H-3 sebelum acara ulangtahun Sanko, Shoyo mengajak adiknya jalan-jalan mencari kado yang pas untuk Sanko nanti. Dia tidak tahu-menahu soal kesukaan perempuan, kecuali kesukaan Adiknya sendiri.
"Ini gimana?" Tanyanya menunjukkan dua bola kristal salju. Satu berisi miniatur seorang perempuan bermain suling dan satunya berisi miniatur pohon sakura.
Natsu terlihat berpikir keras untuk memilihnya. Soalnya dua-duanya itu sama bagusnya. Akhirnya dia memilih yang miniatur pohon sakura. Setelah satu jam memilih, akhirnya mereka beli juga bola pasir itu dengan harga 999 ribu rupiah.
Selepas mencari kado ulangtahun yang hampir menghabiskan uang sebanyak 1.5 juta, dan tersisa 400 ribu untuk beli jajanan juga ongkos taksinya.
"Ternyata sulit ya kalau punya teman orang kaya" lenguh Natsu memijat kedua kakinya yang kecapekan berdiri dan berjalan demi mencari kado yang cocok untuk gebetan Kakaknya.
"Natsu, bantuin bungkus kadonya" pinta Shoyo mempersiapkan semua bahan pembungkus kado diatas tikar jerami.
Untunglah proses membungkus kadonya tidak terlalu ruwet. Cukup memasukkan bola kristalnya yang sudah dibaluti bubble wrap ke kardus kotaknya, tidak lupa dengan kartu ucapan Happy birthday didalamnya, kemudian ditali dengan pita merah dan jadilah sebuah kado.
Setelah beres-beres, mereka memutuskan langsung tidur mengistirahatkan tubuh yang lelah.
°°°°°
H-0 ulang tahun Sanko telah tiba. Shoyo sudah bersiap-siap dengan penampilannya yang kasual. Celana hitam, kemeja biru, berdasi navy, rambutnya dia beri gel merk Gesby. Agar terlihat rapi, tidak lupa dengan minyak wangi aroma jeruk mint kesukaannya.
"Kamu tahu rumahnya?" Tanya Ayumi, Sang Ibunda.
"Katanya nanti dijemput sih" jawab Shoyo, lalu datang sebuah mobil mewah hitam di depan halaman rumahnya.
Seorang laki-laki berambut puding dengan penampilan formalnya turun dari mobil menjemput Shoyo. Sambil membuka kacamatanya, dia memperkenalkan diri.
"Selamat sore, saya Kozume Kenma. Kakak kandung Sanko, sayalah yang menjemput Anda, Tuan Hinata Shoyo. Mari kita berangkat."
Betapa kikuknya mereka dengan kelakuan jejaka satu ini. Sikap hormatnya malah membuat keluarga Shoyo canggung harus membalas seperti apa?
"I-iya, terimakasih banyak!" ucap Shoyo membungkukkan badannya sedikit berlebihan.
Kenma tertawa kecil melihat tingkahnya.Dia ajak Shoyo masuk ke mobil setelah berpamitan dengan Ibu dan Adiknya. Didalam mobil yang mewah itu, Shoyo cuma bisa menunduk, duduk tegang, dan gemetaran. Perasaan canggung dan tidak nyaman membuat perutnya terasa mual.
"Minumlah, ini akan meredakan rasa mualmu" kata Kenma menyodorkan secangkir teh hitam didepannya. Sepertinya dia peka sama kondisi Shoyo yang memendam rasa mual.
"Terimakasih, Kozume-san" ucap Shoyo menikmati setiap tegukan teh hitam yang hangat itu; mengalir ke kerongkongannya.
"Panggil saja Kenma, kita cuma beda satu tahun. Dan aku dulu satu SMP denganmu" paparnya dengan bahasa informal.
Tentu saja Shoyo tak percaya, dia pernah satu SMP dengan Kakaknya Sanko? Bagaimana bisa dia tidak tahu?
"Sayangnya aku terlalu sibuk ini-itu jadinya kita gak pernah saling menyapa." Tambahnya memperjelaskan, "tau-tau, adikku malah satu kelas sama kamu. Padahal dulu sangat ingin menjadi temanmu pas SMP, bisa dibilang aku ini ... Nge fans sama kamu"
Kali ini Shoyo benar-benar syok mendengar seorang Kozume mengidolakan dirinya. Memangnya apa yang membuat dia di Idolakan? Dia hanya murid biasa dari kalangan menengah kebawah. Mustahil untuknya menjadi Idola seorang Anak Sultan. Pasti ada yang tidak beres dengan otaknya Kenma.
"Gausah kaget, aku mengatakan ini dengan jujur kok"
Justru kejujuran dan ke-gamblangannya membuat Shoyo semakin syok. Dia tidak bisa berkata-kata didepan kakak Sanko ini. Dan dirinya semakin dibuat tak berdaya ketika mobilnya tiba-tiba berubah menjadi transparan– menampakkan halaman luas Mansion milik Keluarga Kozume. Seperti gerbang pintu masuk Istana Disneyland.
Sebuah air mancur berwarna berada ditengah-tengah halaman mengharuskan mobilnya berputar sebentar. Didepan pintu masuk Mansion, berjejer dengan rapi para Maid dan pelayan menunduk hormat pada para tamunya.
Pintu besar Mansion terbuka, menampakkan kilau cahaya lampu gantung, dan suasana ramai dari para tamu yang berpenampilan sangat rapi dan elegan. Berbeda dengannya yang apa adanya. Seketika dia ingin pulang secepatnya, dia tidak bisa berlama-lama di pesta itu. Melangkahkan kaki satu petak saja, atmosfernya sudah terasa berat untuknya.
Waktu seakan berhenti sejenak, membiarkan semua mata memandanginya sambil berbisik-bisik. Karena inilah Shoyo tidak mau datang ke pesta ulang tahunnya Sanko. Tapi demi seorang teman yang dia sukai, dia rela.
"Kozume-san mengundang orang dari kalangan bawah? Tidak disangka. Lihatlah pakaiannya, sangat lusuh dan tidak berkelas sama sekali " bisik-bisik para tamu undangan itu tidak melihat kondisinya lebih dulu. Alunan musik tadi tiba-tiba mati saat dia masuk, karena itu suara mereka mampu didengar oleh Shoyo.
Dalam hati, dia berdoa agar bisa pulang secepatnya! Dia benar-benar tidak mau, kejadian yang dulu terulang lagi.
"Anak itu kan... Masa sih?"
°°°°°
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan Jeruk {Hinata Shoyo} [END]
Fiksi PenggemarKetika mereka yang berduit menginginkan jeruk jelata