7 (gadis yang tersakiti)

30 3 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku menjauh karena aku tahu diri"
-Hana Claire-

"Menjauh tidak akan bisa menyembuhkanmu"
-Hans Damian-

Hana membuka kedua matanya. Sebenarnya Hana sudah bangun daritadi namun Hana memilih untuk tetap memejamkan kedua matanya sambil mendengarkan percakapan Zera dan Hans. Hana menghela napas lega karena Hans tidak mendapat informasi apapun dari Zera karena pada waktu Zera ingin menceritakan semuanya, tiba-tiba Venaya datang membuat rasa penasaran Hans lagi dan lagi gagal.

Hana bangun perlahan, turun dari ranjang. Gadis berusia 17 tahun itu berjalan ke arah meja belajarnya, mengambil botol kecil yang berisikan obat lalu meminum obat tersebut.

Hana menghela napas lega. Jika terlambat sedikit saja pasti dirinya bisa mati karena ketakutan.

Tatapan Hana kosong, sampai-sampai Hana jadi lupa bagaimana melampiaskan setiap apa yang dia rasakan.

Hana mengalihkan pandangannya pada sebuah cermin yang besar di depan ranjangnya entah apa yang dipikirkan oleh Hana, dia mengambil tongkat bisbol yang ada di samping meja belajar dan dengan sekuat tenaga Hana memukul cermin itu.

Prank

Bug

Suara pecahan kaca dan jatuhnya tongkat bisbol di lantai menimbulkan suara yang keras. Hana menatap ke bawah, melihat kedua kakinya yang mulai mengeluarkan darah akibat dirinya telah memecahkan cermin.

"Berdarah lagi ya. Hei jangan mengeluarkan darah karena aku tidak tahu cara mengobatinya"

"Yang kutahu hanyalah kesakitan. Aku kesepian disini. Aku takut"

"Tidak! Kamu itu berani Hana! Lihatlah mereka menderita akibat perbuatanmu!"

"Aku membutuhkan cinta dari orang lain. Tunggu dulu, cinta itu apa?"

"Bodoamat! Terserah!"

Secara tiba-tiba tingkah Hana menjadi aneh. Inilah yang terjadi jika dirinya berbicara sendiri, meluapkan setiap apa yang tidak dia mengerti. Seakan-akan Hana seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh dan itu adalah hal yang biasa dia lakukan.

Setitik airmata keluar begitu saja membuat yang empunya mengerutkan dahinya menandakan bingung. Hana mengusap airmatanya kasar dan tiba-tiba memaki dirinya sendiri.

"Sialan! Sekali lagi mengeluarkan airmata kucongkel dirimu!" Ucap Hana sambil menunjuk kedua matanya

Namun hal itu tidak terjadi. Terus-menerus airmatanya mengalir membuat Hana tanpa sadar mengikuti perasaannya saat ini yang dia rasakan.

"Hiks...hiks...apakah ada orang yang ingin mengobatiku? Rasanya sakit. Aku membutuhkan perban sekarang juga, dadaku terasa sesak tidak ada yang ingin memelukku"

Hana memeluk dirinyaa sendiri dan terus menangis. Mengeluarkan setiap isi hatinya sampai gadis itu benar-benar merasa lelah dan pada akhirnya tertidur dengan keadaan sangat buruk.

Tidur di tengah-tengah pecahan kaca disertai kedua kakinya yang tidak pernah berhenti mengeluarkan darah lalu wajah Hana yang tidur menandakan bahwa dirinya betul-betul membutuhkan seseorang untuk menyadarkannya sekarang juga.

Betapa menyedihkannya dirimu Hana.

PAIN GIRL

sudah 2 minggu sejak kejadian itu di rooftop, kedua orangtua Hana memutuskan bahwa Hana sebaiknya sekolah di rumah atau istilahnya home schooling. Jujur saja para guru-guru menyanyangkan hal tersebut dikarenakan Hana merupakan siswi yang berprestasi, juara dalam segala mata pelajaran bahkan ada saja hal yang Hana buat dalam mengharumkan nama sekolahnya itu.

PAIN GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang