Part 13🌙

680 81 1
                                    

Happy Reading





***

Ketiganya masih betah menonton film di ruang tamu. Mereka tidak menonton film horor atau pun kartun. Justru mereka sepakat untuk memilih film bergenre komedi.

Mark yang mengusulkannya.

Haechan dan Renjun awalnya kesal, karena genre apa yang mereka inginkan tak terwujud.

Akan tetapi, setelah Mark menayangkan filmnya, keduanya mulai tertarik melihat laptop. Tawa keras sudah memecah keheningan di ruang tamu. Mark lah yang paling kencang tertawa.

Mereka bertiga seakan tak takut mengganggu kegiatan para maid yang sedang sibuk bekerja.

"Haechan, gue pengen soda," pinta Mark.

"Siap!" Dengan semangat, pemuda manis itu memutar-mutar jari telunjuknya di udara. Lalu tiba-tiba, sebuah kaleng soda muncul begitu saja di atas meja ruang tamu.

Mark tersenyum jahil, di pikirannya terdapat banyak keinginan untuk terus memperintahi Haechan.

'Lumayan, kalo mager tinggal bilang ke Haechan,' batin Mark.

Sedangkan Renjun tak menghiraukan perbuatan Mark. Pemuda itu justru tetap tenang menonton film meski sesekali tertawa.

'Drrrt ... drrrt ....'

Suara getaran ponsel dari saku celana Renjun, membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh. Renjun berdecak malas, dengan ogah-ogahan dia mengambil ponsel di sakunya dan mengangkat panggilan tanpa mau melihat nama si penelpon.

"Bang Injun! Eh, Renjun aja. Tar malem jadi dateng, 'kan?!"

Renjun sedikit tersentak kaget. Dia memutar bola matanya malas setelah tahu siapa orang yang sudah menelponnya di tanggal merah.

Chenle

"Iya! Diingetin mulu sih! Gue dateng kok, dateng!" sahut Renjun kesal.

"Ya diingetin terus biar gak batal! Banyak cewek bening, Njun! Temen adek-adek gue, siapa tahu lo nyantol, kan?" balas Chenle di sebrang sana.

Renjun bergumam malas. "Gue aduin ke pacar lo, tau rasa," ancam Renjun.

"Heh, heh! Jangan! Awas lo, jangan lah weh," sosor Chenle. Nada yang Renjun dengar, Chenle seperti tengah ketakutan.

"Tetep mau gue aduin, biar ntar malem Jisung ngamuk ke lo, terus muka lo jadi babak belur," papar Renjun mulai jahil.

Setelah Renjun mengatakan itu, Chenle terdengar tak menjawab kata-kata Renjun.

Dahi Renjun mengerut, dengan cepat dia melihat layar ponselnya.

Begitu melihat, Renjun berdecak kesal, rasanya dia ingin memukuli Chenle.

"Bangsat, malah dimatiin!"



***

Di rumah kediaman keluarga Chenle malam ini terlihat sangat ramai, bisa dilihat dari halaman rumahnya yang sudah berubah menjadi tempat parkir para mobil-mobil mahal.

Renjun sempat meringis, melihat betapa besarnya rumah Chenle.

Malam ini Renjun, Mark, dan tentunya Jeno, diundang Chenle untuk menghadiri pesta ulang tahun adik perempuannya.

Renjun sebenarnya malas, dia lebih suka diam di rumah saat malam hari.

Namun karena Chenle terus menghubunginya untuk datang, Renjun akhirnya datang bersama Mark dan Jeno.

Magic Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang