10 (berusaha)

19 3 0
                                    

Hallo Readerssss

Di chapter ini udah gak flashback lagi ya wkwkwk

Don't forget to voment guysss!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tepat sudah 1 minggu Hana home schooling dan itu benar-benar membuatnya semakin sulit dimengerti orang lain bahkan kedua orangtuanya pun serta kakaknya sendiri semakin merasa bahwa Hana seakan-akan terhilang dari dunia ini, menyendiri lalu mengerjakan tiap soal dengan tenang.

Ekspresinya saja tidak pernah berubah selalu datar tak lupa sifat Hana semakin dingin. Hana benar-benar merubah segalanya.

"Wah, kamu pintar sekali Hana! Ini soal olimpiade sains tingkat internasional tapi kamu dapat mengerjakan soal tersebut dalam jangka waktu 15 menit. Aku bangga padamu," puji seorang wanita yang merupakan guru home school-nya

Hana diam sambil mengatur buku-bukunya yang berantakan di atas meja kemudian mengaturnya dengan baik.

"Apa dirimu tidak ingin kembali lagi sekolah seperti biasanya?"

"Tidak"

Wanita tersebut tersenyum menanggapi. "Baiklah aku mengerti. Besok kita belajar matematika dan jangan lupa dengan tugas yang sudah kuberikan padamu"

"Iya"

"Aku pulang dulu Hana sampai jumpa besok"

"Hm"

Setelah mengantar gurunya di depan mansion, Hana kembali lagi di ruang tamu mengambil semua buku-bukunya beserta alat tulis menulisnya. Gadis cantik itu berjalan menuju ke arah kamarnya.

"Hana makan dulu ya. Kamu dari kemarin belum makan, Mami takut terjadi sesuatu padamu," ucap Zera

"Tidak," balas Hana singkat

"Kenapa? Ada apa denganmu?" Tanya Zera khawatir

Hana menggeleng. "Jangan sok peduli padaku"

Hana melanjutkan lagi langkah kakinya dan masuk di dalam kamarnya. Zera menghela napas, meski sudah ditolak Hana banyak kali namun tetap saja rasanya sakit. Mungkin ini yang namanya tabur-tuai.

"Aku sangat menyanyangimu putri kecilku," ucap Zera lirih

Hana menatap halaman mansionnya dibalik jendela yang terbuka. Entah mengapa dirinya merasa nyaman jika menyendiri seperti ini walaupun dalam sisi lainnya ada yang kurang dalam hidup Hana. Ya, cinta. Hana merasa ada yang kosong dalam relung hatinya.

Hana menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Cinta itu omong kosong"

Drtt...drtt...drtt...

Suara dering handphone-nya mengalihkan atensinya dari halaman mansion ke arah handphone yang berada di atas ranjangnya.

Hana berjalan, gadis dingin tersebut duduk di ranjangnya yang serba warna hitam menatap nama yang tertera disana. Hans. Setiap hari Hans selalu menelponnya tidak pernah absen, Hana dibuat bingung akan tingkah Hans.

Dengan malas Hana mengangkat telpon dari Hans itu.

"Han apa kamu_

"Katakan saja dengan cepat! Aku sibuk"

Terdengar suara tawa dari seberang sana membuat Hana mendelik kesal.

PAIN GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang