8. Suara sebening embun

24 4 0
                                    

Siang terik tapi tak membuat panas sedikit pun bagi seorang Aqira. matanya terus menatap pepohonan didepanya. Setelah puas mengamati beberapa pohon dipelataran rumahnya. Akhirnya kembali masuk rumah. Dia melangkah pelan menuju kekamar, dirinya teringat sarung yang dibelinya beberapa hari lalu yang tak sempat dibukanya. Ia mengambil kantong plastik putih yang dibiarkanya begitu saja karna keadaan hatinya waktu itu.
Diambilnya kantong plastik itu, dibukanya sarung ukuran dewasa berwarna army dengan sedikit kesan putih pudar. "Bagus sarungnya" . Aqira Berfikir bagaimana akan membungkusnya. Dia mengambil bukunya yang terselip diantara himpitan kitabnya Arif. Membukanya, lalu menuliskan kata ucapan yang akan dimasukkan dalam kadonya nanti. Jarinya terus menari - nari diatas kertas, seuntai kalimat mengalir begitu saja dari tintanya.

Barakallah fii umrik

Ulang tahun bukan untuk dirayakan
Tapi untuk muhasabah diri
dan semakin banyak mengingat mati
Karna seiring bertambahnya umur
berarti semakin dekat dengan kematian
Maka perbanyaklah amal ibadah
Dan sibuklah menyiapkan bekal akhirat.

Semoga yang disemogakan tersemogakan.

Aqira Sidqi

Aqira Tersenyum membaca tulisan tanganya sendiri. Lalu dengan segera merobek kertas dari buku yang ditulisnya. Ia kembali membuka laci mejanya, mengambil sebuah kotak persegi dan beberapa kertas kado warna silver. Matanya melirik jam diatas meja. Sudah lebih dari jam 4, Arif belum juga menunjukan tanda - tanda akan pulang. Aqira jadi gelisah sendiri. Dia memutuskan menyiram taman atas untuk mengalihkan pikirannya darif Arif.

Baru menyiram taman atas. Dilihatnya dari agak jauh. Dia tersenyum. Mendapati arif pulang. Motor berhenti tepat dihalaman rumahnya. Arif melihat keatap rumah, Aqira pura - pura tidak melihatnya.

"Qi kamu ngapain?"

Aqira pura - pura tidak mendengarnya dan terus menyibukan diri menyirami setiap tanaman dalam pot. Dalam hati aqira tersenyum. Senang rasanya bisa mengerjai Arif.

"Qi turun" Perintahya pada gadis yang yang sedari tadi tak menganggapnya.

"Hm kamu mau main - main denganku?" Arif bersiap beranjak dari pelataran rumah.

Aqira langsung menyiram dengan selang yang dibawanya.

Lelaki yang tadinya bersiap masuk rumah sekarang kembali lagi menatap gadis itu.
Arif tersenyum sambil melihat keatas.

"Oh aku tau. Kamu pasti berniat mengajaku mandi. Sudahlah jangan malu. Kau bisa turun lalu mandi bersamaku sekarang, Ayo" pintanya tanpa ragu.

Aqira hanya bisa geleng - geleng kepala sambil menahan tawa.

Arif masuk dengan senyum jahil. Setelah selesai mandi. Arif masih belum menemukan gadis itu.

"Qi kau kemana?" setengah teriak Arif memanggilnya sambil berjalan menuju kamar.

Dilihatnya Aqira tengah sibuk membungkus sesuatu dimeja belajarnya. Arif berjalan mendekati gadis yang sedari tadi tak menyadari kehadirannya.

"Sibuk banget?" sapa Arif yang sudah berdiri disampingnya.

Aqira kaget. Namun tubuhnya tak bereaksi sedikit pun. Hanya menampilkan wajah datar.

Padahal Arif ingin sekali menertawakan Aqira yang kaget. Namun semua diluar dugaan.

Aqira berbalik, menatapnya lalu mengambil tangan kananya. Diciumnya punggung tangan tersebut. Arif tersenyum kearahnya.

Lelaki itu mengusap puncak kepalanya sambil menyetarakan wajahnya, ingin melihat apa yang dilakukan istrinya dimeja belajarnya.

AQIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang