16 (flashback)

14 4 0
                                    

Readers di chapter kali ini berisi flashback tentang Gaffar yang berbohong pada Hana.

Chapter ini Author khusus buat flashback aja untuk chapter selanjutnya itu udah bukan flashback ya

Tetap setia ikuti cerita PAIN GIRL!

Kira-kira seperti apa ya ending dari cerita ini wkwkwk

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku berbohong demi kebaikan kita"
-Gaffar Wijaksono-

"Seorang Pembohong akan tetap Berbohong"
-Hana Claire-

Gaffar menghela napas. Kantung matanya menghitam, memperlihatkan cowok itu kelelahan.

"Jangan terlalu banyak berpikir nanti mati betulan lagi"

Gaffar membalikkan badannya. Menatap pria yang lebih tua darinya.

"Memang aku sudah mati Pa. Hatiku mati karena dia tidak ada," ucap Gaffar lirih

Deck Wijaksono menatap anak semata wayangnya sedih. Dia sudah menduga kalau hal ini pasti terjadi pada Gaffar.

"Papa tidak habis pikir dengan rencanamu ini. Kamu berbohong padanya lalu kamu merasa bersalah? Bukankah itu konyol? Padahal dirimulah yang berbuat," ucap Deck datar

Sekali lagi Gaffar menghela napas. "Aku berbohong itu semua demi aku dan Hana"

"Tapi tidak begitu juga caranya Gaffar. Kamu baru saja mematahkan hati anak orang"

"Jangan salahkan siapa-siapa disini kalau misalnya kamu kembali lagi padanya lalu dia tidak menerimamu. Berani berbuat berani tanggung jawab son," lanjut Deck

"Pa. Aku sebenarnya tidak ingin begini tapi keadaan-lah yang membuatku harus menyakitinya," ucap Gaffar dingin

"Aku sakit Pa!" Teriak Gaffar

"Sekarang katakan padaku mana yang lebih sakit. Dia atau kamu? Penyakitmu itu bisa saja disembuhkan tapi rasa sakit di hati karena kehilangan seseorang apalagi orang itu berbohong padanya, bukankah kamu baru saja membuat dia stres? Pikir baik-baik! Makanya jadi orang itu berpikir dulu baru bertindak bukan asal seperti ini," ucap Deck panjang lebar

Gaffar keluar kamarnya namun dihentikan oleh suara Papanya.

"Jangan lakukan hal yang tidak berguna. Ingat fisikmu masih lemah," ucap Deck dingin

Gaffar berdecak kesal lalu kembali lagi ke kamarnya menutup pintu kuat-kuat mengabaikan teriakan Deck padanya dibalik pintu.

Gaffar merebahkan dirinya di atas ranjang. Sudah satu bulan semenjak kejadian itu membuat Gaffar semakin dirundung rasa bersalah.

"Maaf Hana," gumam Gaffar

Deck menghela napas sambil menatap pintu kamar anaknya yang telah tertutup itu. Dia tidak menyangka jika Gaffar berbuat sejauh ini, sungguh diluar pemikirannya.

PAIN GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang