11 • Ovládání Dokonalého

135 47 19
                                    

Setelah beberapa minggu lamanya, Juan Liera kira Leoxisier Dean tak akan menemuinya lagi semenjak saat di mana pria itu menerobos masuk ke painthouse miliknya. Nyatanya saat ini Leo masih berani datang di waktu yang tidak tepat dan begitu mengerikan. Benar juga, Leo tidak pernah mengucapkan kata selamat tinggal untuk selamanya. Padahal itu yang selalu Liera harapkan.

Beberapa fakta yang kembali mengejutkan hadir tanpa diduga, Liera memang tak dapat menerimanya, tetapi juga tak dapat mengubahnya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuh, tangannya pun merasakan sakit yang teramat. Liera yakin, pasti akan ada bekas merah yang sedikit membiru di sana.

"Dean-ssi, lepaskan!"

Itulah yang sejak tadi Liera teriakkan, tetapi sang mantan suami enggan mengiyakan seolah sudah dibutakan oleh amarahnya. Liera sama sekali tidak mengerti kenapa Leo semarah ini. Kenapa Liera yang harus menanggung amarahnya? Menurut Liera, Leo sudah kelewatan. Sangat kelewatan malah. Tetapi Liera juga merasa takut hanya untuk memaki.

Menghadapi mafia itu hal yang sulit. Jika membuatnya semakin marah, bisa saja Liera meregang nyawa saat itu juga. Kalau dengan kelembutan mungkin akan cukup berhasil, tetapi Liera yang enggan melakukannya. Liera seketika menghela napas kasar, padahal masih dalam keadaan terengah. Persetan dengan itu semua, Liera tak ingin peduli.

Saat ingin berteriak lagi, Liera sudah berhenti di depan kamar hotel. Menatap Leo yang mengeluarkan kunci kartu geseknya. Liera memaku melihatnya dan seketika berpikir, apakah Leo juga memiliki hak kepemilikan salah satu hotel di sini? Seharusnya Liera tidak perlu terkejut, tapi ini benar-benar membuat Liera gila.

"Untuk apa kau membawaku kemari?" tanya Liera sambil mengatur napasnya yang masih terengah.

"Masuk," perintah Leo dengan tatapan seolah sedang menatap buruan. Intim dan tajam, terlebih senyumannya yang terlihat sangat aneh. Liera tak suka dengan itu. Tentu sangat jauh dari kata baik dan ramah. "Jika tak ingin masuk sendiri, aku akan menyeretmu ke dalam dengan kasar," imbuh Leo kemudian.

Liera rasanya ingin tertawa, apa Leo tidak sadar seberapa kasarnya dia menyeret Liera kemari? Rasanya Liera ingin menginjak kaki Leo dengan sepatu hak tinggi yang membalut cantik di kakinya. "Aku tak peduli, aku lebih memilih perg—yak! Turunkan aku!" teriak Liera ketika Leo tiba-tiba menggendongnya. Bukan di depan dengan cara yang terbilang romantis, tetapi mengangkatnya di atas seolah seperti karung beras.

Setelah masuk dan menguncinya. Leo menurunkan Liera begitu saja. Sebenarnya tidak terlalu kasar, tetapi itu membuat Liera hampir terjatuh karena dia belum siap untuk mendapat gravitasinya kembali. Dan untungnya Leo dengan sigap memeluk Liera, walau dengan cepat pula Liera segera mendorong dan mundur untuk menjauh.

Leo sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Liera. Memperhatikan di setiap pergerakan kecil yang jelas di sana terdapat rasa takut yang berusaha disembunyikan dengan air wajah angkuh. "Kau sangat berani sekarang," ucap Leo menarik sudut bibirnya tipis. "Juan Liera, kuperingatkan jauhi dia," lanjutnya kemudian.

"Siapa? Siapa yang kau maksud? Aeolus Sing?" Liera sebenarnya tak ingin menanggapinya, tetapi Leo benar-benar keterlaluan. "Dean-ssi, kau sama sekali tidak berhak melarangku untuk bertemu siapa pun!" sarkas Liera seraya tersenyum getir. Sungguh, walaupun Liera tengah ketakutan setengah mati menghadapi Leo, tetapi dia tidak suka sikap Leo seperti itu. "It's a mistake," cibir Liera kemudian. Memang benar jika itu adalah kesalahan. Liera hanya ingin memperingatkan Leo untuk itu, sebab mereka sudah berakhir.

"Dia bukan pria baik," terka Leo.

Ya, Tuhan. Rasanya Liera benar-benar ingin tertawa sangat keras detik itu juga. Apa mafia sang penguasa gelap ini tidak memiliki cermin di rumahnya? Bagaimana bisa mukanya setebal itu!

Povýšený • Leo Xodiac [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang