Happy reading
***
Dari hari yang sering murid cari hanyalah akhir pekan. Setelah beberapa hari debut bersama tugas, presentasi dan olahraga yang membosankan. Kini pekan akhir telah tiba, rumah kediaman Choi Siwon tengah berisik pada masanya. Pelakunya tak lain adalah anak-anak mereka. Tiada hari tanpa teriakan Renjun, tiada hari tanpa keusilan Jeno dan tiada hari tanpa kecerewetan Mark yang mengoreksi segala jenis makanan.
"JENO ADEK GUBLUK!"
"Bang Renjun pendek, kecil, kurus udah kaya enggak ada gizi aja," ledek si bungsu sambil terus mengindari amukan dari Renjun.
"ARGH SINI LO SINI! GUE PITESIN ITU OTOT LO JENO." Teriakan Renjun melengking pagi-pagi di rumah Choi. Suara Renjun sampai ke telinga Ayah yang tengah mencuci mobil di depan rumah. Sedangkan aroma masakan pun mereka cium yang berasal dari dapur.
Kembaran Renjun sendiri sedang gladi bersih dengan misi tidur sepanjang hari tanpa ada yang menggangu. Dan itu hal yang sangat tidak mungkin.
Keributan semakin brutal. Lemparan bantal sofa sudah menyangkut dimana-mana. Tidak puas dengan itu, benda apa saja yang ada didekat Renjun ia lemparkan pada sang adik. Hampir saja, Renjun melemparkan guci cantik yang ukurannya kecil ke arah Jeno jika saja Jeno tidak menyadarkannya.
Kini ruang tengah sudah berantakan, beruntung masih pagi. Belum ada maid yang membereskan kekacauan yang mereka buat. Mereka kembali berlari menuju keluar rumah dengan Renjun yang memegang gagang sapu sedangkan Jeno dengan wajah yang argh benar-benar menjengkelkan.
Byurr!
"Ayah!" Keduanya memekik bersamaan ketika guyuran dari selang air menghantam tubuh mereka.
"Berisik kalian ini. Kebetulan kalian belum mandi bukan? Sini Ayah mandiin," ujar sang Ayah melipat kedua tangannya di atas dada.
Renjun melempar sapu yang ia pegang tadi ke dalam rumah. Lalu melirik sekilas Jeno yang kini tatapannya pokus pada manik Ayah, senyum kemenangan menggebu-gebu pada hati Renjun. Seperkian detik kemudian, Renjun merebut selang dari tangan sang Ayah. Mengarahkan pada Jeno yang pada akhirnya mengamuk.
Pria paruh baya itu hanya mampu menghela napas pasrah, tidak heran lagi dengan kelakuan dua bocah ini yang tak lain adalah putranya sendiri. Ia memilih masuk ke dalam, hendak menikmati masakan istri tercinta yang aroma makanannya susah sampai ke hidung bengir milik Ayah.
"Yaudahlah, main sepuas kalian saja. Tapi awas!" Sang Ayah menjeda ucapannya yang langsung membuat pergerakan Renjun dan Jeno juga ikut tertahan "Jangan sampai kotorin mobil Ayah lagi," lanjut sang Ayah lalu melangkah masuk.
Ketiga anak curut Choi sudah berada di kamar. Acara ribut, mandi, sampai dengan sarapan telah selesai.
Rumah kembali sepi setelah kepergian Bunda dan Ayah yang pamit keluar. Ayah yang bekerja, sedangkan Bunda yang pergi arisan, menyisakan ketiga anak curut mereka yang kini dilanda bosan.
"ANNYEONG YOROBUNN." Dari balik pintu terlihat cengiran Jaemin yang melebar. Sejak kapan anak ini bisa masuk ke rumah orang, sudah tidak perlu heran lagi dengan kelakuan teman-temannya itu. Setelah Jaemin masuk, dibelakang menyusul dua adik kelas yang sudah lengket dari jaman MPLS dulu; Chenle dan jisung.
"Ahh bestie ku Chenle dan jisung." Dengan langkah yang dibuat main-main Jeno berlari memeluk dua titan itu dengan sangat dramatis. Ketiga orang yang lebih tua dari mereka menatap jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Boy✔️
FanfictionHari itu di dalam kamar saat malam bulan langka, Renjun melukis sosok yang tiba-tiba terlintas di benaknya untuk sekedar membunuh rasa bosan. Renjun melukisnya dengan penuh ketelitian. Akan tetapi bagaimana jadinya ketika Renjun belum selesai meluk...