Part 14🌙

628 82 2
                                    

Happy Reading




Acara sedang berlangsung, semua para tamu tengah menunggu acara tiup lilin yang beberapa menit lagi akan di mulai. Adik Chenle sudah terlihat anggun dengan gaun yang sangat mendominasi di malam hari ini.

Haechan berada di barisan paling depan. Ia masih menggunakan kekuatan tidak terlihatnya sampai sekarang, ia sendiri sampai-sampai lupa kenapa orang-orang tidak bisa melihat dirinya.

Anak itu dibuat penasaran dengan api yang berada diatas lilin, Haechan ingin sekali menyentuhnya. Sungguh, ia berjalan lebih mendekati objek yang ingin ia raih. Tangannya benar-benar ingin mengambil benda tersebut.

Ketika lagu dinyanyikan, Haechan malah mengambil lilin berbentuk angka itu yang membuat semua orang berteriak kaget. Bagaimana tidak kaget, Haechan yang masih tidak terlihat itu ketika mengambil lilin, orang biasa yang melihatnya, lilin itu terlihat melayang dengan sendiri.

Padahal pelakunya Haechan.

"Kenapa semua orang berteriak?" tanya Haechan pada dirinya sendiri.

Haechan masih tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Ia malah mendekati Renjun untuk menanyakan apa yang sedang terjadi, padahal sang empu sendiri tidak bisa melihat Haechan.

"Renjun, Renjun."

Renjun berangsut mundur, mendorong tubuh Mark ke depan. Mark mau tidak mau pasrah saja, karena pada akhirnya ia akan mendapatkan amukan dari Renjun nanti.

"Hantu, eh hantu. Iya lo hantu 'kan? Ken-apa, kenapa lo ada disini. Ngapain heh, ganggu pesta orang tahu enggak," kata Mark. Dalam hatinya ia berteriak kencang, takut hantu ini macam-macam pikirnya.

Mark yang berbicara, tetapi Renjun yang sudah merasakan detak jantungnya yang sudah tak karuan. Sama hal nya dengan Jeno, anak itu tubuh saja yang berotot sama hantu mah takut.

"Mark, Renjun, Jeno! Ihh kok kalian gitu, ini Echan loh. Haechan," ungkap Haechan semakin mendekati ketiga anak itu.

"Aaaa! Lempar itu lilin, lempar!" teriak Renjun yang sudah bersembunyi di belakang tubuh Mark.

Haechan menurut saja. Ia melempar lilin itu tidak keras sama sekali, semua orang bernapas lega. Tetapi tidak dengan Haechan yang terlihat seperti orang linglung. Ia beralih mendekati Jaemin yang berdiri di samping Jisung.

"Temannya Renjun," panggil Haechan menoel lengan Jaemin.

"Ah ANJIR! Hantu nya colek-colek gue," pekik Jaemin keras. Membuat semua atensi mata orang sepenuhnya melihat ke arah Jaemin.

"Chenle ini gimana, kenapa lo undang hantu juga sih," ucap Jaemin kesal setengah mampus.

"Mana ada gue undang hantu!"

"Jisung, Jisung lo pindah ke sini," kata Jaemin menarik tubuh Jisung menggantikan posisinya yang semula berdiri disana.

"Ih pada kenapa sih?!" kesal Haechan meninggalkan semuanya, ia beralih duduk di sofa sambil memakan kue.

Semua tidak terlalu memperhatikannya, karena posisi di belakang gelap. Haechan pun pergi ke belakang yang tidak ada satu orang pun kecuali dirinya saja, karena memang semua tamu sedang menggelar acara di depan sana.

Acara sempat berantakan tadi, lantaran Haechan yang tidak sengaja berulah. Kini anak itu tengah duduk menikmati berbagai makanan yang ada, mungkin ketika semua orang menyadarinya. Makanan mereka berangsur sedikit, mereka akan mengira hantu yang memakannya.

Jika Renjun dan yang lain tahu, bahwa semua kejadian tadi itu ada kaitannya dengan Haechan. Sudah dapat dipastikan Renjun marah besar, pesta yang seharusnya di gelar dengan penuh suka dan cita sekarang malah di bumbui kekacauan.

Walaupun itu hal yang tidak disadari oleh Haechan.

***

Haechan masih pemula di bumi, dia tidak tahu apa-apa. Bahkan kekuatannya saja dia hanya tahu beberapa. Untuk masalah kekuatan penghilang badan, Haechan benar-benar tak sengaja. Tadinya dia sedang bersembunyi di dalam kamar Renjun lantaran merajuk Renjun tak mengajaknya pergi.

Namun setelah dia berdiri di depan cermin, dengan mata memejam dan bergumam andai saja dirinya bisa tak terlihat, dia akan mengikuti Renjun.

Saat itu juga, Haechan benar-benar tak terlihat di depan cermin.

Haechan senang, dia segera berlari ke bagasi tempat di mana mobil Mark berada.

Dia duduk di kursi paling belakang, tanpa diketahui oleh Renjun dan kedua saudaranya. Haechan tentu bahagia dapat datang ke rumah teman Renjun. Tanpa mendapat omelan menyebalkan.

Apa lagi Haechan sempat mendengar Jeno berbicara pada Renjun, jika di rumah temannya banyak makanan.

Kebahagiaan Haechan bertambah berkali lipat.

Namun sekarang, Haechan benar-benar tak menyadari diri bahwa dia masih dalam pengaruh kekuatannya. Haechan terus membuntuti Renjun setelah dia puas makan.

Haechan takut tersesat.

Sesekali bibirnya mengerucut sebal, ketika melihat Renjun tak kunjung mau berbicara padanya. Padahal sedari tadi Haechan terus berteriak memanggil nama Renjun.

"Renjun! Renjun!" panggil Haechan untuk kesekian kalinya.

Renjun tetap tak merespon panggilan Haechan. Karena telinganya tak bisa mendengar suara Haechan. Pemuda itu justru sekarang tengah berbincang dengan Chenle. "Renjun, lo ada kenalan dukun gak?" tanya Chenle dia masih tak rela melihat pesta ulang tahun adiknya hampir hancur.

"Gue gak punya, tapi nanti gue coba tanya Haechan bisa apa nggak. Mungkin dia udah berpengalaman," usul Renjun, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Dulu Renjun pernah menyuruh Haechan untuk mengusir Mark dari kamarnya.

'Mark, 'kan titisan setan,' batin Renjun.

"Lah iya, si Haechan yang ngaku-ngaku brojol dari kanvas itu?" balas Chenle yang diangguki Renjun.

"Lah, kenapa gak di ajak, Njun?" lanjut Chenle seraya mengerutkan dahinya.

Renjun memutar bola mantanya malas. "Ngapain gue ngajak dia? Tu anak ngrepotin, pasti tanya san-sini ini apalah, itu apa lah," jawab Renjun kesal.

Chenle hanya mengangguk saja. Tapi dia sedikit menyayangi Renjun yang tak mengajak Haechan. Padahal jika Haechan ikut, dia bisa langsung meminta tolong pada Haechan tentang siapa yang sudah membuat ulah di acara pesta ulang tahun adiknya.

Chenle tidak tahu saja, jika Haechan lah orangnya.

Sedangkan Haechan yang mendengar balasan Renjun mulai menundukkan kepalanya. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya. Seperti, benarkah Haechan sering membuat Renjun kerepotan? Atau, apa benar Haechan semenjengkelkan itu?

Haechan hanya penasaran dan ingin tahu banyak hal di dunia barunya.

Haechan sontak membalikkan badannya. Dengan tubuh berbalut piyama kebesaran Jeno, dia melangkah maju meninggalkan Renjun yang masih asyik bercakap-cakap dengan Chenle.

Haechan tidak marah, dia hanya kecewa karena Renjun selalu mengatakan pada orang-orang bahwa dirinya merepotkan.

Tidak bisakah Renjun menceritakan keistimewaannya pada orang-orang? Dia ingin dibanggakan.

"Renjun, aku hanya ingin mengenal duniamu," gumam Haechan.

Langkah pemuda itu tampak pelan dan lesu. Matanya tak memandang ke depan. Beberapa kali orang menabraknya karena tak melihat Haechan. Namun setelah orang itu menabrak Haechan, raut terkejut selalu tampak di wajahnya.

Haechan ada, namun wujudnya tak terlihat.

"Aku malas berjalan dan bertemu Renjun. Andai saja saat ini aku bisa pergi ke tempat mana pun yang tidak ada Renjun. Untuk sehari saja," gumam Haechan setelah dia sampai di halaman rumah Chenle.

***

Magic Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang