3. Pacaran ala santri

45 5 0
                                    

Semilir angin sore menggoyang - goyangkan bunga, serta daun - daun yang terus meneteskan air dari ujungnya. Aqira baru saja menyirami taman atas, sembari menatap tanamannya dalam pot kecil yang tertata dan berjarak rapi ditepi pagar pembatas. Seketika aktivitasnya terhenti, sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Arif.

" Kamu juga mau kusiram ? " tawar Aqira sambil berusaha melepaskan diri.

Arif berpikir sejenak.

" Boleh deh" kalimatnya mengantung.

"Tapi dikamar mandi ya, jangan disini kalau ada yang lihat gimana ?" sambungnya kemudian.

"Arif" Aqira berteriak sambil menahan tawa.

"Tumben nyusulin sampai kesini ?" Aqira mulai serius.

" biasanya juga nyariin, kamunya aja yang nggak tau" jawab Arif seolah tak terima.

Aqira hanya mengerutkan kening.

"Aku mau ajak kamu pergi setelah sholat isya' " Ucap Arif.

"Kalau aku nggak mau?" Tolak Aqira

"mungkin aku nggak jadi pergi" terangnya dengan sedikit kecewa.

" Iya aku mau " jawab Aqira sambil menyemprotkan air dari selang yang tadi dipegangnya ke arah Arif.

Bukanya menghindari, Arif malah diam sambil menutup kedua matanya dengan telapak tanganya. Setelah Aqira berhenti, Arif membuka salah satu telapak tanganya dan berkata

" Kalau mau mandiin aku, jangan disini, didalam aja ya Kalau ada yang lihat gimana?" . Arif pura - pura khawatir.

" Siapa yang bilang mau mandiin ?" Aqira bingung.

" Tadi kamu bilang gitu, udah nggak usah malu" dengan senyum jahil.

" Ayo Qi" Ajak Arif sambil berusaha meraih tangan Aqira.

Seketika Aqira berlari menjauh. Dan sengan cepat Arif mengambil selang yang masih mengeluarkan air kemudian berlari mengejarnya.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Aqira sudah nampak cantik dengan pakaian ala santri. Atasan tunik hitam polos dengan sarung yang tidak terlalu ramai motifnya juga kerudung segi empat polos warna coksu sebagai pemanisnya.

" Kamu sudah siap Qi ? " Tanya Arif diluar kamar.
Aqira keluar sambil melihat Arif. Seolah bertanya

" bagaimana penampilanku ?".

"Ganti pakaianmu cepat" perintah Arif.

"Kenapa?" Tanya Aqira bingung.
Dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilanya malam ini.

" Ganti saja pakai gamis" bujuk Arif.

"Kenapa nyuruh ganti? kamu pakai begituan nggak kusuruh ganti " Sanggahnya lagi.

" kalau aku pakai beginian kamu suruh ganti terus aku pakai apa ?" Arif mulai kebingungan.

" Kalau kamu nyuruh aku pakai gamis, berarti kamu juga harus pakai gamis! gimana ?"
Tawarnya berusaha bernegoisasi dengan Arif.

" Ya sudah, Ayo berangkat !". Ajak Arif mengakhiri debat.

Aqira berjalan bengikuti Arif dari belakang dengan senyum penuh kemenangan.

mereka berangkat pakai motor. Sesampainya dijalan Aqira bertanya

" Kita mau kemana ?"

" Mau ziarah" jawabnya datar.

Sesampainya ditempat tujuan. Arif langsung memarkirkan motornya diarea yang sudah disediakan untuk parkir. Kami tidak memakai helm karna memang lokasinya tidak jauh dari rumah.
Arif berjalan sambil mengandeng tanganku dalam diam. Aku merasa aneh. Mulai kami berjalan dari parkiran sampai pintu makam semua orang menatap kami dengan tatapan yang tidak membuatku nyaman. Sedangkan Arif tidak terlalu peduli dengan orang yang berlalu lalang disekitarnya.

Diperjalanan pulang menuju parkiran. Mataku tertuju dengan sarung berwarna army yang menarik perhatianku. Kubilang pada Arif aku ingi melihat toko sarung disebelah sana, sambil kutunjuk tempat itu. Arif dengan senang hati memgantarku.

" cari apa mbak?" sapa lembut seorang penjual oleh - oleh makanan disebelah toko sarung.
Dan penjual yang kuhampiri tokonya juga menyapaku hangat.
Saat aku menyentuh sarung yang tadi menarik perhatianku. Tiba - tiba Arif berkata "udah nikah masih aja pengen sarung "

" Buat kado teman" jawabku enteng.
Penjual sarung yang sedari tadi mengamati kami, tiba - tiba bertanya " kalian suami - istri ?"

" Iya buk, kami sudah menikah " jawab Arif.

Ibu itu malah diam, lalu kembali berkata " kulihat dari ujung sana sampai kalian kemari, orang - orang menatap kalian sinis. Mungkin mereka pikir kalian pasangan yang belum halal. Apalagi mbaknya juga pakai sarung, membuat kuat dugaan mereka kalau kalian santri yang kabur dari pondok, terus berpacaran ditempat umum"

Aqira diam sejenak, Dia berfikir. Pantesan dari tadi orang - orang terus menatapnya. Membuatnya risih.
Padahal dia tidak melakukan apapun. Arif hanya menggandeng tangannya.Apa itu salah ?.

Ternyata begini tanggapan orang - orang. Aku jadi merasa bersalah. Kenapa tidak menuruti perintah Arif tadi.

" Qi sudah selesai memilihnya ? "
Arif membuatku tersadar, dari tadi aku hanya diam.

" Sudah" Jawabku cepat.

Aku menarik sarung dari tatanan yang berjejer rapi. Lalu menyerahkah kepenjualnya. Ibuk itu menerima dengan senyum dan bertanya " tidak ingin dibuka dulu sarungnya ? "

" Tidak usah buk " selaku cepat.

Kemudian ibuk itu membungkusnya dalam kantong plastik putih lalu menyerahkanya padaku. Aku membayarnya dan dengan cepat ibuk itu memberikan kembaliannya.

" Terima kasih buk " Arif mengakhiri.

Sepanjang jalan menuju parkiran aku hanya diam. Aku tau Arif pasti sudah menangkap kegelisahanku sejak tadi. Namun dia masih setia menggandeng tanganku.

" Sini kubawakan? " Tawarnya.

Aku hanya menggeleng tak berani melihat wajahnya. Dia pasti sedang menatap kearahku. Mencari tau ada apa dengan diriku lewat tatapannya.
Dijalan yang sudah agak sepi dari pengunjung. Arif memelankan jalanya dan berhenti. Dia yang semula disampingku sekarang menghadapku. Aku tetap tak berani menatapnya. Dia mengangkat lembut daguku. Sesaat tatapan kami bertemu. Dia menatapku lembut. Dan itu semakin membuatku merasa bersalah padanya. Dia mengelus lembut salah satu pipiku dengan ibu jarinya.

" kenapa ? " masih dengan tatapan yang sama.

"Maaf" ucapku lirih. Kembali menundukkan pandanganku.

Dia tidak mengatakan apa pun, malah mengeratkan pelukanya padaku. Kembali kuulang kata itu tepat ditelinganya.

Arif tetap diam dan malah melonggarkan pelukan.

"Ayo pulang keburu tengah malam nanti" ajaknya padaku.

Jika tadi dikeramaian dia mengandeng tanganku, sekarang dia malah merangkulku.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang