Part 25🌙

537 75 2
                                    

Happy Reading









Sedari tadi Renjun terus berdecak sebal, bibirnya senantiasa menggumamkan gerutuan. Pemuda itu kini tengah duduk di sofa ruang tamu dengan ditemani secangkir coklat panas dan buku-buku yang berserakan di meja.

Sekolah memang diliburkan, namun tugas sekolah tak pernah ada kata libur.

"Ni soal mintanya apa sih. Nyari jawaban di google malah gak nemu," cibir Renjun.

Seharusnya jika sekolah diliburkan, Renjun akan menghabiskan waktu untuk bersantai di dalam kamarnya. Namun karena tugas sekolahnya, Renjun harus melupakan acara bersantai nya.

"MARK!" teriak Renjun. Otaknya benar-benar sudah tidak bisa diajak kerja sama. Mengingat sang kembaran cukup pintar di bidang hitung menghitung. Dengan amat terpaksa pemuda itu memanggil Mark untuk meminta bantuan pada kembarannya.

Butuh waktu beberapa menit, hingga Mark sang kembaran datang menghampiri nya dengan muka bantalnya.

"Gangu tidur gue lo! Apa sih?" tanya Mark kesal.

Renjun mengerucutkan bibirnya, dia sudah lelah membaca angka-angka di bukunya.

"Bantuin ...," rengek Renjun.

Kedua bola mata Mark memutar, dengan gerakan malas, pemuda itu mendudukkan dirinya di samping Renjun, lalu menarik buku yang ada di atas meja.

"Nomor berapa?" tanya Mark.

Renjun sedikit menempel pada Mark lalu menunjuk nomor yang sedari tadi sukses membuatnya kesal.

"Dua!" seru Renjun.

Mark berusaha fokus membaca soal yang menurut Renjun susah itu. Pemuda itu mengerutkan keningnya sebelum akhirnya Mark berdecak kesal. "Ini sebenernya gak ada jawabannya," tutur Mark.

Renjun sontak membulatkan matanya. "Ah! Sia-sia dong kuota gue."

"Tapi kalau lo ngotot mau ngerjain juga gak masalah! Gue males ngerjain. Dah lah, ganggu tidur aja," sungut Mark.

Mark bangkit dari duduknya, meninggalkan Renjun dan tugas-tugasnya di ruang tamu.

Sekarang masih hujan, dan berhubung sekolah diliburkan, Mark ingin menghabiskan waktunya untuk tidur seharian.

"Emang ngajak ribut. Kalo gak ada jawabannya gak usah ngasih tugas lah," cibirnya. Renjun terus memukuli ringan bukunya beberapa kali. Hingga akhirnya pemuda itu merasa puas dan meninggalkan buku-buku nya begitu saja di atas meja.

Perutnya tiba-tiba merasa lapar, Renjun ingin pergi ke dapur dan melihat ada makanan apa yang bisa dia makan di dapur.

***

"Loh, Jisung ke sini?" tanya Renjun setelah dia sampai di dapur dan melihat seseorang yang amat dia kenal tengah duduk di kursi.

Jisung yang tengah membuat coklat panas menyunggingkan senyumnya. Pemuda itu menggaruk pelipisnya.

"Niatnya mau nginep, hehe," ungkap Jisung.

"Nginep tuh tidur. Ngaku aja pasti ntar malem lo berdua mau begadang main game," papar Renjun.

"Dih, sok tahu. Ngapain sih lo ke sini? Makanan udah abis," celetuk Jeno yang sedari tadi duduk di samping Jisung. Sedangkan Jisung hanya diam menyimak pembicaraan antara Renjun dan Jeno.

Renjun menyipitkan matanya, menatap sinis sang adik.

"Lo makan semua? Lo gak inget gue belum makan? Lo tega banget, Jeno!" tuduh Renjun.

Jeno yang mendengar tuduhan Renjun sontak mencibir. "Apaan lo nuduh gue. Gue aja baru turun ke sini dih," bantah Jeno tak ingin dituduh.

"Tersangka yang ngabisin makanan tuh si Mark sama Haechan, emang lo pikir siapa lagi?" lanjut Jeno.

Renjun sempat terdiam, lalu menyetujui ucapan Jeno. "Iya juga," gumam Renjun.

Tak ingin kembali ribut dengan sang Kakak, dengan baik hati Jeno mengambil nasi goreng yang sempat dia buat beberapa menit yang lalu di samping kompor.

