🌼 29 🌼

427 70 4
                                    

"Aih cowok ini, untung sayang .." gumam Dalisha dalam hati sibuk tersipu malu karena gumamannya itu.

.

"Bagaimana nak Vi ? Apa yang mau kamu katakan?" Abi Arkan bertanya kepadanya dengan wajah serius sampai sampai Virendra menelan salivanya, merasakan aura tegas dari raut wajah calon mertuanya itu, OPS .. belom deh .. baru mau akan . Hehhe.

"ee .. ee .. anu pak Ustadz .. anu ..." Ujarnya gugup...

"Bicara yang jelas Vi, cepat." Hafidz kembali berbisik kepadanya.

"Iya sabar , gue lagi deg degan nih." Cicit Virendra juga berbisik.

"Ya sudah kalau memang tidak ada yang ingin dibicarakan, saya .."

"Tunggu pak Ustadz , maaf .. maaf .. " potong Virendra cepat .

Dalisha benar benar jengkel dengan cowok itu, dia terus saja menatap kesal kearahnya, membuat Virendra makin ciut.

"Ck .. kamu itu jangan melotot terus dong Sha, .. aku jadi gugup nih " katanya tiba tiba membuat gadis itu melotot tak percaya begitu juga dengan Hafidz kok bisa bisanya dia malah menyalahkan Dalisha.

Sedangkan Abi Arkan dan Umi Kulsum hanya bisa tersenyum melihat kegugupan anak muda itu.

"Hhh! "Dalisha mendengus kesal.

"Astaghfirullaah .. bikin jengkel aja nih cowok." Batin Dalisha.

"Abi mending ke Masjid deh, dari pada buang buang waktu .." katanya kepada Abi Arkan, namun dengan nada yang sedikit kesal.

Mata Virendra kembali membola, dia tak percaya dengan apa yang di katakan Dalisha, Hafidz tak dapat menahan ketawanya melihat ekspresi wajah manusia planet satu itu hehehe , dia terkekeh pelan sambil memalingkan wajahnya ke samping.

"Saya mau melamar Dalisha pak Ustadz." Akhirnya keluar juga kalimat sakti dari bibir cowok yang bersuara husky itu, setelahnya Virendra menelan Saliva nya berkali kali sambil memberanikan diri menatap mata teduh Ustadz Arkan dengan perasaan yang tak karuan.

"Apa kamu sudah yakin?" Abi Arkan memastikannya, Virendra langsung mengangguk pasti.

"Apa modal kamu?" Lagi lagi Virendra mematung kala pria berwibawa itu menanyakan kemapanannya.

Dalisha terlihat khawatir, menunggu jawaban Virendra, begitu juga dengan Hafidz dan Umi Kulsum.

Virendra berpikir keras , jawaban apa yang akan dia berikan, sungguh dia tak tahu, secara dia masih harus menyelesaikan Kuliahnya 2 semester lagi, kalau bicara penghasilan, Virendra tak perlu bersusah susah payah untuk bekerja nanti ya , sang Papa memiliki perusahaan sendiri yang lumayan maju di bidang ekspor impor lobster yang nantinya bakal di turunkan padanya, tapi kan gak mungkin juga dia mengatakan itu, kan buka miliknya.

Tiba tiba dia tersenyum , sepertinya Virendra sudah mendapatkan jawabannya.

Dengan wajah Innocent dan senyum kotak ya dia menjawab

"Saya tidak memiliki apapun untuk modal saya pak Ustadz, kecuali restu papa dan mama saya, dan sekarang saya juga sangat membutuhkan restu pak Ustadz dan Umi untuk tambahan modal itu agar cita cita saya memperistri Putri sulung pak Ustadz mendapat Restu dan Ridho dari Allah SWT " jawabnya dengan keyakinan dan kepercayaan diri.

Jawaban Virendra membuat Dalisha tertegun tak percaya sekaligus terharu, dari mana dia dapat jawaban seperti itu pikirnya?
Hafidz sendiri sempat terkesiap, tapi gak lama kemudian dia tersenyum sambil menepuk nepuk bahu Virendra.

Sedangkan Abi Arkan terlihat menghela nafas pelan, wajahnya terlihat puas, senyum tipis terpatri di bibirnya, Umi Kulsum sendiripun begitu takjub dengan pemuda itu, dia tak menyangka dengan Jawabannya.

Hijrah Cinta 1 || Taelice (Edisi Ramadhan) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang