19. Jawaban yang membunuh

11 4 6
                                    

Pagi yang cerah, walaupun matahari masih malu - malu menampakan Sinarnya. kebetulan hari ini adalah hari Ahad, Yah seperti biasa Ro'an. Entah dapat hidayah dari mana, Tiba- tiba Seluruh Santriwan Sudah mulai keluar dari kamarnya. Dan mulai ambil tugasnya dalam Ro''an

Kabir kebingungan mencari Arif, Lalu menanyakanya pada Zaky.

"Aky, kang Arif kemana ?" Tanya Kabir Pada Zaky yang
tengah menyapu halaman pondok.

"Tuh, Dihalaman belakang" Jawab Zaky tanpa memandang Kabir.

"Makasih Aky" ucap kabir setengah teriak, bersamaan dengan langkah kakinya yang kian menjauh meninggalkan Zaky.

Sampai dihalaman belakang pesantren, Kabir masih tetap bingung. tatapanya kesana - kemari mencari Arif. Tepat di belakang Kabir berdiri, Dengan jarak yang agak jauh. Disanalah Arif sekarang. Tengah berdiri, sambil mengangkuti beberapa tong sampah didekat dinding pembatas. Lelah tak bisa menemukan Arif, akhirnya kabir duduk dibawah pohon mangga yang tengah berbuah. Kabir sedikit mendongakkan wajahnya, Menatap rimbunya dahan pohon mangga yang menjulur kesana- kemari. Mata Kabir tertuju Pada buah mangga besar yang Sedikit berlubang dibagian ujungnya, Bekas gigitan kelelawar. Tanpa pikir panjang Kabir langsung berusaha memanjat pohon tersebut.

"Eh mau ngapain" cegah seseorang yang kini sudah berdiri tepat di belakangnya. Kabir menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Lalu dengan sedikit takut menoleh.

"Kang Arif dari mana, Dicariin dari tadi ?" Ujar Kabir mengalihkan kecurigaan di mata Arif. Tiba-tiba Malik datang menempuk keras pundaknya.

"Ayo Rif, Sampahnya udah penuh lagi" Tunjuk Malik pada tong sampah di dekat dinding pembatas.

Kabir bernafas lega saat Arif sudah berjalan jauh di depannya. Tepat dibalik dinding perbatasan, Sekat yang memisahkan antara pondok putra dengan putri. Seorang santriwati tak henti-hentinya mencuri pandang dengan santriwan berkaus putih yang perlahan berjalan menuju ke arahnya. Arif masih tak menyadari dengan kehadiran seseorang yang masih khusuk menatapnya. Arif mengangkat dua tong sampah sekaligus dengan bantuan Malik tentunya.

"Aqira" seru seseorang dibelakangnya, Membuat Santriwati yang sedari tadi masih betah menatap Arif yang hanya menyisakan punggungnya itu, mau tidak mau akhirnya menghentikan aksinya. Dan menghampiri sumber suara.

🍃🍃🍃🍃🍃

Kabir berjalan mengendap endap menuju lapangan belakang pesantren. Pikirannya benar-benar sudah diracuni, saat melihat Mangga matang menggiurkan yang dilihatnya saat ro'an tadi pagi. Zaky tak sengaja melihat Kabir yang berjalan tergesa-gesa, Lantas Dia mengikutinya. Zaky menyentuh pelan kaki Kabir yang sudah naik keatas pohon. Kabir kaget, Langsung berjingkat. samar-samar menoleh kebawah.

"Ngapain ?" Tanya Zaky mengintimidasi.

Bukan Kabir namanya, Kalau tidak menjawab jujur.

"Mau ambil Mangga" jawab Kabir dengan cengiran polosnya.

"Aky mau ?" Tawar Kabir dengan baiknya. Zaky terlihat berfikir, Lalu mengedarkan pandangannya. meneliti seluruh lapangan. "Aman" pikirnya.

"Ayo, Kabir naiknya lebih tinggi lagi. biar Aky yang jagain" Zaky pemberi perintah.

"Itu yang sebelah sana" Tunjuk Zaki pada Mangga yang terlihat matang itu.

"Yang ini aja, ya Aky" tawar Kabir pada mengga besar yang terlihat sedikit bekas gigitan.

"Nggak mau, Itu bekas kelelawar" Tolak Zaky mentah-mentah. Wajahnya berubah menjadi kesal.

Kabir tertawa kecil, Lantas kembali fokus mencari mangga yang dinginkan oleh Zaky.

"Disebelah sana, naik lagi" Kabir terus mencari keberadaannya Mangga yang dimaksud Zaky.

Tanpa mereka sadari, seseorang berjalan dengan santainya menuju ke arahnya. Zaky menatap siluet seseorang yang begitu ditakuti seantero pesantren. bukan Azka, Ada satu lagi orang yang posisinya hampir sama dengan sosok yang teramat santai itu. Siapa lagi kalau bukan Gus Al. Zaky berjalan menjauh tanpa sepengetahuan Kabir begitu melihat Gus Al yang kian mendekat kearahnya.

"yang ini kan Aky mangganya" tanya Kabir. Merasa tak ada respon. akhirnya Kabir berteriak.

"Akyyyy !!!!" panggil Kabir agak keras dari atas sana, namun tetap tak ada jawaban.

"Maunya mangga yang mana?" pasrah Kabir. Lalu tanpa aba-aba Kabir langsung memetik beberapa mangga yang menurutnya matang. Tidak peduli lagi dengan yang diminta Zaky.

"Bukan yang itu, Yang sebelah sana, itu yang dekat dahan besar itu"

"Yang ini" tunjuknya.

"Sebelahnya lagi" Gus Al terus memandang keatas.

"Naik lagi, Tepat diatas kepalamu"

"yang ini"

"bukan, sampingnya lagi" Gus Al masih terus mengarahkan Kabir.

"oh yang ini"

Kabir tak sadar bahwa sedari tadi yang mengarahkannya mengambil mangga bukanlah Zaky tetapi Gus Al. Dengan santainya Kabir menjatuhkan mangga mangga itu kebawah. tubuhnya langsung melemas, Ingin sekali jatuh dari pohon begitu melihat Gus Al menatapnya dengan wajah datar.

"Ayo turun, Mangganya sudah banyak" titah Gus Al dengan setengah tertawa.

Tubuh yang begitu ketakutan itu akhirnya turun. Kabir mencoba merangkak kebawah. Kabir memang selamat saat turun dari atas pohon, Namun tidak saat sampai diatas tanah, sudah ada Azka yang tengah menunggu dengan wajah santainya. Dibelakangnya persis, Ada Arif dengan tatapan tajamnya. disusul Zaki dan Malik disampingnya, Yang sudah menahan tawa. Dan Ibnu yang sudah siap menasehatinya dengan berbagai dalil.

Kabir bertambah takut melihat banyak orang didepanya dengan berbagai macam ekspresi.

Santriwan kecil itu lantas digiring oleh keamanan menuju kantor. Kabir menatap sinis kearah Zaky, Dengan ekspresi seakan-akan ingin memakanya.

"Aky bohong ya, Katanya kang Azka sedang pergi dengan kang Arza" sorotnya berapi api, merasa telah dibohongi.

"Tadi emang, pergi tapi ternyata nggak lama" elak Zaky saat dipojokkan oleh Kabir. Malik mengusap pelan kepalanya.

"Lain kali ngajak-ngajak ya kabir, jangan sendiri" Zaky dan Malik kembali lagi tertawa. sepeninggalnya Kabir yang dibawa keamanan dan diiringi Azka, Arif dan Ibnu.

Gus Al memunguti beberapa mangga yang dijatuhkan Kabir, Lalu menghampiri Zaky dan Malik yang masih berusaha meredam tawanya. Gus Al menyerahkan mangga dalam genggamanya dengan senyum jenakanya. Zaky dan Malik menerimanya dengan tanya. Gus Al memegang pelan pundak keduanya.

"Lain kali kalau mau mangga, Bilang ya sama saya, biar saya panggilkan Kabir untuk mengambilkan" celetuk Gus Al.

Entah apa yang lucu, Tiba tiba ketiganya tertawa serempak.

🍂🍂🍂🍂

Lima menit sebelum mengaji pagi selesai.

"Akyyyy" panggil Kabir setengah berbisik, Karena keadaan mengaji pagi yang begitu hening. Zaky menoleh, menaikkan satu alisnya menatap Kabir.

Kabir terlihat ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. karena Kabir yakin saat ini, Arif pasti sedang menatapnya. Ternyata tatapan tajam bak pedang menghunus itu dilayangkan bukan untuk Kabir tapi teman sebelahnya lagi.

"Nanti setelah mengaji, kang Azka jadi keluar nggak ya ?" tanya Kabir pelan. Takut kalau Arif mendengarnya.

Zaky berfikir sejenak, namun tak sengaja netra keduanya bertemu. Zaky gelagapan mendapat tatapan seperti itu, lalu dengan cepat hanya mengangguk.

"Iya jadi pergi, lama banget" Jawab Zaky tanpa berfikir panjang. Kabir tersenyum senang. Memikirkan rencana hebat apa yang akan dilakukannya seusai mengaji.

🍃🍃🍃🍃🍃

Komen dong..... Kira kira siapa ya santriwati yang ngitip Arif saat Ro'an ???

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang