Chapter XIII.

9 3 0
                                    

Restoran dan pub Clevor merupakan salah satu tempat yang paling ramai didatangi oleh orang-orang Zurich, baik dari kalangan muda sampai tua, kaya maupun tidak. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau tapi dengan porsi dan penampilan makanan serta minuman yang menarik cukup menjadi daya tarik tersendiri. Teman-teman kampus Aelius pun sering kemari, bahkan Gio juga menjadi pelanggan terbaik di sini.

Sebelum mendatangi restoran ini, Aelius sudah memberitahu Caroline perihal kedatangan Luna dan memintanya untuk bersandiwara menjadi kakak tingkatnya. Caroline menyetujuinya dan dia berkata akan datang sendiri--sebenarnya dia pun mengajak Rhein, tapi Rhein memiliki kesibukan lain.

Gaya arsitektur restoran ini sangat klasik--seperti rumah-rumah pedesaan lain--tapi cukup nyaman. Meski saat itu terdapat banyak pelanggan, tapi Caroline masih mendapatkan tempat yang dapat dibilang cukup privasi untuk mereka bertiga. Gadis itu melambaikan tangan saat Aelius dan Luna memasuki restoran.

"Di sini!" Aelius dapat mendengar suara Caroline dari ujung ruangan.

Aelius tersenyum kecil kemudian menatap Luna. "Dia sudah datang."

"Permisi, apakah Anda sudah melakukan reservasi?" tanya seorang pelayan yang mengintrupsi mereka secara perlahan.

"Ah, temanku sudah ada di sini." Aelius menjawab.

Pelayan itu mengangguk kemudian mempersilakan mereka masuk. "Baik, silakan! Apabila ada yang ingin ditanyakan atau dibantu, bisa panggil saya maupun rekan saya. Selamat menikmati!"

Aelius mengangguk sekali untuk membalasnya lalu melangkah menuju meja Caroline. Mereka berpapasan dengan dua pria baya yang tampak mabuk dan hampir jatuh. Aelius membuka lengannya dan menarik Luna ke dalam dekapannya di waktu pria itu ambruk tepat di posisi Luna sebelumnya.

"Astaga, Tuan!" Salah satu pelayan menghampiri pria itu.

Aelius mendengus. Tidak tahu diri sekali!

"Ehm, Aelius..." Suara Luna saat itu terdengar amat lirih. "... maaf, tapi bi-bisakah... kau melepaskanku?"

Aelius tersentak, tidak sadar bahwa dia memeluk Luna tanpa disengaja. Aelius merasa gugup seketika dan tangannya gemetar perlahan. Dia menurunkan tangan yang mendekap Luna lalu memalingkan wajahnya. Sialan! Apa yang kulakukan?! "Ma-maaf."

Luna berdeham lalu mengangguk pelan. "Tidak apa-apa..."

Deg! Deg! Deg!

Aelius terdiam sejenak. Degupan jantungku benar-benar... eh, tunggu! Rasanya... seperti bukan hanya milikku.

"Hei, kalian! Kenapa diam saja sejak tadi?" seru Caroline yang tahu-tahu sudah ada di hadapan mereka.

Aelius tersadar dari pikirannya. Apa, sih, yang kupikirkan di saat seperti ini? "Bu-bukan apa-apa!"

Caroline mengangguk lalu menatap Luna. "Jadi, kau... teman yang dibicarakan Aelius?"

Luna berusaha tersenyum, seolah menutupi kegugupannya. "I-iya... salam kenal!" Dia membungkuk sedikit.

"Santai saja!" Caroline menepuk pundak gadis itu. "Namaku Caroline Hartwell, kamu?"

"Luna Callemon. Panggil saja Luna," kata Luna pelan.

"Baiklah, Luna. Ayo, kita duduk dan mulai memesan makanan. Jangan khawatir, biar aku yang traktir!" Caroline membalikkan badannya dan melangkah.

Luna mengangguk lalu mengikuti Caroline sementara Aelius mengekor. Dia duduk di sebelah Luna sementara Caroline di hadapan mereka. Di meja, sudah terpampang buku menu yang terbuka. Banyak menu yang terlihat lezat dan porsinya dapat dibilang cukup banyak. Aelius dibuat bingung ingin memesan apa.

The Fate of EldersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang