A SURPRISE

1.3K 74 6
                                    

•°☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°☆

Di tengah kehiruk-pikukkan Bandara Soekarno-Hatta sore itu, ada Brianna yang tengah dipeluk oleh kedua orang tuanya. Tidak mempedulikan keramaian di sekitarnya. Mereka hanya ingin menikmati momen terakhir sebelum mereka berpisah satu sama lain. Brianna mengusap matanya yang sempat meneteskan satu bulir air mata. Meskipun dia sangat bersemangat tentang perkuliahan di Bali, meninggalkan rumahnya yang selama ini menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah, menangis, tertawa, tetaplah berat.

"Bri janji kalau libur panjang Bri pasti pulang ke sini."

Retta mengangguk sambil tersenyum. Ia mengecup kedua pipi serta dahi anak gadisnya yang kini beranjak dewasa. "Sekolah yang baik, ya, Nak. Gak gampang masuk ke universitas itu dan banyak yang pengen ada di posisi kamu, jadi gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya."

Brianna mengangguk. "Pasti, Ma."

Kini giliran sang ayah yang mendekat dan memberi kecupan di dahi anak kesayangannya. "Inget, ya. Jaga pergaulan. Pacaran boleh, tapi cerita ke kami. Kalau ada apa-apa, baik atau buruk, pokoknya harus cerita."

Brianna kembali mengangguk pasti. Ia memeluk ayahnya sekali lagi dengan erat. "Pasti dong, Pa. Kan, selama ini juga kalau Bri ada apa-apa, Bri pasti ceritanya ke Mama sama Papa."

"Kalau ada Zio, kamu tetep larinya ke dia."

Brianna melepaskan pelukannya sambil terkekeh kecil. "Iya, tapi abis itu, kan Papa sama Mama."

Helios mengelus kepala anaknya singkat sebelum menyuruhnya untuk pamit pada Dianna dan Aaron. Brianna menatap kedua orang tua laki-laki itu dan memeluknya dengan erat. Mereka juga sudah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Begitu pun sebaliknya. Dianna dan Aaron menganggap Brianna sebagai anak mereka sendiri.

"Hati-Hati kamu, ya. Jangan mau deket sama cowok yang gak bener. Kalau Zionathan macem-macem laporin aja ke kita, ya?" pesan Dianna yang juga ikut merasa was-was melepas Brianna pergi.

"Iya, pastilah kalau itu," jawab Brianna. Gadis itu tersenyum setelah kepalanya dielus oleh Aaron. "Om, pamit dulu, ya."

"Kamu hati-hati. Kalau ada apa-apa, gak usah sungkan telepon, ya." Brianna mengangguk menanggapi pesan Aaron. Sesudah berpamitan, Brianna pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

*****

Zionathan duduk di karpet halus berwarna abu-abu ruang tengah rumahnya bersama dengan teman-temannya. Mereka baru saja menyelesaikan tugas kelompok untuk mata pelajaran public speaking. Kini mereka sedang memakan makanan yang mereka pesan melalui aplikasi online.

"Lo tinggal di sini sendiri, Zi?" tanya Jo, teman sekelasnya sekaligus sahabat Zionathan.

Zionathan baru saja mau menjawab, namun Maisya lebih dulu menjawab. "Iya, dia sendiri. Orang tuanya yang beliin buat dia. Iya, kan, Zi?"

Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang