8 • Využít Příležitosti

144 54 3
                                    

"Kau siap?"

Pria yang duduk di kursi penumpang tertawa, menyibak rambut depannya ke belakang untuk memperlihatkan separuh keningnya. Lalu menoleh ke arah Liera dengan melempar tanya. "Haruskah aku sebut ini dengan bermain nyawa, Juan Liera?"

Mendengar itu Liera merasa semakin bersemangat. Rasanya ingin tertawa kencang di balik rasa kalut yang membuatnya sampai senekat ini. Liera butuh hiburan. Bukan sekedar hiburan seperti di club malam, tetapi hiburan yang dapat menguji adrenalinnya. Adrenalin yang mengalir deras membakar keputusasaan. Liera butuh itu sampai membuatnya lupa akan rasa takut yang tergantikan dengan ketakutan lainnya.

"Benar juga," balas Liera memberi anggukan kecil. Sudah siap dengan satu injakan penuh pada pedal gas yang akan membawa mereka melaju kencang menembus keramaian kota. Menjadikan jalanan raya menjadi sebuah arena sirkuit balap.

"Bagaimana kalau kita taruhan untuk nyawa kita?" tantang pria itu yang langsung membuat Liera menoleh dengan cepat. Sebelah alisnya terangkat seolah meminta persetujuan, padahal aslinya tidak. Tatapannya saja menyiratkan bahwa dia sedang menantang Liera agar segera menyetujuinya.

"Taruhan? Hei, Dae-ssi. Kau meremehkan aku?" pungkasnya seraya mencebik tidak terima. Jelas saja, Liera itu sangat benci diremehkan. Dan sekarang Liera merasa jika pria itu tengah meremehkannya. Itu membuat Liera seperti ingin menghajar habis pria itu—Dae Zayyan.

Penasaran, kenapa Liera bisa berada dalam satu ruangan yang terbilang cukup kecil ini besama Dae Zayyan? Apa mereka sedekat itu sampai ingin melakukan hal gila bersama?

Sederhana saja, selama di kafe Zayyan berhasil membuat Liera merasa aman. Setidaknya Liera bisa sedikit mengandalkan Zayyan untuk beberapa alasan. Apalagi mereka dulu sempat berteman, jadi tidak terlalu sulit untuk mereka kembali dekat. Bukan sebagai kekasih, tetapi teman dalam kegilaan.

"Kenapa? Kau tak mau? Takut?" sarkas Zayyan menatap Liera remeh. Berniat membuat Liera terpancing ke dalam permainannya. Zayyan tahu, Liera yang berada di depannya saat ini sangat mudah untuk terprovokasi. Zayyan jelas tak ingin menyianyiakan kesempatan emas seperti ini dengan memanfaatkannya dengan baik.

Liera mendengus. "Sama sekali tidak, tetapi aku tak suka kau meremehkan kemampuan mengemudiku," sergah Liera memukul lingkaran kemudi yang sejak tadi ia genggam. Masih melaju dengan kecepatan normal di pinggiran kota.

Zayyan menghela napasnya pelan. "Jika kau tak mabuk, aku bisa yakin untuk itu, hanya saja otakmu sedang tidak waras."

Benar jika Liera sedang tidak waras. Benar juga jika Liera sehabis minum empat botol wine, tetapi mabuk? Ayolah, dia sudah terbiasa dengan minuman beralkohol tinggi. Malahan, mereka seperti berteman baik. Sebab tuntutan profesi, rasanya Liera menjadi terbiasa dengan hal semacam itu. "Kau bercanda? Toleransi alkoholku tinggi. Aku masih cukup sadar, okay," ucap Liera menekankan. "Cepat katakan, apa itu!?" tambahnya yang kembali pada pembahasan pertama mereka.

Zayyan menyengir, menampakkan gigi depannya. Terlihat gemas tetapi tidak dengan ucapannya. "Misalkan malam ini aku celaka, kau harus menanggung semuanya. Kau juga harus tanggung jawab pada tubuhku, melayaniku dengan baik. Aku mau pelayanan VIP darimu."

Kini Liera yang memandang remeh seolah tidak terlalu peduli dengan hal itu. "Terserah, itu tak akan pernah terjadi." Liera berpikir sejenak. "Lalu bagaimana jika kita selamat? Kau mau mentraktirku belanja? Makan di restoran bintang lima juga tak masalah, aku suka. Atau apapun yang kuinginkan kau akan memenuhinya, bagaimana?" tanya Liera sekaligus memberi tawaran.

"Boleh juga, tapi aku menginginkan hal lain," ucap Zayyan seraya tersenyum licik. Liera hanya memandang dengan air wajah bertanya. "Kalau selamat, kau harus menjadi milikku malam ini," pungkas Zayyan kemudian.

Povýšený • Leo Xodiac [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang