12. Panggilan Asing ???

15 5 0
                                    

Aqira terbangun saat tak mendapati Arif disisinya, Dia teringat tadi masih tidur dipangkuan lelaki itu saat berdzikir. Dia ternyata masih belum melepas mukenanya. Tiba tiba perutnya protes minta diisi. Aqira lupa kalau dirinya belum makan sore ini.
Setelah melipat mukenanya, Dia keluar kamar mencari Arif. Dilihatnya Arif duduk sendiri dimeja makan dengan ekspresi kosong, namun didepanya ada sepiring nasi lengkap juga dengan lauknya.

Aqira berjalan gontai sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. Aqira bersiap menyambar sesuap nasi yang hampir masuk kemulut Arif. Lelaki itu menoleh, lalu tersenyum tipis. Mendapati siapa yang sekarang berdiri dihadapanya.
Lalu segera menyuapi suapan pertamanya untuk gadisnya yang terlihat sangat kelaparan. Gadis itu menerimanaya dengan senang.

"Bagaimana kamu bisa bangun?" Arif menarik kursi disampingnya, mendekatkan kursi itu dengan duduknya. Lalu menuntun Aqira agar segera duduk dihadapanya.

Tanpa banyak bicara, Aqira langsung duduk manis memandang lelaki dihadapanya. Arif bersiap menyuapkan lagi kearahnya.

"Bagaimana bisa aku tidur dengan perut kelaparan?" jawabnya dengan serak. Khas suara orang bangun tidur

"Kupikir kamu bangun karna tidak ada aku disampingmu" Arif berupaya menggodanya.

Aqira diam. Entah sibuk mengunyah makanan dimulutnya atau keheranan dengan Arif yang selalu bisa menebak pikiranya.

"Aku lapar tapi juga mengantuk" jujurnya lagi, Aqira menguap. Lalu mengucek salah satu matanya.

Arif gemas dengan tingkah istrinya. Dia kembali menyuapkan nasi kearah Aqira tanpa sedikit pun ikut makan. Entah kenapa melihat kehadiran gadis ini saja sudah membutnya kenyang. Seolah rasa laparnya lenyap seketika. Karna sejak tadi dipikiranya hanya ada Aqira.

Arif hampir saja tertawa lepas melihat Aqira yang mengunyah sambil meletakan kepalanya diatas meja makan. mungkin karna saking tak kuatnya menahan kantuk.

Arif mengusap kepalanya pelan, lalu menyamaratakan kepalanya diatas meja makan agar sejajar dengan wajah lucu Aqira. Usapan pelan itu kemudian turun kepipi. Lalu Arif menegakan kembali tubuhnya.

"Tahan Qi, Tinggal dua suapan lagi" Arif menarik lembut tubuhnya agar kembali duduk dan dengan cepat mencium pipinya. Seketika Matanya membulat sempurna. Rasa kantuknya hilang entah kemana.

"Masih ngantuk?" Arif menahan tawa menatap gadis didepanya yang balik keposisi semula.

"Arif" Aqira sedikit tersentak. Menahan malu dengan tingkah Arif yang serba tiba - tiba.

Arif kembali menyuapkan saat Aqira mulai duduk dengan benar. Gadis itu menatapnya sayu.

"Apa sayang?" Arif menatapnya semakin dalam. Mengelus pipinya dengan lembut.

Pertama kalinya Arif memanggilnya dengan sebutan sayang. Panggilan yang terasa biasa saja saat umi yang memanggilnya. Namun tidak dengan Arif. Rasanya begitu asing ditelinganya.

"Apa itu tidak cukup membuatmu bertahan hanya untuk dua suapan saja" ujarnya sambil membenarkan nasi yang sedikit belepotan disekitar bibirnya.

Darahnya berdesir. Tak habis pikir dengan tingkah Arif. Wajahnya merona, namun karna tertutup rasa kantuk jadi tidak terlalu terlihat seperti biasanya.

"Suapan terakhir" Arif menyodorkan sesuap nasi lagi kearahnya.

Aqira masih diam menunduk lalu menerimanya. selesai.

"Kalau aku tak bisa tidur bagaimana?" Tanya Aqira pada akhirnya.

"Tenang Qi, aku bersedia menidurkanmu" jawabnya sambil tertawa lalu beranjak pergi menuju depan westafel untuk meletakan piring kotor dan mencuci tanganya.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang