TOUCH

212 13 5
                                    

.
.
.

Baru aja sampai rumah...

Ada lima panggilan tak terjawab di ponsel Rain.
"Zayn....." menatap layar ponselnya.

Mencoba menelpon Zayn kembali tapi tak tersambung. Rain menelpon Zeno untuk memastikan apakah Zayn baik-baik saja.

"Sialan, telpon Zeno juga enggak di angkat"

membanting Hp nya di kasur...
"Udahlah, telpon Zayn besok aja, capek banget" memejamkan matanya dengan pakaian kerja yang masih utuh.

Kalau di Jogja, pasti Zayn udah marah-marah kalau tau Rain istirahat dengan posisi seperti ini. Harus ganti baju, mandi dan makan dulu, baru boleh istirahat.

Tapi ini di Surabaya, enggak sama seperti di Jogja, di sini perhatian mama Rain pun enggak seperti perhatian Zayn padanya.

"Sejenak hidup tanpa Zayn, rasanya gue bakal baik-baik aja, pusing soal kerjaan, ada Senja sebagai hiburan, it's oke"

Baik-baik aja menurut dia. Bagaimana jika Zayn tau soal ini?
Nggak mungkin Zayn bisa menerimanya?

"Rain, lo cuma ciuman sama Senja, enggak ada niatan lain, jangan sampai Zayn tau" berbicara dengan dirinya sendiri.









_________







Paginya di rumah sakit....

"Zayn, kamu butuh sesuatu?"

"Enggak bran, gue baik-baik aja, lo mending pulang aja, Zeno kecapean kayaknya"

"Kamu yakin? Terus siapa yang jagain kamu di sini?"

"Gue udah telpon Farhan, bentar lagi dia dateng"

"Oke, kalo gitu, misalnya kamu butuh sesuatu, kamu bisa telpon aku"

Zayn hanya mengangguk menyetujui.

_______


Ibran berjalan keluar dari kamar rawat Zayn, melihat Zeno ada di taman rumah sakit sedang mengobrol dengan seseorang. Melangkah semakin mendekat dan ternyata Ozy yang sedang di ajak ngobrol oleh Zeno.

Perasaan marah menyelimuti hati Ibran, semakin mempercepat langkahnya menuju mereka berdua.
"Zeno......" teriak Ibran memanggil nama Zeno.

Terkejutnya Zeno melihat Ibran sudah berdiri di belakangnya.

"Kak Ibran....."

"Pulang!" menarik Zeno agar ikut dengannya.

"Tunggu, lo enggak bisa paksa Zeno" Ozy yang juga menarik tangan Zeno.

Zeno berada antara Ibran dan Ozy yang memperebutkannya.

"Zen, pulang sekarang!"

"Ngapain lo maksa Zeno sih, kalian udah putus kan, jadi sekarang biarin Zeno menentukan pilihannya"

"Siapa yang bilang kalo gue udah putus sama Zeno?" Ibran yang lantas melepaskan tangan Zeno dan berjalan maju menantang Ozy.

"Zeno bilang kalo lo udah enggak perduli sama dia?"

Zeno menatap Ozy dengan pandangan penuh tanda tanya, di benaknya berkata "Tapi gue gak pernah bilang kalo gue putus sama kak Ibran"

"Gue perduli dan selalu perduli sama Zeno, kita cuma lagi berantem masalah sepele, itu bukan berarti putus" perjelas Ibran.

"Tapi Zeno selalu menikmati setiap kali kita berhubungan di atas ranjang" Kalimat Ozy yang di ucapkan dengan tegas.

Why RainZayn ? S2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang