2*5 = 10

561 60 2
                                    

Shoyo, Ayah akan pulang terlambat. Jaga baik-baik Ibu dan Natsu, ya. Ayah akan segera kembali.
___
Ibu, ini sudah 3 hari. Kenapa Ayah belum pulang juga?

Shoyo, kamu yang kuat ya. Kita akan temui Ayah.
___
Ibu, kenapa Ayah ditutupi kain putih? Apa Ayah ketiduran? Kalau wajahnya ditutupi seperti itu, dia akan kesulitan bernafas.

Shoyo...

Ibu, kenapa nangis?
___
Ini rumahmu? Wah lusuh banget. Aku balik saja, ogah banget nginjak kaki kedalam rumah kumuh kayak gini.
:
Hey, benalu! Kamu berteman sama S**** dan T**** cuma biar ditraktir dan dikasih gratisan ya? Gatau diri banget, dasar jelata.
___
Hey! Maling! Dasar masih SMP sudah berani maling ya!

Sakit! Ampun! Aku bukan maling!

Halah! Maling mana ada yang ngaku!
Bunuh aja dia! Maling gak pantas buat hidup!

Jangan! Aku mohon ampuni aku! Aku bersumpah! Aku bukan maling! Aku difitnah!

*Jleb!*

Bukan... Aku...

°°°°°

Shoyo tersentak kaget dalam tidurnya. Mimpi buruknya kembali menyerang setelah sekian lama dia mencoba melupakannya. Tusukan tadi terasa nyata sekali sampai perutnya nyut-nyutan.

Dia lihat sekeliling, masih berada di UKS sekolah. Sejenak dia merenung apa yang sudah terjadi padanya?

"Apa aku pingsan lagi?" Gumamnya berpikir.

Decit pintu UKS berbunyi menampilkan sosok Osamu yang membawakannya soto ayam dan teh hangat.

"Oh, syukurlah kau sudah siuman. Kau pingsan dua kali tadi. Sejak pukul 9 pagi sampai sekarang sudah jam 11 siang. Sanko mengkhawatirkan mu karena lama sekali menunggumu siuman." Jelas Osamu panjang-lebar sampai tidak sadar kalau Shoyo sedikit ketakutan dengan sikapnya.

"Maaf, sepertinya aku berlebihan." Ucap Osamu setelah berhenti bicara panjang.

"Tidak, maafkan aku juga, sudah merepotkan kalian" ucap Shoyo meremas selimut UKS. "Terimakasih"

Osamu mengangguk, tidak mempermasalahkannya. Teringat dengan makanan Shoyo, dia berikan nampan itu padanya. "Ini, makan siang untukmu. Dari Sanko."

"Eh, padahal tidak perlu repot-repot membelikanku ini? Terimakasih." Ucapnya sekali lagi dan memakannya dengan lahap.

Menu soto ayam yang hangat dan teh hangat adalah paduan yang pas dan cocok untuk orang yang sedang sakit. Biasanya mulut mereka akan terasa pahit sampai tidak berselera makan.

Tapi berbeda dengan kuah soto hangat. Walaupun terasa hambar di mulut, tapi ingatan rasanya yang nikmat membuat kerongkongan nya menerima makanan itu dengan mudah.

"Kau sudah makan siang?" Tanya Shoyo pada Osamu yang hanya memerhatikannya makan.

"Aku sudah makan, kok. —oh, ya. Aku minta maaf bola basketku tadi memantul ke arahmu. Sampai kau pingsan 2 kali. Aku akan bertanggungjawab! Setelah pulang sekolah, kita ke rumah sakit untuk memeriksa kepalamu. Takutnya ada cedera?"

"Gak, gak usah! Beneran aku baik-baik saja!" Pekik Shoyo. Osamu ini terlalu overprotektif sampai membuatnya kalang kabut.

Segera ia habiskan makanannya, lalu kembali ke kelas. Dia sudah ketinggalan 2 jam pelajaran, apalagi dijam tersebut ada praktek di Lab. IPA.

"Kau kembalilah ke kelas, nanti aku balik sendiri" pinta Shoyo, dia tidak ingin Osamu repot-repot menunggunya selesai makan. Padahal Osamu sangat ingin menunggunya, tapi karena Shoyo memaksa, akhirnya dia menurut juga.

°°°°°

Kelas MIPA 1-5, Guru IPA – Akaashi Keiji, berhenti menjelaskan pelajarannya ketika Shoyo yang baru siuman datang ke kelasnya. Beliau tersenyum tipis, mempersilakannya masuk.

"Apa saya terlambat? Bukankah sekarang waktunya ke Lab?" Tanya Shoyo. Pak Keiji menggeleng pelan, "Labnya dalam perbaikan. Kita tunda dulu prakteknya sampai sudah rampung" jawabnya

"Begitu, ya. Baiklah." Shoyo kembali ke bangkunya, dia sedikit terkejut melihat Osamu berada dibelakang bangkunya. "Ternyata kita sekelas, ya?"

Osamu nyengir kuda. Sikapnya yang terbilang sok kenal sok dekat, membuat Atsumu dan Sanko jijik melihatnya. Mereka berdua masih dendam pada Osamu yang membuat Shoyo pingsan sampai 2 jam lamanya.

Sejam kemudian, pelajaran IPA sudah berakhir diganti dengan pelajaran Sejarah. Pelajaran paling menyebalkan untuk Shoyo. Dimana setiap Guru sejarah itu hanya mendongeng sampai rasanya mengantuk. Tidak ada yang menarik.

Dan keberuntungan berpihak pada Shoyo. Guru sejarah itu tidak masuk, alhasil kelasnya mengalami jamkos sampai jam pulang. Sebagian murid kelasnya keluar kelas.

Ada yang pergi ke kantin, ke lapangan, dan ke perpustakaan untuk numpang WiFi dan AC. Ada pula yang tinggal di kelas sembari menggelar tikar dan tidur dibawah kursi. Sudah seperti warga pengungsian.

Sebagai calon pewaris tahta sang Bapak; Sanko, Atsumu, dan Osamu menghabiskan waktu mereka bersama Shoyo yang duduk manis sambil membaca novel koala Kunal.

Mereka tiba-tiba duduk membentuk meja rapat sederet dengan Shoyo, menatapnya dengan tatapan yang sulit dideskripsikan oleh Shoyo.

Dia merasa sedang diawasi. "Shoyo, bagaimana pesta yang kemarin? Kamu senang? Apa bingkisannya cukup?" Tanya Sanko membuka topik pembicaraan

Sejenak Shoyo menutup bukunya dan menjawab dengan intonasi cukup tinggi, "itu berlebihan untukku! Kamu tahu, Ibu dan Adikku sangat kaget melihat isinya. Mereka sampai menganga melihat 2 benda berkilau itu! Kami kira itu coklat Silverqueen ukuran jumbo, ternyata..."

Shoyo sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik pelan, takut ada yang mendengarnya. "Apa itu benar-benar sebatang emas 2 kg?"

Sanko, Atsumu, dan Osamu mengangguk santai sambil tersenyum kesenangan. Rasanya dia mau pingsan lagi dengan pengakuan mereka yang santai itu. Dalam hatinya berteriak, "dasar orang kaya!"

Pertama kali dalam seumur hidupnya, Shoyo mendapat bingkisan berupa emas batangan. Selain itu, didalamnya ada 6 kotak bittersweet yang isinya juga ada emas Antam 5 gram.

Ibunya juga hampir dibuat pingsan. Tetapi, jauh dalam hatinya ada sedikit ketakutan, bahkan Ibunya menyuruh dia untuk tetap berhati-hati, beliau tidak mau anaknya kembali terjebak dalam lubang orang kaya.

°°°°°

Bersambung

Rebutan Jeruk {Hinata Shoyo} [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang