Happy reading
***
Banyak mata yang memandang Haechan penasaran, setelah dia keluar dari mobil. Tentu dengan seragam baru yang dia kenakan hasil dari kerja keras kekuatannya.
Kali ini Haechan benar-benar nekat.
Haechan hanya mengedikkan bahunya berusaha tak peduli dengan mata-mata yang menatap nya penasaran. Pemuda itu hanya ingin mencari keberadaan Renjun, Jeno, atau Mark. Yang diutamakan tentu keberadaan Renjun. Haechan tak bisa dekat dengan Jeno atau anak itu akan heboh membahas tumbuh kembang anaknya. Telinga Haechan sangat sakit saat mendengarkannya.
Jika Mark, Haechan sudah dipastikan akan terus berdebat tanpa henti. Mengingat hubungannya dan Mark kurang harmonis.
Pemuda itu terus berjalan di Koridor sekolah. Matanya fokus menatap ke depan, dagunya sedikit terangkat, tangan kirinya Haechan taruh di saku celana, sedangkan tangan kanannya sibuk menggendong tas yang Haechan tak tahu apa isinya. Hari ini Haechan sudah berubah menjadi murid sok keren.
Lain di depan, lain di dalam. Dalam hatinya Haechan terus merutuki Renjun yang tak kunjung menampakkan diri. Padahal sedari tadi dia terus berjalan tanpa henti mencari-cari Renjun.
"He! Lo cari kantor guru?" tanya seseorang dari belakang Haechan.
Langkah Haechan tiba-tiba berhenti, kepalanya menoleh kebelakang, masih dengan wajah sok kerennya. "Aku cari Renjun. Kamu tahu Renjun di mana?" tanya balik Haechan.
Seseorang itu memekik pelan, karena tak menyangka pertanyaannya direspon mahluk setampan Haechan. Dalam pikirannya hanyalah, tak dapat si kembar dan adiknya, maka dia ingin mendapat mahkluk di depannya ini. Ya, meski dia belum mengetahui asal-usulnya.
"Tentu, emang lo siapanya Renjun?"
"Aku? Aku Haechan," jawab Haechan. Dia agak sebal dengan seorang gadis yang kini sudah ada di sampingnya. Gadis itu terus bertanya dan melupakan tujuan awalnya.
"Oh, Haechan. Lo ganteng! Udah punya pacar belum?"
Haechan berdecak kesal. Dengan kesal dia sedikit mendorong bahu gadis yang ada di sampingnya. "Aku tanya Renjun, kenapa kamu bertanya hal lain?" sahut Haechan.
Gadis itu membuang muka, lalu menunjuk salah satu kelas yang berada di lantai dua. "Lo naik tangga, cari kelas yang paling pojok, itu kelas Renjun," ucap gadis itu lalu melenggang pergi meninggalkan Haechan.
Haechan yang melihatnya hanya bersikap tak peduli, meski dia begitu sangat berterima kasih pada gadis tadi.
"Renjun, Haechan datang, hehe," gumam Haechan seraya terkekeh geli.
***
Pagi ini di sekolah, Renjun hanya menghabiskan waktu untuk membaca materi, karena hari ini ada ulangan matematika. Demi apa pun otaknya tak bisa diajak kerja sama untuk berhitung. Terkadang dia sudah berlatih sebisa mungkin, namun hasilnya tak pernah lebih dari lima puluh.
Renjun kesal, terkadang dia iri dengan kembarannya yang sering mendapat nilai bagus dimata pelajaran matematika. Maka hari ini, Renjun harus merengek pada Mark agar pemuda itu mau memberinya contekan gratis.
"Mark, plis. Lo gak kasian sama gue? Lo mau liat gue disuruh kerja rodi sama Bunda lagi gara-gara nanti dia tahu nilai gue?" rengek Renjun. Tangannya sudah menggoyang-goyangkan bahu Mark.
Sedangkan Mark yang diperlakukan demikian memutar bola matanya malas. "Apaan, ekonomi aja lo gak pernah nyontekin gue," balas Mark sewot.
Renjun kesal sendiri, dia sudah memukul-mukul meja Mark. "Mark, Mark, Mark. Ayo! Gue butuh nilai bagus!"
Mark tetap pada pendiriannya. Dia menggeleng tegas menolak keinginan kembarannya. "Belajar lagi sono," perintah Mark yang dijawab gelengan oleh Renjun.
"Gue capek, Mark! Kemarin gue sakit, terus sekarang udah disuruh ulangan aja," cibir Renjun.
"Dih. Kagak ada, udah sana buka bukunya belajar yang bener," titah Mark. Jawabannya masih sama seperti tadi, Renjun hanya bisa mendengus kesal sambil menatap pintu kelas yang terbuka.
Ekor matanya tidak sengaja menangkap sosok yang membuatnya selalu emosi. Renjun dan Mark duduk dibarisan delay jendela, ia bisa melihat siapapun yang akan masuk ke dalam kelasnya. Renjun menepuk-nepuk pundak Mark brutal tanpa mengatakan apapun.
Mark yang tengah membuat rangkuman pun berdecak kesal, pena yang ia goreskan jadi keluar dari garisan. Mark ingin mengumpati Renjun, tetapi melihat wajah panik Renjun, Mark jadi urung.
"Apa sih?!" sungut Mark kesal. Renjun tak kunjung mengatakan apapun, ia hanya menunjuk ke arah luar saja.
Mark mengikuti arah tunjuk Renjun, matanya membulat seketika, mulutnya ternganga dan lihat sekarang Renjun dan Mark saling tatap. Dua langkah lagi Haechan memasuki kelas mereka.
"RENJUN!" teriak Haechan membuat kelas yang tadinya gaduh mendadak hening.
Renjun maupun Mark menutup mata mereka, membuang pandangan ke arah lain seakan mereka tidak mendengar dan tidak mengenali Hechan. Tetapi itu percuma saja, Haechan malah mendekati Renjun yang membuat anak-anak dikelas bertanya-tanya.
'Siapa itu?'
'Murid baru 'kah?'
Atau keluarga Renjun, banyak bisikan-bisikan seperti itu yang dapat Renjun maupun Mark tangkap."Anj!" Renjun mengumpat tertahan kedua tangannya sudah mengepel dibawah meja. Mark bahkan bisa merasakan aura kemarahan dari kembarnya.
"Renjun! Renjun!" bisik Haechan. Renjun semakin ingin menghajar Haechan sekarang juga jika saja ia tidak ingat dengan BK.
Orang-orang sekelas mengerumuni meja Renjun dan Mark seketika. Apalagi kaum hawa yang langsung berdempetan hanya ingin melihat jelas wajah Haechan yang berhasil membuat mereka tertarik.
"Renjun ini siapa lo?" tanya Salsa bendahara kelas mereka.
"Namanya siapa?" lanjut teman Salsa yang berdiri disampingnya.
"Hallo aku Haechan," sapa Haechan membuat segerombolan anak perempuan itu memekik histeris. Mereka kira Haechan sama seperti Renjun dan Mark. Yang jarang bicara, ternyata tidak.
"Ah Haechan! Kita kencan mau?" Salsa kembali bersuara.
BRAK!
Renjun menggebrak meja keras. Mark ikut bangkit, jaga-jaga takut Renjun bermain tangan nanti.
Tanpa aba-aba lagi, Renjun menarik tangan Haechan keluar kelas. Mark ikut mengejar mereka, jadilah mereka kejar-kejaran di koridor. Chenle, Jisung dan Jeno sempat melihat mereka.
"Eh itu murid barunya, kenapa di tarik-tarik gitu sama Abang lo!" pekik Chenle sambil menatap Jeno yang menaikan bahu.
Sampai di taman belakang yang sepi
"GUE UDAH BILANG, LO DIAM DI MOBIL KENAPA LO MALAH KE SINI?! bentak Renjun. Sendari tadi emosinya sudah tidak bisa ia tahan.
"HAECHAN NGOMONG LO! PUNYA MULUT 'KAN? HAH!"
Renjun marah besar, Mark bahkan mundur beberapa langkah, jika sudah begini. Mark akan ikut terkena semprot juga jika ia melerai Renjun yang tengah emosi.
"Aku bosan Renjun, memang nya kenapa jika aku ke sini?" tanya Haechan takut-takut. Ia bahkan tidak menatap wajah Renjun yang sudah memerah.
"Lo tanya kenapa?" nada suara Renjun merendah. Itu semakin membuat Haechan takut.
"Gue nyesel karena kemarin udah nunggu lo balik ke sini! Seharusnya lo enggak usah balik aja sekalian!"
Tanpa sadar, Renjun sudah menyakiti hati Haechan. Mark juga menyadari jika Renjun sudah melampaui batas.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/309201789-288-k363411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Boy✔️
FanficHari itu di dalam kamar saat malam bulan langka, Renjun melukis sosok yang tiba-tiba terlintas di benaknya untuk sekedar membunuh rasa bosan. Renjun melukisnya dengan penuh ketelitian. Akan tetapi bagaimana jadinya ketika Renjun belum selesai meluk...