kau mau anak ini mati?"
"Heh! Sembarangan!"
"Cari yang lebih tipis."
"Kalau ini?" Levi mengangguk dan menerima selimut tersebut. Ia mulai membuka pakaian bayi tersebut dan melepaskan botol dotnya. Ia lalu menghidupkan AC dan mengatur suhu. Setelahnya ia mengelap bayi tersebut dengan tisu basah yang ia ambil dari lemari Eren.
"Bawakan tas yang tadi." Eren langsung pergi dan setelahnya membawa tas yang Tara berikan.
"Carikan bedak, minyak telon, pampers, minyak wangi-" Eren bengong.
"Hah? Apa?"
"Ah, sudahlah." Levi lalu mengalihkan pandangannya kedepan bayi yang mulai terbangun.
"Duh pasti bakal nangis." Eren berucap.
"Biarin, ini udah malam. Mandiin gih, nih sabunnya." Levi memberi Eren botol sabun yang ia keluarkan dari tas tersebut.
"Hah?"
"Apa? Lu ga bisa?"
"Emang lu bisa?" Levi mengangguk.
"Lu aja deh yang mandiin kalau gitu. Gue yang nyiapin pakaiannya." Levi hanya menurut dan menyiapkan air. Setelah 20 menit akhirnya bayi tersebut sudah bersih dan dipakaikan baju oleh Eren. Anehnya bayi itu tidak menangis dan malah tertawa.
"Ren, makan." Eren ke dapur bersama sang bayi. Dilihatnya Levi dan Asta yang tengah menyiapkan makanan.
"Makan dulu sama Asta sana. Sini bayinya." Eren menyerahkan anak tersebut kepada Levi yang membawa mangkuk. Setelahnya ia berjalan dan menghidupkan TV di ruang tengah.
"Lah, lu ga makan?" Tanya Eren.
"Nanti abis nyuapin nih anak." Eren akhirnya makan bersama Asta yang membantunya membersihkan piring.
"Kak Levi belum makan." Celetuk Asta yang melihat piring Levi masih penuh diatas meja. Eren akhirnya membawa makanan tersebut ke tempat Levi, diikuti Asta yang membawa air putih dibelakangnya. Sepertinya pasangan pakep itu memiliki pemikiran yang sama.
"Lev, makan dulu." Pinta Eren yang kini mengikuti Levi duduk diatas lantai, sedang menyuapi bayi yang kini sedang makan sambil menonton TV.
"Bentaran. Tinggal sedikit lagi. Ayo aaaa~" sang bayi menurut dan membuka mulutnya.
"Iyakkk pinter. Uhhh umur berapa sih??"
"Udah 7 bulan kayaknya." Jawab Eren. Levi mengangguk.
"Cepet banget."
"Karena pas Asta tinggal disini, sebenarnya kan Tara sudah hamil."
"Haha...adikmu sudah punya dua anak, kau kapan?" Levi terkekeh masih menatap sang bayi.
"Sudah ada calon sih, tapi belum tentu dia mau sama gue."
"Lah lu kan ganteng. Masa ga ada yang mau."
"Emang lu mau sama gue?"
"Mau." Jawab Levi tanpa sadar. Perhatiannya terpecah pecah antara sang bayi, Asta yang menonton TV sambil makan es krim dan pertanyaan Eren.
"Serius?!"
"Ha? Apa?" Kini perhatian Levi terfokus sepenuhnya pada Eren yang wajahnya sangat merah.
"Lu dengerin gua ga sih?"
"Eh? Apa? Maaf, maaf, gue ga fokus." Eren merengek.
"Dasar PHP."
"Apaan sih?"
"Auah."
" Lu kayak cewe PMS aja."
"Bodolah. Nih makan." Eren menyodorkan makanan Levi.
"Lu ga liat gue masih sibuk?" Eren menghela nafas.
"Buka mulut lo." Levi bingung tapi menurut. Eren pun mulai menyendokkan nasi dan menyuapinya membuat wajah Levi memerah.
"A-affaan swih?!" Seru Levi dengan mulut penuh.
"Udah, gue ga biasa ngurusin bayi. Gue biasanya ngurusin elu. Biar elu gue suapin aja. Aaa~" Levi ingin mengeluh tapi karena perutnya lapar ia hanya menurut.
Tanpa mereka sadari ada yang mengambil foto mereka secara diam-diam.
TBC
Maaf typo
Votmen!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Stupid Teacher
FanfictionLevi murid yang pintar, tapi ia sering terlambat masuk sekolah. Eren yang merupakan wali kelasnya sudah muak akan hal tersebut dan akan memanggil orang tua Levi hingga akhirnya ia tau mengapa Levi sering datang terlambat. Warning! Ereri not Riren Er...