7. kenapa harus dia lagi?

22 4 0
                                    


Bau masakan tercium sedap dari dapur. Aqira baru saja menata semua sajian sarapan diatas meja makan. "Dimana Arif?" batin Aqira bertanya.
Biasanya sudah kemari atau mungkin iseng - iseng menggangguku. "kenapa dia tidak muncul - muncul sekarang".
Pikiranya terus bertanya tentang kehadiran suaminya.

Aqira berjalan santai mancari Arif
dikamarnya. Dilihatnya lelaki itu nampak kerepotan mengancingkan kemeja bajunya. Saking sibuknya Arif, sampai tak menyadari kehadirannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Aqira saat sudah berdiri didepanya.

" Ada kelas" jawabnya singkat tanpa melihat Aqira.

"Semalam kau bilang cuti" terang Aqira mulai cemberut.

"Tadi Malik telpon, minta aku ngajar dikelas Zaky"

Aqira diam mendengarkan.

"Malik minta aku yang gantiin karna ibunya sakit" mulai menatap gadis didepanya.

Aqira hanya tersenyum.

"Jam berapa sekarang Qi?"

"Jam 06 : 47 "

"Aku sudah terlambat Qi, maaf tak bisa sarapan bersamamu" ucapnya merasa bersalah.

Aqira masih tetap diam mengamati lelaki didepanya.

"Kau yakin mau berangkat dengan keadaan seperti ini?" Akhirnya Aqira bertanya.

"Maksudmu?" Arif tidak mengerti.

Aqira menuntun Arif menuju cermin dimeja Rias.

"Kau yakin?" sambil memperlihatkan kedua lengan bajunya yang belum dikancing, Rambut sehabis keramas yang belum disisir.

Arif tersenyum memandangi pantulan dirinya dalam cermin.

"Tapi tetap tampan bukan?" Tanyanya dengan percaya diri.

"Iya, tapi itu menurut istrimu saja" jawabku dengan senyum.

Aqira mendudukan Arif dikursi depan cermin lalu menyisir rambutnya dan mengancing kedua lengan kemejanya.

"Sudah" Aqira mengakhiri.

"Ayo" ajak Arif pada Aqira sambil menarik lenganya.

"Kau mau mengajaku mengajar dikelasmu?" Tanya Aqira bingung.

"Kau tadi mencariku kemari untuk apa?" Tanya Arif sambari mengajak Aqira keluar kamar.

"Tadinya aku mau mengajakmu sarapan" jawab Aqira ragu.

"Aku sudah lapar, Qi" Arif berjalan agak cepat agar gadis itu mengimbangi langkahnya.

"Katamu tadi sudah terlambat" ucapnya pelan.

"Kenapa? Lebih mudah bagiku membujuk atasanku daripada membujuk istriku"

Arif duduk saat sudah sampai didepan meja makan. Sedang Aqira masih berjalan dibelakangnya.

"Lihatlah! Jam berapa sekarang?" tanya Aqira menyadarkan Arif.

"Lebih mudah bagiku membuat 1000 alasan dari pada membujuk Istriku saat marah begini" jawabnya dengan tenang.

Arif sudah menarik kursi didepanya untuk Aqira.

"Duduk Qi !" Arif menarik lengan gadis yang sedari tadi berdiri disampingnya.

Arif menarik piring berisi nasi diatas meja yang masih menyisakan kepualan uap, tak lupa juga dengan lauknya. Lalu membaca basmalah dengan pelan,
Dan bersiap menyuapkan nasi kearah Aqira.
"Aaaaaa aaa" kata Arif saat menyuapkan nasi.

Aqira membuka mulutnya. Satu suapan lolos.

"Kau bisa terlambat kalau meyuapiku seperti ini" ucap Aqira datar.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang