Part 6🌙

1K 130 14
                                    

Happy reading



Suasana rumah Choi begitu ramai. Tentunya karena kedatangan teman-teman Renjun yang katanya mau makan bersama dengan mereka. Karpet sudah digelar di halaman depan rumah Choi yang begitu luas, Irene sedang memasak untuk anak-anak curut itu. Sedangkan Siwon tengah membakar ayam bersama Mark. Jaemin, dan antek-antek tengah bercanda gurau bersama Haechan.

Renjun mulai merasa nyaman sekarang. Melihat tawa teman-teman nya karena Haechan membuatnya mengukir senyum, tawa Haechan memecahkan rekor baru. Kehangatan mulai ia rasakan, tetapi tetap saja Renjun masih sering kesal ketika Haechan yang sudah banyak sekali bertanya dan bergaya.

"Coba kasih gue benda apa aja, bisa enggak?" tanya Jaemin merentangkan tangannya didepan Haechan.

Sendari mereka datang kemari, Jaemin yang paling rusuh ingin bertemu dengan Haechan. Sekalinya bertemu, terus saja mengoceh mengajaknya mengobrol dan meminta hal-hal ajaib lainnnya. Haechan tentu tidak menjadikan ini masalah, ia malah senang dengan kehadiran teman-teman Renjun yang lain.

"Eh kita foto dong, buat di taruh di Instagram," usul Jaemin yang sudah siap mengeluarkan kamera.

Semua mengangguk semangat. Mereka menunggu Irene membawa makanan dahulu ke depan, supaya poto ini tidak ada yang kurang. Jaemin celingukan sendiri, siapa yang akan memegang kamera jika sudah begini.

"Ini yang mau potoin siapa anjir?"

Renjun melirik sekilas Haechan. Memiliki teman ajaib seperti Haechan boleh juga.

"Haechan, bisa enggak lo buat kamera Jaemin otomatis poto kita gitu," ucap Renjun. Haechan melirik Renjun lalu mengangguk.

Semua sudah berpose heboh. Sambil ancang-ancang untuk dipoto Renjun berteriak meminta Haechan mengeluarkan gelembung supaya poto mereka lebih estetik dan mengeluarkan hasil yang indah.

"Chan! Chan, gelembung nya keluarin buruan!"

Sore hari itu, menjadikan sore yang begitu banyak sekali kenangan. Tawa mereka begitu puas, dari bercerita masa kecil, sampai dengan aib masing-masing pun mereka ceritakan. Kali ini mereka sedang bermain kertas, gunting batu. Entahlah Haechan hanya bisa melongo saja. Ia tidak paham walau beberapa kali anak-anak itu menjelaskannya.

Irene dan Siwon tengah sibuk berdua didepan panggangan dengan Irene yang bersender, dan Siwon yang menyuapi sang istri.

"Udah paham 'kan?"

"Tidak." Semua menghela napas mendengar jawaban dari Haechan.

"Renjun coba jelaskan lagi," pinta Haechan membuat Renjun hanya bisa memutar bola mata jengah. Dari banyaknya teman Renjun, Haechan memang masih menempel pada Renjun. Mungkin karena Renjun yang melukis dirinya jadilah Haechan begitu bergantung pada Renjun.

"GINI CHAN, LO BISA MILIH KERTAS, GUNTING, ATAU BATU KAYA GINI." Renjun berteriak sambil memperagakan tangannya yang membentuk kertas, gunting dan batu.

"Iya, terus. Setelah itu bagaimana? Kita banyakan aku semakin bingung," tutur Haechan.

"Gunting sama kertas. Kalau di adu siapa yang kalah?" tanya Renjun kembali pada nada bicara semula.

"Gunting itu kaya gimana bentuknya, kertas itu apa?"

"ARGH YA TUHAN!"

Renjun frustasi. Renjun depresi, udahlah buat ia menghilang saja.

Semua tertawa melihat penderitaan Renjun, dan kepolosan Haechan. Mark menenangkan Renjun supaya tidak mencakar wajah Haechan lama-lama, sesekali ia menyodorkan jus semangka yang setiap hari ia konsumsi.

Magic Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang