FOLLOW SEBELUM MEMBACA!
SEQUEL PERJODOHAN MANTAN
BISA DIBACA TERPISAH!
****
Dunia Zionathan adalah Brianna.
Dunia Brianna adalah Zionathan.
Yah, setidaknya itu yang dikatakan orang-orang di sekitar mereka yang selalu merasa bahwa mereka lebih dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•°★
"Hoammm..."
Begitu terbangun, senyumnya merekah ketika melihat langit biru melalui balkon di pagi hari ini. Moodnya baik sekali melihat pemandangan di depannya. Ia sengaja tidak menutup tirai pintu kaca balkon agar pagi-pagi pemandangan yang ia lihat itu langsung ke arah pantai. Balkon itu berada beberapa meter dari jarak ranjang besarnya ini.
Setelah teman-teman Zionathan itu pulang, Brianna segera menuju lantai dua untuk memilih kamar. Di lantai dua ini memang terdapat empat kamar. Dua di sayap kanan, dan dua lainnya di sayap kiri. Brianna memilih kamar yang berada di seberang kamar milik Zionathan karena kamar itu memiliki balkon yang pemandangannya langsung ke pantai. Bayangkan saja pagi-pagi ketika bangun, Brianna bahkan bisa melihat matahari terbit dari atas balkon ini, seperti yang terjadi sekarang.
Gadis itu beranjak dari ranjang kemudian berjalan menuju balkon sambil mengikat rambutnya asal. Ia membuka pintu kaca balkon itu dan berdiam di dekat pembatas balkon yang juga terbuat dari kaca.
"What a nice place..." gumam Brianna mengamati ombak yang menabrak ke tepi pantai. Besok-Besok ia harus bangun lebih pagi agar tidak melewatkan sunrise.
TOK
TOK
Brianna menoleh dan melihat pintu kamarnya sudah dibuka oleh tak lain dan tak bukan adalah sang pemilik rumah. Laki-Laki itu masuk ke balkon dan berdiri di samping Brianna.
"Bisa tidur?"
Brianna mengangguk. "Bisa."
Zionathan mengangguk paham. "Sarapan. Gue jam 9 harus udah otw ke kampus. Gue tunggu bawah, ya."
Brianna mencekal pergelangan tangan Zionathan sebelum laki-laki itu pergi. "Kamu ke kampus?" tanyanya.
Zionathan mengangguk. "Iya."
"Aku sendiri dong?" tanya Brianna lagi dengan wajah memelasnya. Meskipun suasana rumah ini memang baik dan tidak menyeramkan sama sekali, tapi jika dia sendirian di rumah sebesar ini, dia tetap saja takut.
Zionathan berdecak kecil. "Udah kuliah juga. Masih aja takut."
"Ya, karena kamu gak ada. Kalau aku sendirian mah aku juga takutlah."
"Terus maunya gimana? Gue gak bisa skip kelas." Zionathan berucap sembari berjalan keluar balkon diikuti Brianna.
Brianna menghentikan langkahnya dan mencekal pergelangan tangan laki-laki itu.
"Aku tau gimana caranya."
*****
Dengan idenya itu, Brianna berhasil membujuk Zionathan agar mengizinkannya untuk ikut bersamanya ke kampus. Dan sampailah dia di Universitas Bali Nusantara.