"Gue tadi bikin nasi goreng sih, tapi tiba-tiba gue udah gak pengen. Siapa tahu lo mau?" tawar Jeno diakhiri dengan senyuman. Matanya yang sipit, semakin sipit saat pemuda itu tersenyum. Membuat senyuman Jeno semakin manis.

Renjun sempat curiga dengan nasi goreng yang Jeno sodorkan, namun pada akhirnya Renjun menganggukkan kepalanya menerima nasi goreng buatan Jeno.

"Yaudah, gue sama Jisung mau ke kamar yah. Mau lanjut nge game lagi, bye Renjun!" pamit Jeno.

Jisung yang tadi sibuk dengan coklatnya ikut pamit meninggalkan Renjun sendirian di dapur dengan nasi gorengnya.

Renjun duduk di bangku yang tadi Jeno duduki. Matanya memandang nasi goreng buatan Jeno yang terlihat menggiurkan.

"Gak ada racunnya, 'kan?" gumam Renjun. Renjun mendengkus, masa bodo ia kelaparan sekarang.

Pada akhirnya Renjun menyantap nasi goreng yang disodorkan Jeno padanya.

***

Pukul sembilan malam, Renjun sudah bersembunyi dibawah selimut hangat kesayangannya. Begitu pula dengan Mark selaku kembaran Renjun yang hobinya tidur terus, Jeno sendiri sedang mengerjakan proposal dibantu Ayah karena anak itu dikit-dikit marah, dikit-dikit ngeluh.

Bunda sendiri sedang menyetrika pakaian di kamar, Haechan. Anak itu sedang melakukan keajaiban di kamar Renjun sangking tidak ada kerjaannya.

Keajaiban yang dimaksud adalah, Haechan hanya memutar-mutar jari telunjuk di atas langit-langit kamar Renjun, cahaya yang ia keluarkan berwarna keemasan, persis seperti gambaran petasan ketika tahun baru tiba.

"Renjun coba bangun! Aku belum mengantuk," kata Haechan melirik sekilas gundukan selimut yang didalamnya terdapat Renjun yang sudah terlelap.

Haechan berdecak, netranya melihat pada sekumpulan kertas HVS yang sudah tidak terpakai didekat tong sampah. Tangannya yang memang tidak bisa diam malah membuat kertas-kertas itu melayang di udara, ketika pintu kamar Renjun terbuka. Haechan reflex menghentikan aksinya.

Tepat setelah itu, kertas-kertas yang tadinya melayang di udara jatuh berserakan mengenai seseorang.

"Eh, temennya Renjun. Hehe mau apa?"

Jisung masih berdiri dengan ekspresi yang sulit diartikan. Tangan kanannya membawa dua buku paket berukuran sedang.

"Mau ngembaliin buku," kata Jisung menaruh dua buku itu diatas meja belajar.

"Tunggu dulu, kamu mau kemana? Aku belum mengantuk, kita bermain sebentar mau tidak?"

Jisung nampak berpikir, ia memang tidak begitu dekat dengan Haechan. Maka dari itu ia merasa canggung dan juga gugup.

"Ish! Kau lama sekali memberikan aku jawaban, ayo kita bermain di sana saja," tunjuk Haechan pada pintu balkon yang tertutup.

Haechan loncat dari atas kasur Renjun dengan semangat. Sambil menarik tangan Jisung dengan senang dan membawanya ke luar balkon.

"Kamu mau lihat sesuatu tidak?"

Jisung mengangguk.

"Coba tangan kamu gini," kata Haechan pada Jisung yang langsung diangguki sang empu.

"Kamu ketok tiga kali kotak nya, terus lihat deh kamu dapat apa," tambah Haechan.

Jdar!

"Eh." Jisung spontan bertepuk tangan heboh ketika Haechan memberikan aksi ajaibnya dengan memberikan satu kotak berukuran sedang pada Jisung yang pada akhirnya berubah menjadi seekor kelinci yang menggemaskan.

"Kok bisa?!"

Jisung menolak lupa jika Haechan itu ajaib. Dia melakukan hal Magic seperti itu hal biasa bagi Haechan, tetapi baru kali ini Jisung bermain dengan Haechan yang langsung dikenalkan dengan hal-hal ajaib.

Sejenak Jisung melupakan masalahnya di rumah. Malam ini mereka tertawa, bercanda bersama disaksikan oleh langit malam yang kian semakin menghitam.

Magic Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang