17. AQIRAFA !!!

14 4 0
                                    

Lain hari selasa lain lagi dengan hari jum"at. Sama-sama hari libur, sekali lagi kutegaskan ya libur dalam bahasa pesantren bukan berarti benar-benar terbebas dari semua kegiatan. Bebas disini berarti ada beberapa kegiatan yang dikurangi dan ditambah dengan kegiatan yang lain. Ku bacakan jadwal kegiatan santri pada hari jumat seperti biasa setelah pulang jamaaih Subuh Takroran Alfiyah Ibnu Malik seperti hari selasa. Lalu dilanjut dengan waktu kosong, Kalau santri putra biasanya langsung mengaji kitab kosongan yang disimak langsung oleh Abah. Setelahnya bebas dan kembali mengaji pada jam 10.00 siang. kalau jam tidur siang hanya berlaku untuk santriwati sedang untuk para santriwan mereka harus bersiap untuk shalat jumat. Lalu jam satu siang lebih sedikit, Dilanjut Tartilan sampai selesai. Setelahnya jama'ah Asar lalu Rotiban seperti hari selasa. Untuk mengaji sore libur dulu.

Jika hari selasa boleh keluar maka hari jumat tidak diperbolehkan. Dulu pernah diperbolehkan namun sekarang sudah dilarang. itu hanya berlaku untuk santriwati saja ya. kalau untuk santri putra mah bebas, Bisa keluar kapan saja kecuali di jam-jam tertentu yang sudah dikhususkan oleh pengasuh. Untuk selasa dapatnya kopi kalau jumat bisa dapat secangkir teh manis.

Rupanya rasa manis tidak hanya terasa pada secangkir teh kali ini, Namun juga dua insan yang terlihat berdiri berhadapan namun berjarak. Terlihat keduanya saling malu-malu melempar pandangan. Tersenyum tipis memandang lawan bicaranya.

Rafa menarik nampan yang tadi dibawa Arif, Lalu masuk ke dapur untuk membuat pesanannya. Itu hanya tiga cangkir tapi kenapa lama sekali. Arif berdiri menunduk, Bersandar pada tembok ruang makan yang berbatasan langsung dengan aula. Arif menunggu dengan harap harap cemas, sampai seseorang berjalan cepat keluar dari Aula, Menuju Ke arah ndalem yang pintunya sangat berdekatan dengan tempat Arif berdiri saat ini.

Rafa sudah bersiap untuk memberikan nampan berisi tiga cangkir teh panas kepada Arif. Tiba-tiba seseorang merebut nampanya dengan kasar. menimbulkan dentingan kecil di antara cangmir berisi teh panas tersebut, Namun tidak sampai tumpah. Mei mengambil paksa nampanya dari genggaman Rafa dengan cepat. Membuat Rafa kebingungan, Santriwati itu hanya membisu. Mencerna segala keadaan yang baru terjadi. Mei berjalan pelan membawa nampan itu ke arah Arif, Lalu meletakkan nampanya diidekat Arif yang berdiri membelakangi nya.

Arif menatap datar ke arah. Mei tiba-tiba datang, Lebih kaget lagi saat bukan Rafa yang memberikan pesanannya. Mei menatap Arif begitu tajam. Bahkan tatapannya lebih menusuk dari biasanya. Mei kembali lagi masuk Aula tanpa memberi penjelasan apapun pada Rafa yang masih tercengang dengan segala tindakan agresifnya.

Seseorang berdiri mematung dibalik sebuah celah dinding kayu. Tanpa sengaja menyaksikan semuanya. Perlahan tatapanya berubah sendu.
Rasa sesak itu tiba tiba kembali menghampirinya.

Kenapa aku harus melihatnya ?
Rafa, Mei dan Arif yang sedang diperebutkan
Lalu kenapa Aku harus terjebak bersama keduanya ?
Berdiri di antara Rafa dan Mei
Ini terlalu sulit.

🍂🍂🍂🍂🍂

Jam menunjukkjan pukul empat sore, Rafa keluar lebih dulu setelah selesai merapikan peralatan dapur. Sedangkan aku baru akan menenangkan air mendidih di wadah yang berisi beras yang telah dibersihkan. Langkah Rafa terhenti saat matanya menangkap siluet seseorang di ujung sana. di antara rerumputan liar. Rafa terus mengamatinya. Tanpa sadar dia tersenyum begitu mengenali sosok yang duduk di bawah pohon kelapa itu. Satu tangannya memegang kitab dan sisanya memegang pancing. Namun bibirnya sangat fasih melafalkan nadhom dalam kitab yang dipegangnya.

Langkahku memelan. Terhenti seketika begitu melihat Rafa berdiri mematung entah menatap apa. Aku yang penasaran langsung ikut melihat apa yang Rafa lihat sejak tadi. Hanya dengan sekali melempar pandangan, Aku langsung bisa mengenali siapa yang duduk di bawah pohon kelapa itu. Tak terasa Aku juga ikut hanyut dalam lamunannya.

"AQIRAFA !!!" Seru Lia begitu keras dari depan aula pondok. menata kami berdua dengan bingung. Rafa tersentak kaget lalu mengalihkan pandangannya. aku pun sama, Lalu kembali melanjutkan jalanku. Namun kami kalah cepat dengan lihat Lia. Dia sedikit berlari kecil menghampiri kami lalu melihat dengan penasaran apa yang membuatku dan Rafa sampai segitunya menatap tanpa berkedip sedikitpun.

"yah orang mancing aja dilihatin, Sampai segitunya lagi. Kayak nggak pernah lihat orang mancing aja" sinis Lia sedikit mengejek.

Rafa dengan cepat membekap mulutnya sebelum Arif diseberang sana mendengarnya. Aku segera mendorong tumbuhnya, Berjalan menjauh dari sana. Sampai didepan pondok Lia masih terus saja meronta ronta tidak jelas. Serta kembali melakukan ejekanya yang sempat tertunda.

"Buruan mandi. Aku sudah antri dari tadi, untung gak dimasuki sama siMei lampir itu" suruh Lia.

Aku dan Rafa masih menatapnya tajam.

"Kenapa masih ingin melihat orang yang lagi mancing? nggak usah. mendingan besok kita mancing sendiri" Lanjutnya lagi.

Lalu merangkul Aku dan Rafa menuju kamar mandi.

"Lagian ya memandang begituan tuh nggak baik buat hati dan pikiran. Apalagi hafalan" Lia terlihat meminta persetujuan pada dua temannya yang diam saja sejak tadi.

Aku ya kaget aja. Baru kali ini seorang Lia yang terkenal Heboh dan rusuh itu bisa berkata bijak.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang