22 [END]

828 37 18
                                    

Setelah menjalani perawatan selama kurang lebih satu bulan, akhirnya Shoyo, Kenma, dan Sanko keluar dari Rumah sakit serta menjalani kehidupan sekolah mereka seperti biasanya.

Apa yang sudah terjadi waktu itu, membuat Shoyo menjadi tegas terhadap dirinya sendiri. Sanko juga menjadi gadis yang pendiam, tidak berisik seperti dulu. Bekas jahitannya masih basah, jadi tidak boleh banyak gerak. Batinnya.

Atsumu dan Osamu masih suka menganggu satu sama lain demi pertemanan yang tidak canggung setelah semua yang terjadi.

"Sho-chan, nanti Kitashin dan Kuroo juga ikut main ke rumahmu" kata Atsumu saat pulang sekolah memberitahu kedatangan Kitashin dan Kuroo yang ingin berkunjung ke rumah Shoyo.

"Tentu." Jawabnya singkat

"Oy, Hinata!" Seru Kageyama memakai setelan jaket dan topi untuk menyembunyikan diri dari pengawalnya. "Aku juga mau ikut ke rumahmu"

"Hey, kau penguntit, siapa yang mengundangmu untuk bertamu?" Tanya Osamu dengan angkuh

"Kau ini tidak tahu etika ya, seenaknya saja bertamu tanpa diundang" sahut Atsumu berwajah mengejek Kageyama.

"Bukan urusan kalian" jawab Kageyama

"Sudah ya, kau boleh ikut kok. Lebih ramai lebih seru" sela Shoyo melerai mereka.

Mendengar jawaban Shoyo, Kageyama tersenyum penuh kemenangan. Sambil mengejek si kembar karena dia sudah mendapat pembelaan dari Shoyo.

°°°°°

Rumah Shoyo yang sederhana kini ramai orang yang bertamu. Sudah seperti keluarga besar yang mengadakan acara pesta jamuan.

"Sanko, jangan ikut-ikutan membantu ya, nak. Jahitanmu masih basah, mending kamu sama Natsu saja" pinta Ayumi ketika Sanko membantunya menyiapkan jamuan para tamu.

"Gapapa, Bu. Aku kuat kok!" Kata Sanko penuh keyakinan yang dia tunjukkan dengan membawa nampan gelas dan minuman untuk tamu.

"Nih minumannya, habisin ya." Titah Sanko pada mereka (Kuroo, Kenma, Kitashin, Miya Kembar, Kageyama, dan Ayah mereka)

"Iya, Nona" jawab mereka serempak.

Suasana rumah menjadi ramai dan harmonis. Belum pernah Shoyo rasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Ayumi juga tersenyum bahagia melihat mereka. Berharap saat-saat seperti ini akan berlangsung lebih lama.

°°°°°

Asana Airlines, 3 jam menuju Bandar Udara Internasional Heathrow London...

Shoyo terbangun dari tidurnya sejak dalam perjalanan. Dia beranjak dari kursi menuju toilet untuk cuci muka. Sejenak dia berkaca — melihat perbandingan sejak 2 tahun terakhir setelah lulus SMA.

Rahangnya jadi lebih tegas dan tubuhnya lebih tegap sempurna dibandingkan masa sekolahnya dulu. Rasanya seperti mimpi yang panjang, waktu dia diculik oleh Pamannya sendiri sampai harus membuat dua temannya hampir meregang nyawa.

Dia sedikit tak percaya bisa melalui semua itu. Dia pikir akan berakhir ikut bersama Kakeknya dan tidak bertemu dengan teman-temannya lagi juga Ibu dan Adiknya.

Sesekali dia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Bersamaan dengan itu, pesawat yang ia tumpangi mengalami turbulensi udara.

Guncangannya semakin hebat dan terdengar suara ledakan. Penumpangnya panik, pramugari dan pramugara berusaha menenangkan mereka dengan menyuruh mereka untuk tetap duduk dan memakai masker oksigennya.

Shoyo terjebak di toilet tak mampu keluar karena guncangan hebat. Dapat dia rasakan pesawat itu menukik tajam, mengurangi oksigen disekitarnya. Tenggorokannya tercekat tak mendapat udara untuk bernafas.

Semakin lama udaranya semakin menipis, sehingga dia berakhir tak sadarkan diri.

°°°°°

B

erita jatuhnya pesawat Asana Airlines di sebuah lapangan tandus, yang menyebabkan pesawat itu meledak tak bersisa — menghentikan jantung Ayumi yang sedang menyiapkan makan malam untuk Natsu.

Berita itu telah sampai di telinga keluarga Kozume, Kageyama, Kita, Miya, dan Kuroo. Mereka syok mendengar berita tersebut.

Kenma melihat Adiknya yang berdiri mematung disampingnya. Sudah pasti dia sangat terpukul.

4 tahun setelah meninggalnya Shoyo, Sanko tidak pernah mencari penggantinya. Dia memilih melajang seumur hidup, walaupun banyak pria di luaran yang meminangnya.

Ayahnya juga tidak pernah menyudutkannya untuk menikah. Karena beliau tahu, tidak ada yang bisa menggantikan Shoyo di hatinya.

Hari-harinya yang sepi dia habiskan dengan menatap kosong langit malam melalui balkonnya. Sambil membayangkan Shoyo datang untuk melamarnya. Jari-jarinya yang kurus dia arahkan ke langit menutupi cahaya bulan. Ia bayangkan jari manisnya itu terselip cincin dari Shoyo sambil tersenyum.

"Sanko" panggil Kenma yang kebetulan masuk ke kamarnya membawakan makan malam.

"Harusnya dia sudah pulang sekarang dan melamarku, kan?" Katanya dengan suara serak, tak lupa dengan wajah sedihnya yang masih sempat melukiskan senyuman disana.

Kenma menghampiri adiknya dan memberinya sebuah pelukan. Membiarkannya meluapkan semua kesedihan yang dia pendam selama 4 tahun ini.

Dia juga. Membiarkan air matanya mengalir sederas mungkin agar sesak di dadanya menjadi lega. Dia juga sama seperti Sanko, memendam kesedihannya selama 4 tahun karena kehilangan sahabatnya.

Dibawah sinar bulan purnama, kakak-adik itu masih berpelukan merindukan seorang sahabat dan orang terkasih yang telah lama berpulang bersama bintang.

END

Alhamdulillah akhirnya cerita ini selesai berkat dukungan kalian 🤧

Maaf kalau endingnya gak sesuai ekspektasi 💔
Pengennya gak ada yang mati tapi gara-gara moodku jelek akhirnya aku menumbalkan Shoyo😊💔

Mungkin ending ini gak ada feel karena aku gak gak ngerasain apa-apa. Aku justru seneng berkat pengorbanan Shoyo cerita ini tamat.

Maaf untuk Shoyo ☺️🙏

Terimakasih buat kalian semua yang ngikutin cerita ini sampai habis, semoga ketemu lagi di cerita yang baru dan tumbal yang baru 👋

Rebutan Jeruk {Hinata Shoyo} [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang