6. Syarif Muhammad

25 3 0
                                    

Namanya Syarif muhammad. Atau akrap disapa kang Arif. Santriwan asal kudus ini memiliki suara bening ibarat embun pagi, membuat siapapun yang mendengarnya akan mudah terkagum - kagum. Dan dalam sesaat bisa memutuskan jadi fansnya. Lelaki berkulit putih nan tinggi ini juga memiliki wajah yang tak kalah tampan. Seolah segala kesempurnaan Allah menyatu dalam dirinya.

          🍂🍂🍂

     Sudah menjadi kebiasaan bagi warga pondok pesantren Nurul Hikmah. Bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud lalu dilanjutkan dengan sholat subuh. Ada yang langsung berangkat keaula, ada juga yang mandi dulu baru keaula.

Setelah selesai jamaah subuh. Semua santri melanjutkan dengan aktivitasnya masing - masing. Ada yang tetap diaula menyelesaikan muroja'ahnya, Ada yang piket, ada juga yang mengikuti kajian bagi santri yang tidak memiliki kegiatan lain.

Aku berjalan pelan untuk piket menuju aula yang kini sudah sepi tak berpenghuni. Semua lampu sudah dimatikan. menyisakan beberapa sajadah yang urak - arikan tak tertata. Aku melangkah masuk aula. Tanganku memegang sapu. Kumulai dengan merapikan sajadah yang berserakan memenuhi karpet sholat. Lalu menumpuk meja meja kecil yang lacinya berisi alquran disalah satu sudut aula. Setelahnya baru menyapu.
Bagiku Aula ini terlalu besar kalau hanya dipiketi satu orang. Tapi ya mau bagaimana lagi. Temanku yang biasanya piket bersamaku sekarang sedang sakit. Jadi mau tidak mau ya piket sendiri. Kadang juga ada teman yang lagi gabut akan datang kemari. Sekadar iseng iseng. Tidak membantu tapi malah memperlambat pekerjaan.

Sayup - sayup kudengar langkah kaki memasuki aula putra. Aku jelas mendengarnya karna aula yang besar ini hanya dibatasi dengan besi bukan tembok.

"Lik, ayo bantu aku mengangkat sampah"

Yang dimintai bantuan sama sekali tak merespon, beberapa saat terdengar langkah kaki keluar beriringan.

Aku telah selesai dengan menyapuku.tinggal membuang debunya saja ketempat sampah. Kudengar dari jauh seseorang berlari terengah - engah menghampiriku.

"Kenapa?" Tanyaku pada Rafa yang sudah berdiri dihadapanku.

"Itu ada lelaki mencari kamu" jawabnya dengan nafas yang masih tersenggal - senggal

"Siapa?" sahutku bingung.

"Ndak tau, Cepetan lihat aja sendiri" jawabnya sudah tidak sabar.

Aku bingung. Siapa lelaki yang mencariku? Aku melangkah lamban menghampirinya. Setelah dekat, Aku langsung tersenyum. Begitu lihat siapa yang datang.

"Bang Ali" aku menyapanya.

Dia membuka masker yang menutupi wajahnya.

"Nih!" sambil menyerahkan tentengan dalam plastik hitam yang dipegangnya.

Aku menerimanya dengan senyum. Lalu bang Ali merogoh saku bajunya. Tanganya terhenti mendapati hpnya tiba - tiba berdering.

"Sebentar Qi" sambil berjalan menjauhiku.

Setelah berbicara beberapa kata dengan seseorang disebelah sana akhirnya dia mengakhiri telponya.

"Belajar yang rajin, jangan malas - malasan, Semangat pokoknya" pesan Bang Ali padaku

"Iya abangku yang jelek" jawabku cepat.

"Abang pamit ya"

Aku hanya mengangguk. Lalu berjalan kembali kepondok dengan kantong plastik hitam ditanganku. Setelah sampai kamar semua orang melihatku dengan senang.

"Wiih yang baru dijengukin" ucap Rafa meledeku.

"Dapat uang jajan berapa?" tanya seseorang yang tidur dibalik pintu.

Seketika aku langsung melepaskan kantong plastik yang tadi kupegang dengan kasar. Lalu berlari mengejar bang Ali. kulihat dia sudah keluar gerbang pondok. Aku tetap berusaha menghampirinya. Sampai akhirnya kulihat bang Ali berbicara dengan seseorang. Aku tak tau dia siapa. Karna tubuhnya terhalang bang Ali. Jadi aku tak bisa mengenalinya. Aku terus mengamatinya sampai akhirnya bang Ali melihatku

"Kamu ngapain Qi?" akhirnya lihat juga. Batinku lega.

"Itu bang uangnya" Ucapku dengan tidak enak.

"O iya lupa Qi" sambil berjalan menghampiriku.

"Maaf ya tadi abang dapat telpon penting, sampai lupa memberikan uangnya" sambil menyerahkan uangnya padaku.

"Makasih" kataku sambil menerima.

"Itu siapa bang?" tanyaku penasaran.

"Teman" jawabnya singkat.

"Oh" kataku. Tak ingin melanjutkan.

Setelahnya kulihat abangku menyalami seseorang lalu bergegas pergi. Aku berusaha melihat orang tersebut.

Batinku tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Kebetulan macam apa ini?

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Kang Arif yang ganteng dan tidak sombong, Tolong dong ambilin bajuku dijemuran" pinta Zaky sedikit merayu pada Arif.

"Nggak usah ngerayu pasti juga aku ambilin zak" Sahutnya datar.

Itulah Zaky yang selalu merayu jika butuh sesuatu pada Arif, sahabatnya.

"Bajumu yang warna apa Zak?" teriak Arif saat sudah sampai didepan jemuran. Matanya terus mengamati gantungan baju yang terhempas angin. Meliuk kesana - kemari. Tiba - tiba matanya menangkap seseorang yang tak asing tengah keluar dari gerbang pondok putri.

"Kang Ali " teriaknya memanggil seseorang diseberang sana.

Yang dipanggil malah clingukan. Mencari sumber suara yang memanggil namanya.

"Arif?" Sapa kang Ali, dia berjalan mendekat.
"Apa kabar kang?" Arif mencoba membuka percakapan.

"Baik Rif" jawabnya singkat.

"Ngapain kang, kok bisa disini ?"

"Itu loh jenguk adik"

Arif ingat. Kang Ali pernah bilang kalau dirinya punya satu adik perempuan.dan sekarang apakah adiknya juga nyantren disini? Mungkinkah yang baru dijenguk itu adiknya.

"Masih dipondok yang dulu?" tanya Arif lagi.

Kang Ali tertunduk. Menatap batako yang diinjaknya.

"Sekarang aku udah nggak nyantren lagi. Aku Memilih kerja dipercetakan kitab milik pondok"

Arif tersenyum. Menepuk - nepuk pundak kang Ali. Meyalurkan dukungan pada temanya yang pernah seperjuangan dipesantren dulu. Arif merasa sepertinya dari tadi ada seseorang yang terus mengamatinya dari balik gerbang putri.

"Eh kang kayak ada seseorang dibalik gerbang ?" Arif berujar

Kang Ali mencoba melihat apakah benar yang dikatakan Arif.

"sebentar ya" pamitnya sambil berjalan kearah gerbang pondok putri.

Kulihat kang Ali sedang berbicara dengan seseorang dibalik gerbang.

Apakah itu adik yang dia maksud?

Beberapa saat kemudian dia datang lagi, lalu pamit padaku.

"Hati- hati kang" kataku mempersilahkan dia pergi.

"Rif!.... Arif! Kang Arif" suara seseorang dari jauh memanggilnya.

Arif lupa kalau tadi Zaky memintanya mengambilkan bajunya dijemuran. Warna apa tadi ya?. Ia tidak mendengar saat Zaky menjawabnya tadi. Arif menyambar baju dengan asal, kemudian berlari kekamar.

"Ini zak" Arif menyerahkan baju Alisan warna biru ketangan Zaky.

Zaki menerimanya dengan tanya.

"Kok biru? Kan aku minta warna hitam" Zaky kebingungan.

"Yang hitam masih basah zak" jawabnya ngawur.

"Kok bisa ya? Padahal menjemurnya bareng sama yang biru" Zaky masih terus berfikir.

"Udahlah, Pakai aja yang biru" Arif mencoba meyakinkan.

Zaky mengangguk dengan ragu.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang