Y

155 14 8
                                    

.
.
.

"Rumah kamu dimana?"

"Jl. Panglima Sudirman no. 17 kak Rain"

"Tinggal sama orang tua?"

"Iyaa kak, aku anak tunggal jadi nggak punya saudara"

Rain cuma ngangguk aja dengerin ceritanya senja.

"Kak Rain, hubungan sama pacarnya udah lama?"

"Udah jalan tiga tahun"

"Lumayan lama sih, jadi rela di mutasi ke Jogja supaya deketan sama pacarnya?"

Rain lagi-lagi cuma ngangguk...

"So sweet, pengen punya satu seperti kak Rain"

Rain cuma senyum aja dengerin pujian Senja.

Sesampainya di rumah Senja....
"Kak Rain, thanks udah nganterin, mau masuk dulu?"

"Gausah, gue langsung balik aja"

"Hati-hati di jalan kak Rain. Dan terimakasih untuk hari ini" tersenyum manis melambaikan tangannya pada Rain.

Mobil melaju meninggalkan halaman rumah Senja.

___


Di dalam kamar menatap rambutnya yang masih basah setelah dari kamar mandi, Senja masih melihat bayangan Rain di depannya.

"Kenapa begitu indah, dia memang lumayan tampan, hanya lumayan, kulitnya juga enggak putih, rambut sedikit bergelombang, kenapa begitu menarik, membawaku jauh terlibat dengannya?"

Senja yang mengagumi sosok Rain detik itu juga, tak henti memujinya, dia menawan menurut Senja pribadi, hanya saja sudah memiliki pacar.
"Hanya pacar bukan? Kenapa harus ragu jika bisa memilikinya?"

Ambisi tiba-tiba saja tumbuh menyelimuti hatinya, rasa percaya diri yang ada pada dirinya tak menghapus keraguan yang ada. Jangankan ragu, menurutnya, memiliki paras yang indah dan sempurna seperti dirinya, tidak akan kalah saing dengan pacar Rain yang masih belum di ketahui bagaimana rupanya itu.

"Oke, gue akan dapetin Rain, gimanapun caranya"

.
.
.
.

Jogja...

"kak, kak Zayn,....kak...kakak...."

"Apasih Zeno, lo gak liat gue lagi ngapain?"

"Maninan laptop, main game apasih kak?"

"Gundulmu itu game"

"Terus ngapain?"

"Diem aja, gue lagi sibuk"

"Yaudah, ntar aku mau jalan sama kak Ozy"

Zayn yang lantas menghentikan pergerakan jarinya menatap Zeno dengan pandangan penuh tanda tanya "Lo barusan bilang apa?"

"Aku mau jalan sama kak Ozy" perjelas Zeno.

"Zen, lo udah pikir baik-baik? Udah pakai otak? Lo enggak mikir perasaan Ibran?"

"Kak Ibran aja enggak mikirin aku, jadi untuk apa aku mikir perasaan dia"

"Lo kenapa bisa bikin kesimpulan sperti itu?"

"Yah kemarin aja dia bilang sendiri kalau dia rela ngelepasin aku, basically, kita berdua sama-sama egois, enggak mau ngalah satu sama lain"

"Jadi akan di terusin gitu?"

"Whatever, dia enggak perduli, aku juga"

"Zen, lo jangan gaslighting, ini masalah lo, kalau bukan lo yang selesaikan, terus mau siapa?"

Why RainZayn ? S2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang