Happy Reading
***
Saat Renjun sedang berada di suasana ujian sekolah, tiba-tiba pemuda itu mulai rajin pergi ke kamar Mark sambil membawa buku.
Terkadang untuk bertanya, terkadang juga untuk belajar bersama.
Renjun benar-benar berubah.
Membuat orang tua yang tinggal serumah dengannya menarik sudut bibir merasa terpukau dengan penampakan Renjun yang biasanya mager menjadi rajin.
"Renjun jangan terlalu serius belajar. Kalau jenuh cari hiburan saja, Injun."
Renjun hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Bunda. Saat ini pemuda itu tengah sarapan bersama di meja makan. Tentunya dengan sang Nenek yang sedari tadi heboh ingin duduk di antara Renjun dan Mark.
Wanita tua itu berkata rindu dan ingin mengenang masa lalu. Masa di mana Renjun dan Mark sedang manja-manjanya dengan sang Nenek.
Berbeda dengan Jeno, Jeno kecil lebih akrab dengan sang Kakek. Ah, mungkin sekarang tidak lagi, mengingat pemuda itu dan Kakak kembarnya jarang mengunjungi rumah Kakek dan Nenek.
"Injun sama Mark jangan lupa diminum susunya. Nenek udah buatin rasa cokelat kesukaan kalian," ucap sang Nenek.
Renjun hanya mengiyakan perintah Neneknya, tangan pemuda itu sudah menyentuh segelas susu cokelat di hadapannya.
Sejujurnya Renjun tak begitu menyukai susu rasa cokelat. Pemuda itu lebih menyukai susu rasa vanila.
Jeno yang sedari tadi menyimak percakapan keluarganya sontak membulatkan mata, dilihatnya segelas susu putih rasa vanila buatan sang Nenek di hadapannya. Bibirnya sudah mengerucut sebal. Padahal rasa yang dia suka bukanlah vanila.
"Nenek lupa yah? Yang suka cokelat itu Jeno, bukan Mark sama Renjun," lontar Jeno masih dengan wajah kesalnya. Dengan amat terpaksa pemuda itu meneguk susu buatan Neneknya. Mau bagaimana lagi, toh sudah terlanjur dibuat. Sayang jika dibuang.
Sedangkan Mark hanya memutar bola matanya malas melihat drama yang dibuat oleh Adik bungsunya. Dibandingkan dengan segelas susu, Mark lebih menyukai jus semangka sekarang.
Rasanya dia tak memiliki selera untuk meminum susu.
"Susu cuma buat bocil," gumam Mark sambil memandangi Renjun dan Jeno bergantian.
Mark pikir, di antara ketiganya, hanya dia yang sudah dewasa.
Wajah bahagia Nenek mulai surut setelah cucu terakhirnya mengucapkan lontaran yang baru saja dia ingat. Wanita itu meringis, merutuki ingatannya yang tak lagi kuat.
"Ah maaf yah, Jeno. Nenek benar-benar lupa," sahut Nenek dengan nada menyesalnya.
Bunda yang duduk di depan Nenek berusaha menenangkannya. Dalam benak wanita cantik itu terus merutuki mulut Jeno yang tak bisa dikontrol.
Ibunya itu sudah tua, sudah lansia, tentu wanita tua itu akan sedih jika ingatan tentang kesukaan cucu-cucunya perlahan terlupakan.
Hati wanita itu memang sangat sensitif akhir-akhir ini.
"Sudah tak apa, Ibu. Jeno juga menyukai susu coklat. Lihat, cucu Ibu bahkan menghabiskannya," jelas Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Boy✔️
FanficHari itu di dalam kamar saat malam bulan langka, Renjun melukis sosok yang tiba-tiba terlintas di benaknya untuk sekedar membunuh rasa bosan. Renjun melukisnya dengan penuh ketelitian. Akan tetapi bagaimana jadinya ketika Renjun belum selesai meluk...