Saguru memberikan hormat pada Sang Ayah kemudian mengantarkan beliau ke tempat Shoyo.
.
.Lantai 9, Ayumi, Natsu, teman-teman Shoyo dan sahabat Ayahnya terpaku didepan pintu. Memandangi kondisi Shoyo yang menyedihkan, penuh memar di wajah, luka di pergelangan tangannya yang terikat, dan baju yang acak-acakan.
Anak buah Saguru tidak membiarkan mereka masuk, sehingga terjadilah pertengkaran lagi disana.
Hingga Sang Founder datang, pertengkaran dihentikan.
Saguru menarik Shoyo ditengah-tengah mereka, menyuruhnya untuk memilih dihadapan Kakeknya.
"Shoyo, kau tidak akan memilih ikut dengan mereka, kan?" Pinta Atsumu penuh dengan harapan.
"Kakak" sahut Natsu — kerlingan air mata di pelupuknya mengalir lembut diwajah, sakit melihat Kakaknya tersiksa seperti itu.
"Kakak, tetaplah bersama kami." Pinta Natsu, memeluk erat tas milik Sanko.
Shoyo menggigit bibirnya, dia bimbang untuk memilih. Tidak ada jaminan apa-apa jika dia memilih dengan siapa dia akan ikut.
"Shoyo, waktumu tinggal 9 menit lagi sebelum bom ku ledakkan" timpal Saguru kemudian disela oleh Kenma dan Kuroo yang berhasil menonaktifkan semua bomnya.
"Kalian telah kalah. Serahkan Shoyo pada kami!" Kuroo menyeru. Dengan sigap anak buah Saguru dan Pengawal dari Tn. Kazuyo sama-sama menodongkan senjata mereka.
"Shoyo-kun, sebagai sahabat mendiang Ayahmu, dia berpesan pada kami" unggah Tn. Kazuyo dan melanjutkan,
"Jalani kehidupanmu, putuskan keinginanmu sesuai yang kau mau. Asalkan kau hidup bahagia dan mencapai cita-cita yang kau inginkan."
"Dan kau bisa menggapai cita-citamu jika kembali ke keluarga besar Hinata. Kau bisa mendapatkan semua yang kau mau, sekolah, kuliah, jabatan dan kekuasaan, kau bisa mendapatkan semuanya tanpa perlu bersusah payah" sahut Tn. Shio
Beliau mendekati Shoyo, mengelus kepalanya sambil berbisik, "ikutlah, jika tidak ingin salah satu dari mereka mati."
"Shoyo-kun, jangan dengarkan si tua Bangka itu!" Sahut Tn. Moran. "Dia hanya membual!"
"Benarkah?" Sela Saguru menunjuk kepada Kenma yang sudah tak sadarkan diri.
"Kenma, kau kenapa?" Tanya Kuroo, dia buka jaket Kenma dan melihat adanya luka tusuk yang cukup dalam di perut kirinya. Area pinggir luka menjadi biru karena racun.
"Sepertinya anakmu tak sengaja terkena pisau yang dicampur racun ular. Walaupun sudah diberi penawar, sisa efek racun tersebut masih bisa menyebar ke bagian vitalnya" kata Saguru
"Dia lumayan hebat juga bisa menahannya."
"Tetsurou, bawa dia ke mobil dan antar ke rumah sakit" pinta Tn. Moran
"Tidak ada yang boleh keluar dari sini sebelum Shoyo memilih" Titah Tn. Shio, "Shoyo, segeralah memilih atau temanmu itu akan mati tanpa pertolongan dari medis"
Dari pihak teman-teman Shoyo, mereka menggeleng – berharap dia tidak memilih untuk ikut dengan Kakeknya. "Jangan, Sho. Jika kau memilih ikut Kakekmu, aku dan mereka semua tidak akan menganggapmu sebagai teman lagi!" Ancam Sanko
"Tidak masalah. Shoyo bisa mendapatkan teman lebih baik dari kalian" balas Saguru
"Jangan sia-siakan perjuangan kami untuk menyelamatkanmu, Sho" sambung Atsumu dengan nada rendah.
Tatapan berharap dan keputusasaan teman-temannya membulatkan keputusan Shoyo untuk memilih.
"Aku ... Tidak mau ikut dengan Kakek" final Shoyo melebarkan senyum mereka.
Wajah angkuh Saguru menjadi dingin, atas perintah Tn. Shio — dia mengembalikan Shoyo ke keluarganya namun ....
"Awas!"
Saguru menembakkan peluru ke arah Shoyo tapi peluru itu malah bersarang di tubuh Sanko yang melindungi Ayumi ketika hendak memeluk anaknya.
"Sanko!" Jerit Shoyo
"Selamat atas pilihanmu, Hinata Shoyo" ucap Tn. Shio memerintahkan anak buahnya untuk kembali pulang dengan helikopternya.
Tidak berhenti disini saja, setelah Shoyo dan sahabat-sahabat Ayahnya turun ke lantai 2, Saguru meledakkan bom yang ada di lantai 4.
Bom utama yang sengaja disembunyikan dan tidak diketahui tempatnya. Perlahan-lahan merobohkan tiang-tiang penyangga gedung.
Batu-batu beton pecah jatuh ke lantai 1, mengeluarkan pasir-pasir yang mengurangi jarak pandang mereka untuk bisa keluar dari sana. Apalagi mayat-mayat anak buah Saguru yang mereka biarkan tergeletak disana, cukup menganggu langkah mereka.
Syukur beberapa menit kemudian sebelum gedung itu ambruk, mereka berhasil keluar dan segera pergi ke Rumah Sakit untuk mengobati luka-luka mereka termasuk menyelamatkan Kenma dan Sanko.
°°°°°
Seminggu kemudian, Shoyo telah dinyatakan sembuh dari lukanya, menyisakan luka batin dan trauma melihat temannya terluka. Kenma sudah melewati masa kritisnya, dan operasi pengambilan peluru ditubuh Sanko juga berhasil.
Hanya butuh beberapa Minggu lagi untuk menunggu mereka kembali normal.
"Terimakasih atas bantuan kalian semua. Maafkan aku, seandainya sejak dulu aku tidak bertemu dengan Shota, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi dan Shoyo tidak akan mengalami hal seburuk ini dihidupnya." Ucap Ayumi penuh penyesalan walaupun dia tidak sepenuhnya salah.
"Ini bukan salahmu, Ayumi." Jawab Tn. Kazuyo,
"jangan lagi menyalahkan dirimu sendiri, Shota tidak akan senang melihatmu seperti ini. Anggap yang sudah terjadi adalah sebuah ujian untuk mengukur kekuatan keluargamu. Kau adalah wanita yang kuat, Shota telah menemukan seorang wanita enerjik seperti dirimu."
"Selain cantik, kau juga seorang Ibu yang hebat. Melindungi dan memilih yang terbaik untuk anak-anak. Kau tipe wanita idaman semua pria didunia" sahut Tn. Moran dengan sedikit modus candaan agar suasana tidak canggung dan kaku atas kejadian yang sudah menimpa mereka.
"Ibu!" Panggil Shoyo mengagetkan mereka.
"Ada apa? Ada yang sakit?" Tanya Ayumi
"Apa Sanko dan Kenma masih belum siuman?" Tanya Shoyo dengan wajah risau.
"Mereka berdua baik-baik saja, kau jangan khawatir. Besok atau lusa mereka siuman." Jawab Tn. Kenta menenangkan Shoyo
Tapi dia masih belum bisa tenang. Dia masih dirundung rasa bersalah, mereka berdua dalam bahaya gara-gara dia. Sejenak dia merasa menyesal dengan pilihannya.
"Sudahlah, kau tidak perlu merasa bersalah. Pilihanmu untuk kembali kepada Ibumu bukanlah kesalahan yang harus disesali. Justru, jika kau memilih ikut mereka, kami akan merasa bersalah karena telah gagal untuk memenuhi janji kami pada Shota." Ucap Tn. Kazuyo sembari memeluk kepala Shoyo.
Shoyo mengangguk pelan dan menghapus air matanya. "Maaf, maafkan aku" ucap Shoyo memeluk erat Kakek Kageyama.
°°°°°
Bersambung....
![](https://img.wattpad.com/cover/308553320-288-k641741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan Jeruk {Hinata Shoyo} [END]
FanfictionKetika mereka yang berduit menginginkan jeruk jelata