Povýšený • Leo Xodiac [M] ✔

18 • Žárlivý

Little [M]

Sering kali ia terbangun tengah malam. Mencari potongan dirinya yang tertelan oleh kelam. Mencari jati diri yang tenggelam jauh di dalam dunia penuh kegelapan. Notabene gadis baik nan manis pun hilang bersama dilenyapkannya orang tersayang. Semua lenyap tergantikan oleh gelap yang mencekam. Ia sering kali bertanya, namun jawab tak kunjung menampakkan titik terang. Lebih parahnya ketika dunia seolah bungkam pada kebenaran.

Walau demikian, terlarut-larut dalam keterpurukan tak akan pernah bisa mengembalikan keadaan. Tanpa kehilangan, ia tak akan bisa berada di sini dengan jati diri baru kelewat kejam. Dunia yang merubahnya seperti sekarang. Dunia yang hitam. Sangat hitam. Kejam. Dan penuh bahaya. Namun dunia ini pula yang mengajarkannya berdiri dengan tangguh, serta keangkuhan seolah menutupi segala rasa sakit yang terdapat di dalamnya.

"Sampai kapan kau akan terus diam?" tanya pribadi wanita Juan yang mulai jengah dengan keadaan. Haruskah dirinya takut pada pria pemegang kemudi di sampingnya, karena telah mendapatinya berada di kamar hotel bersama Aeolus Sing—pria yang berstatus sebagai kakak sepupu dari pria itu? Tetapi untuk apa? Sungguh tidak berdasar. Bahkan Leo menarik paksa Liera untuk masuk ke dalam hypercar hitamnya dengan amarah yang tercetak jelas di wajah. Sungguh, Leo bisa dibilang cukup tak tahu diri. "Tuan Claus, kau ingin membawaku ke mana?"

"Ke mana saja asal kau berhenti bermain-main dengan pria di luar sana, terlebih dengan orang itu," sarkas Leo tanpa berniat memandang Liera sedikit pun. Sebenarnya, pria itu telah membatalkan jadwal penerbangannya hanya karena otaknya dipenuhi dengan wajah cantik penuh kekesalan milik Liera tadi siang. Walau tidak ditunjukkan secara langsung, Leo jelas tahu jika Liera tengah marah. Tentu saja, kalian pikir sudah berapa lama Leo mengenal dan hidup bersama Liera? Setengah abad? Setengah tahun? Atau kurang lebih empat bulan? Ya, tidak cukup lama namun itu bukan masalah besar bagi Leoxisier Claus Dean untuk mengetahui semua tentang Juan Liera.

"Oh, kau peduli dengan siapa saja aku tidur? Kalau begitu, antarkan aku ke tempat Dae Zayyan, dia bukan pria lain di luar sana. Dan—ya, sekalian saja kau pasti sangat ingin melihatku bermain panas dengan temanmu itu, 'kan?" sindir Liera penuh penekanan pada akhir ucapannya. Benar, teman. Jelas sekali Liera menekankan kata itu. Entah kenapa setelah dihadapkan dengan pria Dean secara langsung, amarahnya semakin terasa nyata.

Namun tanpa Liera sadari, jemari yang mencengkeram kemudi itu menguat dengan rahang yang turut mengeras.

Leo dengan sengaja menepikan mobil untuk berhenti. Mendadak. Ingin sekali rasanya Liera mengacak-acak rambut Leo dan melontarkan sumpah serapah. Sungguh, Leo pasti gila karena telah menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Beruntung Liera mengenakan pengaman dengan benar dan tidak ada kendaraan lain yang melintasi jalanan sepi ini. Sepi sekali. Liera pun tak mengerti ke mana tujuan Leo membawanya pergi. Sepertinya jauh dari kota, sebab Liera hanya mendapati adanya jalan aspal yang di pinggir jalanannya terdapat pepohonan berjejer menjulang tinggi.

Namun, ketika perhatian Liera jatuh sepenuhnya pada pria dengan aura mencekam tepat di sampingnya itu, seketika membuat Liera mengurungkan semua niatnya. Menenggelamkan emosi. Menanggalkan seluruh ego, seakan lenyap tertelan di dasar bumi. Liera kembali lagi pada titik di mana dirinya merasa takut akan kematian. Entah kenapa, aura yang menyelimuti di sekitarnya membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat.

Terlebih, sangat mengejutkan saat tiba-tiba Leo menatapnya semakin tajam dan juga mendekat untuk mengikis jarak antara mereka menjadi sedekat mungkin. Napas Liera tercekat dengan detak jantung yang semakin tidak stabil. Rahang tegas menawan yang kokoh, hidung bangir, dan bibir penuh teramat menggoda untuk disentuh. Menggila. Ketika seringaian terpampang di sana.