[Kau yakin, Kozume?] Tanya sumber suara dari seberang telepon, nada suaranya terdengar kaget mendengar pernyataan Tn. Kozume tentang Shoyo yang merupakan anak dari mendiang sahabat karibnya.
"Aku sangat yakin. Wajah dan sifat mereka sama. Aku akan mencari lebih dalam lagi soal Hinata Shoyo ini. Dan lebih meyakinkannya lagi, Tn. Kageyama Kazuyo membenarkan pernyataan ku ini." Jawabnya.
Terdengar suara kekaguman dari seberang sana. Orang itu tak menyangka akan menemukan keturunan sahabat karibnya setelah 5/6 tahun lamanya, sejak sahabatnya meninggal.
[Lalu, apa kau akan menampakkan diri untuk menemuinya?]
"Terlalu buru-buru, aku harus menyiapkan banyak cara agar Reporter gila dan Mantan keluarganya itu tidak merebut Hinata sebelum kita. Lagipula, kita juga tidak ingin kejadian 5 tahun silam itu terulang lagi" ujarnya berpikir jangka panjang dengan konsekuensi yang akan terjadi jika dia dan sahabat lainnya bertindak gegabah.
"Untuk saat ini, biar anak kita saja yang mendekatinya. Kudengar dari Kenma, banyak sekali yang menginginkan anak Shota ini. Namun, kita tidak bisa merekrutnya untuk berjalan di garis nasib yang sama seperti Shota. Kau masih ingat, kan? Kalau Shota ingin anak-anaknya memilih jalannya sendiri?"
[Iya, aku ingat itu. Baiklah, aku ikuti saja rencanamu. Aku juga siap untuk dihubungi olehmu kapan saja, karena Shota juga sahabatku. Makasih, informasinya.]
"Iya" tutupnya mengakhiri telepon. Dia sandarkan tubuhnya di kursi putar yang empuk, menghela nafas panjang, sambil menatap langit-langit kantornya.
"Setelah sekian lama, akhirnya kami menemukan Putramu, Shota. Seperti janji kita dulu, jika salah satu dari kita mati, maka biaya kebutuhan anak-anak akan kami tanggung. Tapi, siapa sangka gara-gara orang itu, keluarga kecilmu pergi jauh demi anak kalian.
Sekarang kau tidak perlu khawatir, kami akan melindunginya mulai sekarang melalui anak-anak kami." Ujarnya bermonolog, membayangkan sosok sahabat nya sedang tersenyum padanya.
°°°°°
[Shota, kau dimana? Apa yang terjadi? Kenapa suaramu bergetar begitu?]
"Kenta-kun, aku titip Istri dan anak-anakku.. uhuk! –maaf mendadak, tapi aku benar-benar tidak bisa pulang sekarang. Mereka masih mengejar ku, dan sekarang aku ada di Jembatan. Motorku sudah rusak parah, kali ini pun mereka sebentar lagi sampai–"
Bunyi tembakan dari seberang teleponnya sejenak menghentikan jantung Kozume Kenta. Setelah percakapan telepon untuk yang terakhir kalinya dengan sang sahabat, Kenta dan sahabat lainnya segera ke tempatnya berada. Walaupun disana, mereka hanya bisa melihat tubuh kaku Sahabatnya sudah ditutupi kain.
Breaking news memberitakan kematian sang Idol Solo Hinata Shota sebagai kecelakaan. Kebenaran tentang kematian Shota diubah demi kenyamanan publik yang mengidolakannya.
°°°°°
3 hari setelah kematian Shota, Kenta dan sahabatnya hendak menemui Istri dan anak-anak Shota, tetapi mereka dikejutkan dengan menghilangnya Istri Shota bersama anak-anaknya.
Mereka berpikir, kalau istri Shota ini di ancam oleh Keluarga besar Shota. Karena itu mereka pergi jauh sampai 5 tahun lamanya. Dan ditahun ini, akhirnya dia menemukan nya juga, dalam takdir yang tidak disangka-sangka.
"Sekarang kau bisa tenang disana, Shota. Serahkan saja pada sahabat-sahabat mu ini. Kami pastikan akan membalas mereka dan menjaga anak-anakmu." Ujarnya sembari menatap bingkai foto persahabatannya.
°°°°°
Penghujung jam pelajaran terakhir, kelas MIPA 1-5 sudah berkemas lebih dahulu sebelum bel berbunyi. Sebagian murid sudah keluar kelas menunggu gerbang sekolahnya dibukakan.
Sementara Shoyo masih dikelas karena hari ini adalah jadwal piketnya bersama Atsumu. Sanko dan Osamu menunggu mereka berdua diluar kelas sambil melihat murid-murid ekstrakurikuler paskibra dibawah sana.
"Guys! Weekend ini Shoyo ngajakin kita main ke rumahnya!" Seru Atsumu bersorak gembira ketika Shoyo tiba-tiba mengajak mereka untuk main ke rumahnya.
"Dengan senang hati, Shoyo!" Jawab mereka berdua serempak
"Sebelumnya, Aku minta maaf karena rumahku ... Hanya rumah kontrakan kecil" ujar Shoyo dengan suara lirih. Walaupun dia berpikir mereka berbeda dengan mantan teman SMP-nya, tetap saja dia masih takut dengan masa lalunya.
"Apa sih, jangan gitu ah! Kita kan cuma main bukan menilai" ucap Sanko diluar dugaannya. Tangan ramping milik Sanko dengan mudah merangkul bahunya, harum wangi sampo milik perempuan itu tercium jelas dihidungnya.
Semburat merah dipipinya tak mampu ia sembunyikan didepan Atsumu dan Osamu, mereka berdua sekarang menyengir—menggoda Shoyo yang begitu jelas sedang diselimuti rasa malu.
"Sanko, jangan gitu lah. Kasihan anak orang kecekik lehernya." Sahut Osamu sambil menyikut lengan kembarannya untuk ikutan menggoda Shoyo.
"Lihatlah, wajahnya sampai merah kayak kepiting rebus gitu. Kiw, kiw"
Dengan cepat Shoyo melepaskan rangkulan Sanko, "G-gimana kalau kita turun aja, bentar lagi gerbangnya mau dibuka" ajak Shoyo mengalihkan rasa malunya. Sesekali dia memandang kesal kepada si Kembar yang berani sekali mak comblang padanya.
Si kembar itu tertawa kecil. Merasa puas telah menjaili Shoyo.
°°°°°
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan Jeruk {Hinata Shoyo} [END]
Fiksi PenggemarKetika mereka yang berduit menginginkan jeruk jelata