Chapter XI.

12 4 6
                                    

Rasa gelisah masih menghantui Aelius hingga kelas. Setelah Aelius menanyakan pada Luna perihal orang yang mengikutinya, Luna tidak tahu apa-apa. Aelius curiga bahwa orang-orang itu tidak akan membiarkan diri mereka diketahui oleh orang yang diikuti mereka sendiri. Mungkin saja saat ini orang-orang itu sedang mengawasi Luna dikarenakan hubungannya dengan Aelius.

Aelius menjadi sulit berkonsentrasi pada materi hari ini. Tidak hanya sulit berkonsentrasi, dia juga salah dalam menjawab pertanyaan dosennya. Beruntung baginya, dosen itu tidak mempermasalahkan dirinya yang sedang kalut. Aelius sudah mengirimkan pesan pada Heidi perihal ini dan belum dibalas. Dia ingin meminta tolong pada Heidi untuk mengawasi Luna--setidaknya sampai gadis itu berhasil sampai di kampus--tetapi belum ada balasan.

Kenapa aku harus terlibat hal-hal seperti ini? Benar-benar membuatku pusing! Aelius memijat keningnya yang sudah pening di pagi hari.

Setelah kelasnya selesai, dia langsung keluar dan hendak menghubungi Luna. Namun, Luna telah mengirimkan pesan bahwa kelasnya sudah dimulai jadi dia tidak bisa menghubunginya. Meskipun begitu, Heidi sudah memberikan balasan dan menyetujui permintaan Aelius. Dia juga mengajak Aelius bertemu untuk berbicara empat mata soal ini.

Mungkin dalam diri Aelius, keraguan akan Calvines masih terpampang jelas. Namun untuk kondisi saat ini, dia hanya bisa mempercayai Calvines--hal ini karena Ketua mereka telah menolongnya, terlepas dari kebohongan yang mereka lakukan tempo hari. Aelius setuju untuk bertemu dengan Heidi.

Setelah memberitahu Luna bahwa dia memiliki urusan dan tidak bisa bertemu, dia langsung pulang, di mana Heidi sudah menunggunya dalam mobil. Aelius memasukkan motornya lalu menghampiri Heidi di pinggir jalan. Usai masuk dan memakai sabuk pengaman, Heidi mulai menginjak gas.

"Hellimoth mengunjungimu dan memberikan kartu padamu?" tanya Heidi dengan tatapan tajam.

Aelius memberikan kartu nama Dean pada Heidi. "Orang itu bernama Dean Albercus."

Heidi menerima kartu nama itu dan menggumam tak jelas. "Salah satu orang terpenting di Hellimoth--sangat jarang dia terjun langsung. Artinya masalah ini serius."

Aelius menatap Heidi sekilas lalu kembali melihat ke arah jalanan di depan. "Serius katamu? Dia benar-benar ingin mengetahui sesuatu."

"Helia Elsroy? Kami mendapat jejaknya sebelum menghilang lagi. Dia diketahui terakhir terlihat di Bulgaria," kata Heidi cepat.

Aelius terdiam, ragu untuk mengatakan ini pada Heidi. "Sepertinya dia lebih berambisi untuk hal lain."

Heidi mengangkat satu alisnya. "Apa itu?"

"Mengenai gadis... yang kulihat saat aku diserang orang yang kalian sebut penyihir," kata Aelius, setengah menggumam. Heidi diam, tidak berkata apapun hingga Aelius melanjutkan, "Auranya jauh berbeda saat dia menanyakan bagaimana aku bisa kembali. Dia sepertinya... mengetahui bahwa setelah aku dibuat tak sadar, harusnya ada sesuatu. Aku tidak mengatakan apapun bagaimana aku bisa sadar--karena berhubungan dengan gadis itu--tapi aku merasa dia mencari tahu sesuatu."

Heidi terdecak. "Aku paham. Gadis itu berhasil membuatmu sadar setelah penyihir itu membuat roh dan ragamu terpisah. Tidak banyak yang bisa mengembalikan roh yang dipisahkan secara sepihak, hanya beberapa pihak. Tak heran jika dia pun curiga. Dia mengetahui bahwa kau kembali bukan karena kebetulan, tapi ada sesuatu, yang tak lain adalah gadis itu."

Aelius memandang lurus pemandangan di luar jendela. "Kalau aku boleh tahu, siapa gadis yang menyelamatkanku itu?"

Hening. Heidi tak menjawab, justru menatap Aelius. "Ketua tidak memberitahumu?"

Aelius menggeleng. "Sama sekali tidak. Dia hanya melarangku untuk membicarakan gadis itu."

"Maka aku tidak punya hak untuk menjawab pertanyaanmu, maaf." Heidi menghela napas. "Bila Ketua melarang, artinya memang sesuatu itu sangat penting. Kau pun tidak boleh memberitahu siapapun soal ini."

The Fate of EldersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang