26. Teka - Teki

10 5 0
                                    


Kata siapa mencintai dalam diam bisa membuatmu aman?
Nyatanya aku hampir saja mati perlahan


🍂

_Aqira Sidqi_

🍂




"Sana ganti pakaian, terus sholat" Azka menengahi keadaan. lalu merangkul Kabir mengajaknya kembali kepondok.

"Makanya kalau hujan-hujanan itu ngajak-ngajak, biar kalau ta'ziran nggak sendirian" ejek Zaky setengah berteriak membuat Kabir yang masih mampu mendengarnya berdecak sebal, menghentak hentakan kakinya.

     sesampainya di kamar Arif memilihkan pakaian untuk Kabir.

"mau pakai yang mana?" tanya Arif, tangannya mengeluarkan beberapa kemeja dan sarung dari lemari milik santriwan kecil itu.

"samain aja lah kayak kang Arif" jawab Kabir sambil melepas kancing kemeja nya. Arif  mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh Kabir, termasuk rambutnya. Arif dengan cekatan memakaikan baju kemeja warna hitam ketubuh Kabir.

"Lain kali kalau mau apa-apa izin" Arif menatapnya tajam. Kabir hanya berdeham sebagai jawaban. Arif menyisiri rambutnya setelah memakaikan sarung.

"sana sholat" perintah Arif.

"tapi ditungguin kang Arif kan" Kabir bertanya atau mungkin memastikan. Arif balas  berdeham sebagai jawaban.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Disinilah mereka sekarang, dibelakang pesantren. disebuah lapangan yang biasa Arif pangkas rumputnya. dia disuruh Azka mengawasi Kabir yang sedang ta'ziran. Arif  berdiri di bawah pohon mangga, sedang santriwan kecil yang diawasi itu berdiri di bawah terik matahari menghadap barat dan membaca al-quran. tiba-tiba pertanyaan itu melintas lagi dalam otaknya "siapa yang mengirim suratnya". Arif mulai duduk diatas rerumputan. matanya masih begitu tajam mengawasi Kabir.

maafkan aku ya Robb
yang bangun disepertiga malam
hanya untuk membahas makhlukmu

perlahan pikiran kosongnya mengingat lagi isi surat tersebut. baginya surat itu aneh. bukan berisi pernyataan cinta. hanya berisi seuntai kata maaf untuk sang pencipta. karena salah menempatkan sebuah perasaan. Arif jadi ngilu sendiri. bagaimana bisa dia malah hafal isi suratnya. terlalu lama tak menemukan pengirimnya dia jadi hafal. mengingat setiap malam sebelum tidur dia pasti membacanya.

    Kabir menghentikan bacaannya, melirik Arif sekilas. sepertinya Arif sudah tidak fokus lagi untuk mengawasinya. melihat kesempatan yang ada, Kabir mualai menutup alqurannya. lalu duduk diatas rumput sama seperti yang Arif lakukan saat ini. Arif masih sibuk dengan pikirannya sampai tak menyadari kalau Kabir sudah duduk manis. menikmati sepoi angin yang menerpa tubuhnya yang banjir keringat. sudah hampir seput menit Kabir lolos dari ta'ziran. dan Arif masih belum menyadari. deheman berat terdengar dari arah belakangnya. Kabir yang begitu santainya, dengan malas berdiri. Arif menoleh ke belakang, dilihatnya Azka datang membawa sebilah kayu panjang yang dipegang di tangan kanannya. bukannya takut Kabir makah menghampiri Azka.

"Kang Azka sudah setengah jam kayaknya boleh kan kalau aku duduk"  pinta Kabir dengan senyum porosnya. Azka tersenyum santai, lalu melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Baru dua puluh menit"pikir Azka. dia kembali lagi menatap Kabir yang kini tersenyum lebar berharap Azka akan meringankan hukumannya.

"sudah berapa lama dia berdiri?" Azka beralih menatap Arif.

"paling dua puluh menitan" jawab Arif sambil melirik Kabir sekilas.

"jadi masih ada berapa menit, tiga puluh dikurangi dua puluh?" Tanya Azka kepadanya. Kabir dengan cepat membalas.

"sepuluh menit"matanya terlihat lesu. Lagi lagi Kabir mencoba mengambil kesempatan untuk kembali duduk.

"eeeh" Arif menatapnya tajam.

Azka terlihat sedang berfikir. "Gimana Rif?  kalau kamu sudah capek mengawasi Kabir Aku bisa minta tolong Arza buat gantiin" tawar Azka begitu tenang pada Arif. namun
Tidak dengan isi tawaranya.

Mendengar tawaran Azka yang lebih seperti ditujukan padanya, membuat kabir seketika menyahut cepat .

"Jangan-jangan" Kabir menggeleng kuat, lalu dengan semangat kembali berdiri, membuka alquran. Arif menahan tawa begitupun Azka. Arif memberi isyarat pada jempolnya sebelum Azka berlalu meninggalkan mereka.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang