Hai semua, aku kembali!
Ya, mungkin terlalu lama bagi kalian untuk tetap menunggu.
Pada akhirnya, aku menemukan waktu di mana aku bisa menulis cerita ini dengan baik.
Sedikit tentang cerita ini, bagi para pembaca lama, mungkin beberapa tokoh dalam cerita sebelumnya--yakni Loctus--akan muncul, tapi untuk konfliknya akan berbeda dari Loctus. Kita akan berjumpa dengan tokoh-tokoh baru yang akan menghibur kalian untuk ke depannya^_^
Dan untuk para pembaca baru, selamat datang!~ kalau kalian memang belum membaca Loctus, kalian masih bisa mengikuti cerita ini!Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.Apa kau pernah mendapati segala sesuatu dalam hidupmu berubah seketika hanya dalam semalam?
Jika iya, mungkin ada kalanya kau perlu bersyukur karena segala sesuatu yang berubah itu mungkin merupakan pertanda bahwa hal yang jauh lebih baik di atas sana akan menimpamu. Mungkin pada awalnya hal itu bukan sama sekali hal yang baik menurutmu, tapi itu hanya karena kau melihatnya di sisi yang salah.
Apa kau perlu bertanya, kenapa aku berani mengatakannya?
Bilang saja, hal itu menimpaku saat ini. Hal-hal buruk terus terjadi pada awalnya. Namun perlahan, sedikit demi sedikit, potongan demi potongan hal baik menggantikan semua energi buruk yang pernah menimpaku sebelumnya. Justru sekarang, aku merasa lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Jika dulu aku tidak mengenal seseorang yang terpenting dalam hidupku, setelah kejadian itu, aku pun bisa mengenalinya lebih dalam dari yang kubayangkan sebelumnya. Itu salah satu hal yang membuatku bersyukur atas apa yang kuperoleh saat ini. Awalnya sangat tidak baik untukku, tapi sekarang aku merasakannya.
***
Zurich, Swiss.
"Ah, siapa yang menelepon pagi-pagi ini, sih? Halo?"
Sambutan pagi yang cukup baik bagi Aelius Lacroix, seorang pemuda dengan penampilan fisik yang biasa saja, berambut cokelat, berdagu tajam, bermata biru, dan tak lupa dengan alisnya yang menarik--tidak tebal maupun tipis. Tubuhnya cukup tinggi, tapi tidak gemuk, bisa dikatakan memiliki postur yang menarik untuk kaum hawa tertentu.
Saat ini, dia menyandang profesi sebagai mahasiswa hukum di Universitas Istimewa Cadince, salah satu universitas swasta yang pendirinya adalah seseorang bernama Huge Cadince. Selain mahasiswa, dia juga pernah bekerja paruh waktu sebagai salah satu perawat kucing dan anjing di Sweet Home Pets, klinik hewan peliharaan milik sahabat ayahnya, Tuan John Demming--meski sekarang berhenti karena sesuatu.
Kembali pada Aelius sendiri yang tengah menyimak si penelepon, tampaknya dia sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dibicarakan si penelepon, terlihat dari raut wajahnya yang manyun. Dia beranjak dari ranjangnya dan berjalan gontai menuju wastafel untuk mencuci mukanya.
"Astaga, nanti kita bicarakan! Aku baru bangun!" Nada bicara yang tampak kesal itu mampu membuat seisi rumahnya menguping walau berada di halaman. Dia mematikan teleponnya dan melempar ponselnya yang bernilai tidak terlalu mahal itu ke kasur.
Aelius memandang dirinya di cermin dan melihat pantulan jam dinding dari cermin itu. Matanya melotot. "Sialan!"
Tertebak sudah, dia terlambat untuk kelasnya. Tak banyak membuang waktu lagi, dia segera bersiap. Banyak orang bilang jika mereka melakukan sesuatu dalam keadaan tergesa, selalu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Nyatanya, itu terjadi. Dia sampai lupa untuk mengunci pintu rumahnya sendiri.
Dengan menggendong tasnya, dia pun menarik gas dan melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi, memungkinkan sekali baginya untuk kena tilang. Namun, itu lebih baik dibandingkan amukan Prof. Rosetta Willermus yang seharusnya dia ikuti kelasnya sejak tiga menit yang lalu.
Karena perjalanan memakan waktu, total waktu keterlambatannya saat ini adalah sembilan menit. Itu sudah cukup membuat Prof. Willermus mengamuk. Untung saja parkiran cukup luas jadi dia tak perlu kesulitan dalam memarkirkan motor dengan sembarangan.
"Sial!" Aelius mengumpat.
Andai dia tidak terlambat saat itu, mungkin kisah ini tak akan pernah ada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate of Elders
Vampiro- Sejak malam itu, semua berubah... - Bertahun-tahun, manusia dan vampir hidup berdampingan, menjalankan tugas yang diemban oleh masing-masing individu. Namun, hubungan antara kedua belah pihak selalu berlandaskan permusuhan meskipun tak terlihat se...