"Ne, bukan kah aku sudah menunggu terlalu lama....
Eren...."
"I do..." Levi menerima lamaran Eren membuat area disekelilingnya heboh sementara pasangan tersebut berpelukan. Sorakan disekitar tak mereka pedulikan, seolah-olah merekalah pemilik dunia.
"Aku selalu menunggumu... Tapi kenapa kau tak kunjung kembali?"
"Levi, aku tau ini mendadak, tapi aku audah berjanji pada ayah untuk mengurus pekerjaan di Jerman jika aku ingin menikahi mu." Ujar Eren mendadak ditengah acara makan malam mereka.
"Kenapa tak berbincang dulu denganku?"
"Maaf, ini merupakan bentuk ketetapan hatiku. Aku harus bisa bertanggungjawab bila ingin menikahi mu." Levi mengangguk, masih agak terkejut.
"Kapan?"
"Bulan depan aku akan berangkat. Jadi..... Maukah kau menungguku kembali?" Eren memberinya tatapan berharap.
"Berapa lama kau disana?"
"Setengah tahun." Levi terdiam.
"Aku berjanji segera setelah aku pulang, kita akan langsung menikah!"
"Bersumpah lah Eren." Eren bangkit dan berlutut dihadapan Levi. Dipegangnya kedua tangan yang lebih kecil dari miliknya.
"Aku Eren Jaeger bersumpah, akan menikahi mu Levi Ackerman saat aku kembali kepadamu. Jadi kumohon, tunggulah aku." Levi tersenyum.
"Aku akan selalu menunggumu..."
"Haruskah aku berhenti mengharapkan mu dan menyerah?"
"Apakah kau masih mencintaiku...?"
"Tunggu kepulanganku, aku akan selalu mengabarimu dari sana." Eren mengecup kening Levi dan memeluknya.
"Jaga kesehatanmu, cepatlah kembali." Eren mengangguk.
"Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu."
"Eren.... Ini sudah tiga tahun... Apakah kau sudah mendapatkan penggantiku?"
"Apakah kau bahkan masih... Mengingatku...?"
Tiga tahun berlalu sejak kepergian Eren, tanpa ada kabar, bahkan tak ada info dari sanak saudaranya. Mereka seolah-olah menghilang dari muka bumi. Seolah-olah keluarga Jaeger itu tak pernah ada dan bertemu dengannya.
Di bulan bulan pertama Eren selalu rutin mengirimnya kabar, di bulan bulan berikutnya interaksi mereka berkurang. Levi tidak ambil pusing, mungkin eren sibuk, pikirnya. Karena dia sendiri pun sibuk dengan dunianya yang bekerja sambil berkuliah dengan tekad sudah tamad dalam 3 tahun.
Akan tetapi di bulan bulan terakhir mereka bahkan sudah jarang berkomunikasi, Levi tau itu tidak normal. Otaknya selalu berusaha berfikir positif tetapi hatinya selalu resah. Sesekali ia berusaha menghubungi Eren bahkan mengespamnya yang berakhir dengan dijawab keesokan harinya. Pernah pula Eren tidak sengaja membentak Levi karena menghubunginya disaat sedang meeting penting. Well, Levi memang merasa bersalah, tapi dia bukan sekretaris Eren yang mengetahui susunan jadwalnya, sehingga ia tak tau tepatny harus menelepon. Lagi pula bila memang meeting penting kenapa tidak dimatikan saja handphonenya?
Tetapi disaat hari kepulangan Eren mendekat, sama sekali tak ada kabar dari pemuda bersurai brunette itu. Mereka benar-benar putus kontak walau nomor satu sama lain masih tersimpan di HP masing-masing. Levi bahkan menunggu di bandara di hari kepulangan Eren, akan tetapi setelah seharian ia menunggu disana, tak kunjung nampak sang pujaan hati. Teleponnya bbahkan tak bisa dihubungi. Sehingga membuat Levi menginap dan tidur di kursi bandara, mengharapkan kepulangan Eren. Akan tetapi setelah menunggu dua hari, orang yang ditunggu tunggu tak pernah muncul.
Levi terus menunggu. Hari, bulan dan tahun berlalu tetap tak ada kabar dari Eren. Keluarganya pun tak bisa dihubungi. Levi ingin menyusul kesana, tapi ia bahkan tak tau dimana mereka tinggal.
Bertahun tahun berlalu dan kini levi sudah bekerja sebagai seorang koki dan bekerja untuk restoran temannya. Ia mengurungkan niatnya yang ingin membuka restoran sendiri karena ia merasa lebih leluasa bila yang harus ia lakukan hanya memasak. Lagi pula, orang yang menjadi alasan Levi masuk jurusan tata boga sudah menghilang seolah ditelan bumi. Menghilang di dasar laut.
Kini tiga tahun berlalu, Levi tetap menutup pintu jatinya bagi siapapun yang mendekatinya. Hal ini membuat teman temannya prihatin dan selalu menyarankan Levi untuk melupakan Eren, dan mencari pacar baru. Akan tetapi Levi selalu menolak.
"Bagaimana jika dia sudah melupakanmu? Bagaimana jika dia mendapatkan orang lain dan meninggalkanmu menunggu disini?" Tanya Hanji tegas kepada Levi. Mereka kini tengah berada disebuah kafe, tidak jauh dari restoran Hanji, tempat Levi bekerja.
"Tidak mungkin." Levi memainkan cincin lamaran yang Eren berikan padanya. Ia gelisah.
"Aku tau perasaan kalian tulus. Aku bahkan ada disana saat Eren melamar mu. Tapi Levi, ini sudah tiga tahun! Sudah waktunya kau untuk move on!" Levi tetap diam membuat sahabatnya tersebut menghela nafas.
"Pada akhirnya, keputusan ada ditangan mu. Kau bahkan tidak tau keadaannya sekarang. Bisa saja dia sudah mati. Atau lebih buruk lagi ia sudah menikahi orang lain." Wajah Levi berkedut.
"Bukankah lebih baik dia hidup daripada mati?"
"Kalau dia mati, artinya dia mati sambil mencintaimu. Tapi kalau dia menikah dengan orang lain, artinya dia sudah tidak mencintaimu. Aku sendiri lebih memilih bila pacarku mati sambil mencintaiku dari pada mencintai orang lain."
"Tapi bukan kah sakit?" Hanji mengangguk.
"Tapi tidak sesakit dikhianati. Jika ia mati, itu karena tuhan. Jika ia menikahi orang lain, itu karena pilihannya." Levi terdiam sambil menatap langit diatasnya.
'Haruskah aku melepaskan mu... Eren...?' batin Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Stupid Teacher
FanfictionLevi murid yang pintar, tapi ia sering terlambat masuk sekolah. Eren yang merupakan wali kelasnya sudah muak akan hal tersebut dan akan memanggil orang tua Levi hingga akhirnya ia tau mengapa Levi sering datang terlambat. Warning! Ereri not Riren Er...